"Idiom falsafah Jawa kuno "Adigang, Adigung, Adiguno" yang semula disampaikan secara lisan dan diwariskan secara turun temurun merupakan ajaran yang sarat akan makna yang mendalam bagi kehidupan yang fana di dunia ini"
Apa makna yang terkandung dalam falsafah Jawa kuno yang sampai saat ini menjadi rujukan dan pelajaran bagi kita semua, dan pastinya sarat akan makna yang mendalam bagi hidup dan kehidupan dunia ini.
Falsafah Jawa kuno, Adigang, Adigung adiguno, yang masing-masing idiom tersebut memiliki arti dan makna tersendir.
Adigang yang artinya mengandalkan kekuatannyaÂ
Adigung yang artinya membanggakan kebesarannya dan,Â
Adiguno yang membanggakan kepintarannya.
Tiga kosakata diatas yang merupakan petuah dari orang zaman dahulu, tentu memiliki relevansi yang kuat dengan situasi dan kondisi saat ini.
Bahwasanya falsafah yang dijadikan sebuah ajaran dalam hidup itu merupakan statmen yang bisa menjangkiti siapa saja, bahkan sangat mungkin sifat-sifat membanggakan kekuatannya sendiri membanggakan kebesarannya sendiri atau leluhurnya, bahkan bisa saja "menuhankan" kecerdasannya, sungguh sangat mungkin itu terjadi.
Sehingga sifat takabbur dan berusaha menuhankan logika dan kecerdasannya, bisa menjadi Boomerang yang menjangkiti hati dan pikiran kita.
Pernahkah kita menemui sifat-sifat yang demikian? Pastinya dalam kehidupan sosial masyarakat, kerap kita menemui sifat takabur itu, kerap menjangkiti, bahkan tidak menutup kemungkinan sifat tersebut bisa merasuk kedalam jiwa dan pikiran kita dalam kehidupan sehari-hari.