"Kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) yang diatur dan di tetapkan melalui Kemenaker sebesar 1,09 %, menuai banyak polemik diberbagai daerah, sebab kenaikan yang kecil menyebabkan penetapan kenaikan UMP itu tidak sesuai dengan harapan yang ditunggu-tunggu oleh para buruh"
Katanya negeri kita adalah negeri surga yang memiliki kekayaan alam dan SDM nya plural, serta adat dan kebudayaan yang berkembang, semuanya bersatu dalam kebhinekaan.
Negeri yang bernama Nusantara ini memang di kenal memiliki hamparan lautan yang luas, sawah yang membentang dari Sabang sampai Merauke, gunung-gunung yang tinggi menjulang dan menciptakan keindahan alam yang tak terbantahkan, serta memiliki ribuan pulau yang indah nan eksotik, tanah di negeri kita di juluki tanah surga.
Negara mana yang tidak ingin menguasai negara bernama Indonesia ini, Negara yang lebih dari 300 tahun lamanya di jajah oleh bangsa Belanda, negeri yang juga pernah di Jajah oleh Bangsa Jepang, dan tahun 1945, Negeri yang dulu di sebut negeri Nusantara ini memerdekakan diri yang di pimpin langsung oleh sang proklamator Ir. Soekarno sebagai bapak pendiri bangsa (The Founding Father).
Tidak selesai di situ saja, pasca merdeka pada 17 Agustus 1945, masih tersimpan polemik akut dalam rangka mempeetahankan NKRI dari rongrongan para penghianat negara, bahkan terbunuhnya para jenderal yang kini sudah di abadikan menjadi Pahlawan Nasional menjadi saksi bisu atas tragedi pasca kemerdekaan.
Ada Apa Dengan Negeri Kita Yang katanya tanah surga ini?Â
Banyak polemik dan kesenjangan sosial masih kerap terjadi, hegemoni kapital yang merupakan dampak dari kompetisi global menjadikan kita harus menghela nafas panjang.
Ketimpangan sosial dan diskriminasi global menyebabkan ketidakseimbangan proses dan perkembangan dalam struktur masyarakat kita.
Dimana kemiskinan dan daerah tertinggal masih menjadi agenda besar bagi bangsa kita atas terjadinya hegemoni kapital, sehingga menyebabkan yang miskin semakin nyungsep dan yang kaya semakin kaya dan merajalela.
Disinilah adanya fakta atas terjadinya hegemoni kapital di tengah keterpurukan ekonomi pasca pandemi covid 19 yang melanda negeri kita.
Pertumbuhan ekonomi yang bergerak cukup lambat, serta kemampuan pemerintah menaikkan UMP sebesar 1,09 %, menjadi bukti bahwa Negeri kita masih belum sehat secara ekonomi.
Bahkan negara kita yang merupakan Negeri penghasil bahan pokok makanan seperti jagung dan padi, masih cukup sering harus melakukan impor dari negara tetangga.
Ditambah lagi dengan tingginya tingkat pengangguran dimasing-masing daerah juga cukup besar, merupakan fenomena sosial yang seharusnya ada jalan keluar.
Tanah surga yang masih belum dinikmati secara utuh oleh penghuninyaÂ
Apa yang salah dengan negeri kita ? Semuanya sudah ada, lahan penghasil makanan dan buah-buahan, tambang pasir sampai emas pun juga ada.
Kekayaan laut yang begitu besar, serta hutan, gunung, sawah adalah kekayaan yang dimiliki Negeri kita, namun hutang negara semakin meroket, dan Negara masih "belum" membuat hutang luar negeri semakin menciut.
Dalam artikel yang dibuat ini, bukan lantas hendak menyalahkan siapapun, apalagi hendak menyalahkan pemerintah, sungguh tidaklah etis.
Tetapi ini hanya merupakan gundah gulana yang kerap dipikirkan oleh salah satu warga penghuni tanah surga ini.
Mengapa hutang di negeri kita sangat banyak hingga mencapai ribuan triliun, bahkan negara hadir dengan berbagai program dengan pendanaan melalui wordbank yang menjadikan hutang negeri kita semakin membengkak.
Disinilah tanah surga yang pada hakekatnya terhegemoni kapitalisasi global, sehingga seluruh elemen bersatu padu dan gotong royong untuk bangkit dan mengalikan Marwah bangsa kita dari cengkraman hegemoni kapital secara global.
Titip salam untuk para tokoh Nasional
Gonjang ganjing, dan hiruk pikuk dalam perhelatan politik mulai dari tingkat Nasional hingga ke akar rumput, semuanya berlomba-lomba membangun kekuatan dengan membranding masing-masing kandidat untuk bertarung pada pilpres 2024.
Analisis dan diskusi mulai dari gedung parlemen sampai di warung kopi pinggir jalan, menuju perhelatan pemilu yang akan datang kian menghangat.
Sejumlah tokoh mulai dari para menteri, mantan menteri, kepala daerah, para ketua partai sudah bergerak untuk maju dan menang pada pemilu mendatang, itulah harapannya.
Meski masih cukup jauh durasi waktunya untuk pemilu yang akan datang, namun semuanya sudah melakukan start. Para tokoh Nasional dan para pendukungnya sudah mulai berlalu lalang baik di media sosial maupun adanya baliho dukungan yang muncul membranding para kandidatnya.
Hanya saja, siapa pun yang hendak melanjutkan estafet kepemimpinan pak Jokowi di periode mendatang, harapan rakyat pinggiran ini, supaya Negeri kita keluar dari hegemoni kapital global yang mencengkeram begitu kuatnya, sehingga melemahkan pilar-pilar yang sudah terbangun dengan baik.
Harapan seluruh warga tanah surga ini, akan kesejahteraan dan kemampuan negara menekan ketimpangan sosial dan kemiskinan, menjadi sebuah keinginan yang kuat, sehingga masyarakat atau rakyat secara umum mampu melawan hegemoni kapital global.
Sejatinya para pemangku kebijakan dan yang terdampak oleh kebijakan mestinya mampu bersinergisitas untuk bersama-sama membangun Negeri yang katanya tanah surga ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H