Dibeberapa kelompok masyarakat memang tidak bisa dipungkiri ada yang merayakan maulid Nabi ini pada masing-masing rumah, sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Apakah hal tersebut itu salah? Tentu saja tidak, dan sangat bagus malah ketika dibarengi dengan cinta dan ketulusan hati, bukan karena keterpaksaan sebab tetangga sebelah melaksanakannya.
Maka batas kemampuan ini menjadi tolak ukur merayakan maulid Nabi dengan segala pernak perniknya, sehingga tidaklah menjadi beban, atau merayakan maulid Nabi karena ingin di sanjung dengan tetangga, tentu saja hal tersebut menjadi kurang baik.
Hal mendasar yang perlu di sadari bahwasanya merayakan maulid Nabi hakekatnya adalah bentuk cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sehingga merayakan maulid Nabi dengan ketulusan dan keikhlasan hati dengan tujuan semata-mata mendapatkan Syafaat kanjeng Nabi serta mendapatkan Ridho Allah SWT.
Merayakan maulid Nabi dengan Cinta dan keikhlasan sebagai bentuk rasa Syukur
Ada banyak cara merayakan maulid Nabi besar Muhammad SAW, bisa dilakukan secara individu maupun secara kelompok untuk mensyukuri nikmat yang diberikan kepada kita.
Tentu saja merayakan maulid nabi haruslah dibarengi dengan ketulusan hati, karena hakekatnya semua yang dilakukan adalah untuk mendapatkan Ridho-Nya.
Begitu pula merayakan hari dimana nabi dilahirkan ke muka bumi yang kematiannya juga sama pada hari dan tanggal tersebut, sehingga ummat muslim seluruh dunia merayakannya dengan membaca sholawat sebanyak-banyaknya hanya karena cinta kepadanya.
Oleh karena itu merayakan maulid nabi sebagai bentuk kesadaran dan rasa syukur yang mendalam atas di utusnya Nabi Muhammad yang telah membawa risalah kenabian serta ajaran Islam yang penuh dengan cinta dan kasih sayang bagi seluruh alam semesta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H