"Gaya hidup manusia antara yang satu dengan yang lainnya pastilah berbeda, semuanya bergantung pada diri masing-masing sang sangat privasi, namun dalam konstek kehidupan sehari-hari, sangatlah tampan dari kebiasaan yang terlihat secara kasat mata, apakah orang tersebut bergaya hidup minimalis atau Borjuis"
Hidup dan kehidupan setiap manusia sudah ditentukan sejak zaman Azalia, terlepas dalam hidup ini ada daya dan upaya untuk merubahnya dengan proses ikhtiar yang harus di lakukan.
 Berkaitan dengan gaya hidup, setiap insan memiliki cara dan gaya tersendiri, ada yang sudah cukup bahagia dengan apa yang sudah ditakdirkan dengan hidup yang sederhana, namun berkecukupan, ada pula hidup manusia yang tidak pernah merasa puas dan kurang bersyukur, sehingga muncul keserakahan dalam diri mereka untuk memenuhi tuntutan dan gaya hidup yang sudah tertanam dalam pola pikirnya.
Sanggupkah seseorang menjalani hidup minimalis atau dalam bahasa yang lain hidup dengan penuh kesederhanaan ? Maka jawabannya tentulah pasti beragam.
Secara garis besar ada tiga model gaya hidup dan kehidupan manusia yang sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama : menjalani gaya hidup minimalis, dengan catatan mencapai suatu kepuasan batiniahÂ
Menjalani hidup minimalis atau sederhana memang tidak semua orang bisa melakukannya, tetapi bukan berarti tidak ada orang yang bisa menjalani gaya hidup yang demikian.
Ada banyak fakta seseorang menjalani gaya hidup minimalis atau sesederhana mungkin, namun sudah berkecukupan, Ada pula yang menjalani hidup minimalis karena memang sudah keadaan yang memang mengharuskan seseorang menjalani hidup yang demikian.
Maka model yang pertama ini bukan lantas tidak memiliki konsekuensi yang harus dijalankan, karena faktanya banyak orang yang hidupnya minimalis karena suatu keadaan bisa melakukan kejahatan, itu sangatlah mungkin untuk dilakukan.
Tetapi banyak pula orang yang memang menghendaki diri untuk hidup sesederhana mungkin, karena ada tujuan tertentu, terlepas apakah tujuannya untuk merasakan bagaimana hidupnya orang miskin atau memang karena ada faktor yang lain dengan menghendaki hidup yang cukup sederhana untuk memuaskan spritualnya dalam menjalani hidup.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!