"Sebagai anugerah sekaligus amanah, orang tua secara keseluruhan bertanggung jawab dan berkewajiban untuk mendidik, membimbing, mengayomi, mengarahkan, sekaligus menafkahi mereka sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan masing-masing anak"
Lantas bagaimana menghadapi anak sulung, kedua dan ketiga yang pastinya memiliki karakter dan potensi yang berbeda-beda ?
Orang tua kerap dibuat pusing tujuh keliling menghadapi anak dalam satu keluarga, karena pastinya menghadapi anak jelas berbeda-beda antara keluarga yang satu dengan keluarga lainnya.
Ditengah masyarakat kita secata umum dalam satu keluarga minimal ada satu anak sebagai ikatan yang kuat dalam hubungan berumah tangga, sebab anak tidak bisa kita pungkiri menjadi tali pengingat yang sangat dahsyat dalam mempertahankan bahtera rumah tangga.
Sementara disisi yang lain, kita sebagai orang tua cenderung menghadapi anak yang berbeda-beda, tidak hanya perbedaan karakter, namun juga ada perbedaan jenis kelamin, maka ada 4 kategori yang hendak penulis bahas disini, yakni tentang anak sulung dengan potensi dan kecenderungannya, anak kedua, ketiga, serta anak tunggal yang tidak memiliki saudara.
Anak Sulung, bagaimana karakteristik dan kecenderungannya di tinjau dari ilmu psikologi?Â
Anak sulung atau di sebut pula sebagai anak pertama yang lahir, kerap dianggap sebagai anak yang harus bertanggung jawab untuk mengayomi adik-adiknya, tentu pada perkembangannya akan sangat berbeda anak yang memiliki saudara kandung dengan anak yang tunggal.
Dikutip dari laman halodoc.com, Menurut Adler, anak tertua cenderung konservatif, mereka berorientasi pada kekuasaan, dan mampu memimpin. Alasannya karena mereka kerap diberi tanggung jawab untuk menangani adik-adik mereka, anak sulung tumbuh menjadi orang yang peduli, lebih bersedia menjadi orang tua, dan cenderung mengambil inisiatif.
Kecenderungan dari anak sulung yang cenderung konservatif karena ada anggapan untuk menggantikan posisi orang tua dalam keluarga, terlepas apakah anak sulung itu laki-laki atau pun perempuan.
Bahkan dalam kehidupan sosial masyarakat sudah menjadi fakta umum bahwa anak sulung tidak hanya harus mengayomi adik-adiknya, bahkan secara tidak langsung, terkadang harus ikut serta menjadi tulang punggung dalam keluarga, jika memang kehidupan keluarganya kurang beruntung secata ekonomi.