Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan akan Tumbuh dan Berbuah Kebajikan

18 September 2021   13:32 Diperbarui: 18 September 2021   14:02 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangan diatas jauh lebih baik dari pada tangan dibawah | ilustrasi : islampos.com

"Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kebaiakan dan keburukan selalu berjalan sebanding sebagai sebuah fenomena dalam realitas kehidupan"

Sungguh hati sangat terenyuh dan terasa sakit, ketika ada seorang anak yang kisaran umurnya baru enam tahun bersama seorang ibu yang masih cukup kuat secara fisik, datang dengan menadahkan tangan, berharap mendapatkan uluran tangan.

Tempat keramaian di warung-warung, cafe, dan tempat lainnya kerap hal itu menjadi pemandangan yang bikin hati terenyuh.

Dalam hati dan pikiran, mestinya mereka sedang belajar di bangku sekolah, karena bkebetulan pada waktu itu beberapa tempat sudah mulai dibuka pembelajaran tatap muka.

Anak-anak yang kisaran masih duduk di kelas satu SD itu, apakah terpaksa, atau memang dalam kondisi ekonomi yang melarat, atau memang sudah menjadi rutinitas keluarganya mencari nafkah dengan cara meminta-minta, sehingga melakukan pekerjaan itu sebagai sebuah hal dalam ruang kepantasan dan kepatutan.

Anak jalanan yang hidup dengan cara mengemis, | ilustrasi : liputan6.com
Anak jalanan yang hidup dengan cara mengemis, | ilustrasi : liputan6.com

Anak-anak yang menjadi pengemis, terlepas apakah mereka terpaksa oleh sebuah keadaan atau memang karena sudah nasib, entahlah hati masih bertanya-tanya, kemana negara bahwa anak Indonesia merupakan tanggung jawab semua element, dalam hal ini Dinas Sosial yang semestinya memberikan tempat dan perlindungan bagi mereka yang hidup terlantar dan serba kekurangan.

Dan mengapa di jalanan dan keramaian masih saja anak-anak yang melakukan rutinitas meminta-minta itu masih cukup banyak kita lihat? Ini merupakan problem sosial yang sesegera mungkin untuk dituntaskan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Jika mengutip kata bang Haji Rhoma Irama, "Seribu satu macam, cara orang mencari makan, mulai dari penjual koran sampai jadi presiden",  bahkan saat ini mulai dari jadi pengemis sampai menjadi konglomerat, kira-kira begitulah rotasi kehidupan ini.

Apakah ada yang salah akan hal tersebut, tentu saja tidak, namun dalam konstek sosial, bahwa anak-anak yang melakukan rutinitas demikian tentu menjadi perhatian kita bersama, baik pemerintah maupun warga yang hidupnya lebih beruntung.

Lantas bagaimana seharusnya kita melihat fenomena sosial yang kerap kita lihat di tempat-tempat keramaian sebagai fenomena sosial yang keberadaannya di anggap lumrah ? 

Pemerintah dan warga yang lebih beruntung harus ada untuk mereka 

Ada peribahasa yang mengatakan, apa yang engkau tanam hari ini dan dirawat dengan baik, maka esok hari akan tumbuh, berkembang dan berbuah dikemudian hari.

Bahwasanya sebagai makhluk sosial, kita bisa merasakan apa yang sedang mereka rasakan, hidup terlunta-lunta dengan cara mengemis dan meminta-minta, sementara umur mereka masih sangat belia yang seharusnya berada di bangku sekolah, justru di ajak untuk mengemis.

Memang tidak ada yang salah akan hal tersebut, tetapi kondisi itu menunjukkan bahwa indikator kemiskinan di Negeri yang sangat kaya akan SDM maupun SDA nya, seakan tidak berbanding lurus dengan fenomena kemiskinan dan kefakiran.

Pemerintah pun terus melakukan upaya menekan angka kemiskinan dengan berbagai program bantuan, dengan istilah yang beragam, dengan tujuan untuk menekan angka kemiskinan semakin menurun.

Tetapi soal menekan angka kemiskinan ini bukanlah perkara yang mudah di tengah psikososial masyarakat kita.

Karena terkadang kemiskinan itu dipelihara untuk mencari simpatik saja atau bahkan kemiskinan bisa di jadikan tunggangan atau alat politik dan kepentingan, sehingga tidak heran jika kemiskinan masih menjadi objek "dipelihara".

Walau bagaimanapun tetaplah berbuat Baik dan saling berbagi 

Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, bahwa harus disadari betul dalam diri kita, bahwa harta yang kita dapatkan disitu ada sebagian harta kaum dhuafa, fakir, dan miskin.

Maka dalam konsep Islam , kenapa ada amal jariah, shodakoh, dan perbuatan baik lainnya, tidak lain adalah berbagi satu sama lain yang merupakan kunci kebahagian dalam hidup kita.

Sesungguhnya paling baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Dengan demikian sebuah kebaiakan yang kita tanamkan dalam diri, tentunya akan terus tumbuh, berkembang, dan akan berbuah kebajikan suatu saat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun