"Duhai Hujan turunlah engkau menjadi Rahmat yang bisa membawa kesejukan dan membersihkan ruang hati yang gelap oleh debu-debu jalanan, hingga tanaman itu hidup dan tumbuh, serta membawa berkah bagi kehidupan"
Pagi pun berkabut, mendung menggulung mentari hingga wajahnya semakin gelap. Para petani sudah mulai bersiap-siap, hendak membersihkan ladang untuk menanam padi.
Sepi nan sunyi, hanya rintik gerimis yang menari-nari di antara celah bebatuan, memantulkan irama yang penuh dengan harmoni.
Kami berharap, engkau hujan menjadi cinta dan kasih sayang bagi kehidupan, bukan malah sebaliknya menjadi banjir dan longsor yang menyakitkan.
Harap-harap cemas dalam ruang sepi, gemerincik hujan tiada henti, semoga bukan banjir yang datang menghampiri, sungguh begitu nestapanya jika Air hujan berubah menjadi gumpalan air yang memenuhi pemukiman.
Hanya mampu menengadahkan tangan dengan berdoa kepada Tuhan yang esa, berharap hujan cinta dan kasih sayang Mu, bukan hujan yang membawa malapetaka, entah sebagai ujian atau pun sebagai sebuah peringatan.
Kini hujan Es sudah mulai menghantam pemukiman, hingga kerusakan dan kebocoran tempat berteduh kian tak terelakkan.
Duhai Hujan engkau datang setiap saat dengan dinamikanya yang bergelombang, bahkan engkau bisa datang dengan membawa badai hingga mampu membawa atap pemukiman terbang menjauh sari badannya.
Berdoa dan berpasrah diri mengharap hujan yang turun adalah Rahmat yang akan membawa kesejukan, bukan hujan badai yang bisa memporak-porandakan pemukiman dan mendatangkan banjir yang menyakitkan.
Jiwa dan raga ini sudah bersiap diri atas apa yang Engkau kehendaki terjadi, karena kita hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun, kecuali kekuatan yang Engkau berikan.