"Maulid Nabi bagi ummat muslim sudah di kategorikan sebagai perayaan hari besar Islam (PHBI), meski ada ragam cara yang dilakukan sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berbeda pada setiap kelompok masyarakat"
Bagi ummat muslim merayakan hari kelahiran sekaligus kematian kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada tanggal 12 Robiul Awwal merupakan suatu keyakinan untuk mendapatkan Syafaatnya, sehingga seluruh ummat muslim merayakan dengan membacakan sholawat.
Walaupun tidak bisa dipungkiri masih terjadi debatable mengenai perayaan maulid Nabi ini, karena ada sebagian ummat muslim yang meyebut bahwa perayaan maulid Nabi adalah bid'ah, sebab sesutu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi.
Terlepas dari adanya perselisihan pendapat mengenai perayaan maulid nabi, tetapi jika ummat muslim merayakannya dengan penuh cinta dan sepenuh hati, apa ada yang salah?
Tentu saja hal tersebut tidak ada yang salah, sebab merayakan maulid nabi itu bukanlah perkara yang keluar dari syariat Islam, bahkan merayakan maulid Nabi sebagian ulama memang menganjurkan, karena itu ada perbuatan yang mengandung nilai-nilai kebaikan.
Disamping perbuatan yang mengandung nilai-nilai kebaikan, merayakan maulid nabi merupakan bentuk dan rasa syukur, bahwasanya atas di utusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi pemungkas dan menjadi Rahmat bagi semesta alam.
Maka dalam merayakan maulid nabi Muhammad SAW harus dengan hati Ikhlas, ketulusan, dan semata-mata mengharap cinta, kasih sayang serta Syafaatnya Nabi Muhammad baik ketika masih hidup didunia maupun dalam kehidupan di akhirat.
Tentu saja merayakan maulid Nabi ini tidak hanya sekedar kebiasaan yang setiap tahun dilaksanakan tanpa ada nilai yang bisa dipetik sebagai hikmah dan pelajaran didalamnya.
Merayakan maulid Nabi sesuai dengan KemampuanÂ
Tidak perlu membeli gengsi, sebab setiap individu memiliki kapasitas berbeda untuk merayakan maulid Nabi.
Dibeberapa kelompok masyarakat memang tidak bisa dipungkiri ada yang merayakan maulid Nabi ini pada masing-masing rumah, sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Apakah hal tersebut itu salah? Tentu saja tidak, dan sangat bagus malah ketika dibarengi dengan cinta dan ketulusan hati, bukan karena keterpaksaan sebab tetangga sebelah melaksanakannya.
Maka batas kemampuan ini menjadi tolak ukur merayakan maulid Nabi dengan segala pernak perniknya, sehingga tidaklah menjadi beban, atau merayakan maulid Nabi karena ingin di sanjung dengan tetangga, tentu saja hal tersebut menjadi kurang baik.
Hal mendasar yang perlu di sadari bahwasanya merayakan maulid Nabi hakekatnya adalah bentuk cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sehingga merayakan maulid Nabi dengan ketulusan dan keikhlasan hati dengan tujuan semata-mata mendapatkan Syafaat kanjeng Nabi serta mendapatkan Ridho Allah SWT.
Merayakan maulid Nabi dengan Cinta dan keikhlasan sebagai bentuk rasa Syukur
Ada banyak cara merayakan maulid Nabi besar Muhammad SAW, bisa dilakukan secara individu maupun secara kelompok untuk mensyukuri nikmat yang diberikan kepada kita.
Tentu saja merayakan maulid nabi haruslah dibarengi dengan ketulusan hati, karena hakekatnya semua yang dilakukan adalah untuk mendapatkan Ridho-Nya.
Begitu pula merayakan hari dimana nabi dilahirkan ke muka bumi yang kematiannya juga sama pada hari dan tanggal tersebut, sehingga ummat muslim seluruh dunia merayakannya dengan membaca sholawat sebanyak-banyaknya hanya karena cinta kepadanya.
Oleh karena itu merayakan maulid nabi sebagai bentuk kesadaran dan rasa syukur yang mendalam atas di utusnya Nabi Muhammad yang telah membawa risalah kenabian serta ajaran Islam yang penuh dengan cinta dan kasih sayang bagi seluruh alam semesta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H