"Bahagia dan sedih adalah dua hal yang tercipta untuk saling melengkapi dalam kehidupan manusia, sehingga dalam perjalanannya hidup dan kehidupan itu tercipta proses keseimbangan"
Sejatinya manusia itu selalu menghendaki hidup mereka terisi dengan kebahagiaan, namun hal tersebut sangat imposible, mengapa demikian ? Karena hukum causalitas sudah ditetapkan sejak manusia belum terlahir ke muka bumi ini.
Pada akhir tahun 2021 ini cukup banyak musibah yang terjadi dibeberapa daerah, mulai dari musibah banjir, gunung meletus, sampai pada musibah yang bersifat personal, seperti kecelakaan dan lain sebagainya.
Tentu semua sudah ada garis takdirnya yang sudah tercatat sejak zaman Azali, namun disisi yang lain kita sebagai manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan, bahwasanya kita diperintahkan untuk mengelola hidup dan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, dan janganlah membuat suatu kerusakan yang bisa menyebabkan bencana.
Musibah datang silih berganti, dan menjadi sebuah ujian bagi manusia untuk menyelesaikannya, lantas musibah dan ujian ini sebagai bagian dari peringatan Tuhan untuk menusia, sekaligus sebagai renungan untuk diri kita sendiri, bahwasanya di balik ujian yang diberikan Tuhan, pasti ada hikmah yang mengandung banyak pelajaran, sehingga dengan adanya musibah yang menimpa hidup dan kehidupan ini, sebagai bagian dari proses untuk mendewasakan diri.
Apa yang seharusnya kita lakukan ketika menghadapi berbagai persoalan, cobaan dannujian dalam hidup ini ?
Sabar dalam menghadapi berbagai hal yang sudah ditetapkan oleh Tuhan yang maha kuasaÂ
Bahwasanya hidup dan kehidupan dimuka bumi ini sebagai sebuah ujian bagi manusia, pasalnya ujian dan cobaan itu sebagai bentuk dan proses untuk mendewasakan diri.
Seringkali kita tidak mampu untuk mengendalikan hawa nafsu kita, dan berambisi dengan begitu kuatnya untuk mewujudkan mimpi-mimpi Yang ada dalam angan kita.
Yang perlu kita sadari bahwa sejatinya kita sebagai manusia biasa hanya memiliki keinginan yang kuat untuk mewujudkannya, tetapi disisi yang lain ada kehendak Tuhan yang kerap tidak selaras dengan keinginan kita.
Sehingga ketika keinginan itu tidak selaras dengan kehendak Tuhan, apa yang terjadi, yang pasti adalah kekecewaan yang mengendap di alam pikiran dan hati kita.
Maka kuncinya adalah sabar, kata sabar ini memang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi tidaklah mudah dalam bentuk tindakan.
Sabar yakni sebuah perlawanan yang sungguh-sungguh untuk terus melakukan perubahan pada sesuatu yang lebih baik.
Bersabar melawan kebodohan, sabar melawan kemiskinan, sabar melawan ketidakadilan dan sabar menghadapi bencana dan musibah yang kerap datang silih berganti.
Kembali untuk membaca diriÂ
Sudahkah kita membaca diri kita sendiri ? Inilah hal yang cukup sulit yang kerap tidak mampu kita membacanya.
Jika hanya membaca orang lain, mulai dari cara berpikir, kebiasaan, dan tindakannya, cukuplah mudah kita membacanya, apalagi membaca kejelekan orang lain, bisa nerocos yang ngerumpi.
Tentu setiap hal yang terjadi didalam hidup kita, pada hakekatnya tidak akan pernah lepas dari segala sesuatu yang sudah kita perbuat dimasa lalu.
Jika hari ini yang engkau tanam adalah kebaikan-kebaikan, tentu suatu saat buah manis kebaikan itu pasti akan di petik, begitupun sebaliknya, Jika dimasa lampau perbuatan yang kita lakukan mengandung unsur-unsur kerusakan, pastinya buah pahit kesengsaraan yang akan selalu di telan.
Pentingnya melakukan refleksi diri atau renungan diri sebagai sebuah pelajaran dan upaya untuk terus memperbaiki diri dimasa yang akan datang, sehingga kita menjadi orang yang selamat baik didunia maupun di akhirat nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H