"Perayaan Natal tahun 2021 yang jatuh pada Sabtu 25/12/2021, di tengah Pandemi, tidak mengurangi hikmat dan tetap berlangsung di tengah berlangsungnya Pandemi yang masih tersisa di Negeri ini"
Indonesia yang terdiri dari ratusan pulau, adat dan suku budaya, Agama, Ras, dan Bahasa merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, sehingga negeri kita yang di sebut dengan Nusantara ini merupakan bangsa yang unik dengan penduduk yang sangat beragam, namun masih tetap menjunjung rasa persatuan dan kesatuan.
Masyarakat yang multikultural ini tentu saja harus terus memupuk dan menumbuhkan soliadaritas dan meningkatkan rasa toleransi, sehingga tercipta masyarakat yang sejuk di tengah perbedaan keyakinan yang beragam.
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia ini memiliki Enam agama yang di yakini oleh masing-masing pengukutnya, yakni Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Khonghucu.
Masing-masing agama yang di yakini oleh para pengikutnya ini menjadi sebuah keniscayaan bagi masyarakatnya untuk saling membangun rasa toleransi di tengah berkembangnya adat dan budaya saat ini.
Saat ini ummat kristiani sedang merayakan hari yang sudah sangat di tunggu-tunggu selama satu tahun lamanya, hari Natal merupakan momen untuk saling bertoleransi antar ummat.
Menghormati keyakinan para pemeluk agama Kristiani merupakan sebuah keniscayaan yang harus di hargai dan di junjung keberadaannya, sebab mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dan terlindungi di Negeri yang multikultural ini.
Hari Raya Natal dalam Kehidupan Yang Beragam
Ummat Kristiani merayakan Natal pada tahun ini masih dalam situasi dan kondisi pandemi, namun hal tersebut tidak mengurangi hikmat dalam perayaannya.
Perayaan Natal yang dilaksanakan oleh ummat kristiani, sebagai sebuah momentum untuk meningkatkan rasa toleransi dalam keberagaman, karena secara prinsip ummat kristiani merayakan keyakinannya masing-masing, sehingga sangat tidak manusiawi denga gerakan-gerakan radikalisme dengan mengatasnamakan agama.
Gerakan Radikalisme yang kerap di sematkan kepada ummat muslim, hakekatnya hal itu adalah kesalahan pemahaman, karena sejatinya penghancuran gereja dan menjadikan situasi dan kondisi tidak tenang, itu adalah perilaku terorisme yang kerap berbaju agama.
Bahwasanya perlu untuk selalu di sadari bahwa masyarakat kita adalah masyarkat multilulutral yang memiliki banyak perbedaan baik dari aspek suku dan budaya, bahasa, agama, serta kebiasaan yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
Karena perbedaan itu hakekatnya adalah Rahmat yang patut untuk kita syukuri, di tengah kehidupan yang serba multi.
Memupuk Rasa Toleransi di Tengah Kehidupan Multikultur
Sejatinya kehidupan ini berada dalam frame perbedaan, mulai dari perbedaan yang bukan prinsip, sampai pada perbedaan yang sangat prinsip dan fundamental.
Sehingga dengan berbagai perbedaan ditengah kehidupan berbangsa, bernegara, bahkan bertetangga menjadi sebuah keharusan yang harus dijalani.
Dengan memupuk rasa toleransi dalam kehidupan bermasyarakat di tengah perbedaan yang bukan prinsip dan yang prinsip haruslah terus di bangun untuk mempererat dan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan di bumi Nusantara ini.
Karena kita tahu bahwa hidup dan kehidupan ini selalu berada di tengah perbedaan adat dan budaya serta keyakinan.
Maka pada perayaan hari Natal tahun ini, seyogianya kita haruslah terus memupuk sebuah perbedaan untuk saling menghormati, saling menjaga, dan hidup damai berdampingan tanpa harus mempersoalkan keyakinan yang di yakini oleh masing-masing pemeluk agama.
Dengan demikian kehidupan ditengah masyarakat multikultur ini, sebagai sebuah Rahmat dan cinta kasih untuk saling berdamai satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H