"Kebetulan desa yang kami huni berdampingan dengan perusahaan negara yakni PTPN 12, yang saat ini perkebunannya tidak hanya ditanami pohon karet, namun sudah beragam tanaman berbeda-beda telah memenuhi perkebunanan mulai dari pohon karet, tebu dan juga tanaman palawija"
Desa pondokrejo, kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember ini berdampingan dengan perusahaan negara yang luasnya mencapai ribuan hektar.
Penduduk desa pondokrejo yang berjumlah kurang lebih 7000 jiwa, dengan beragam profesi mulai dari seorang guru, pedagang, peternak, petani dan buruh, baik sebagai buruh tani maupun buruh perkebunan.
Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa masyarakat desa Pondokrejo secara ekonomi masih berada di kelas menengah kebawah, dimana mata pencahariannya lebih banyak menjadi buruh perkebunan yakni PTPN 12.
Kembali pada situasi dan kondisi kehidupan masyarakat yang mata pencahariannya cukup beragama, mulai menjadi guru, petani, pedagang, peternak, dan buruh yang menempati posisi paling banyak.
Banyak masyarakat yang menjadi buruh di PTPN 12, yang gajinya tidak seberapa, dengan pekerjaan yang cukup berat, salah satunya adalah menyadap pohon karet untuk diambil getahnya, yang kemudian ditimbang dan dihargai oleh perusahaan.
Menyadap karet biasanya dilakukan mulai sore hari, sampai pada malam hari ditengah gelap, dan para buruh yang bekerja dimalam hari sudah terbiasa dengan alat penerang berupa senter.
Mulai sebelum pandemi ini ada, perusahaan sudah mulai kurang sehat, terutama perihal keuangan, sehingga banyak buruh yang bekerja keluar kota, dan sebagian menjadi petani dan buruh tani.
Ditambah dengan Pandemic sejak tahun 2019, sampai saat ini, banyaknya pengurangan pekerja yang dilakukan oleh perusahaan sudah cukup banyak, sehingga masyarakat buruh pun kelimpungan dan banyak yang memilih merantau keluar kota.
Bagi seorang buruh, bagaimana hendak negosiasi gaji, sementara keuangan perusahaan sudah mulai "goyang".
Perusahaan tidak hanya melakukan pengurangan jumlah pekerja, namun banyak buruh yang bekerja hanya paruh waktu saja, sehingga gaji pun kurang mencukupi terhadap kebutuhan sehari-hari.
PTPN 12 merupakan bagian dari BUMN, yang saat ini perusahaan tersebut mulai "goyang" secara finansial, sehingga berdampak pada pendapatan buruh yang harus bekerja tidak harus setiap hari.
Dengan kondisi tersebut para buruh yang biasanya bekerja pada perusahaan yang mengelola getah karet tersebut, ada yang memilih merantau keluar kota, dan sebagian lagi menjadi buruh tani, dan sebagian lagi menjadi petani dan peternak.
Tentu saja masyarakat buruh yang mata pencahariannya bergantung pada perusahaan karet itu, berharap perusahaan Negara tersebut segera pulih terutama pada aspek financial, sehingga buruh bisa bekerja setiap hari, dan bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
Tentu para buruh tidak hendak melakukan negosiasi untuk menaikkan gaji, namun bisa bekerja setiap hari sudah menjadi keberuntungan tersendiri.
Karena PTPN 12 adalah perusahaan yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tentu hal tersebut merupakan problem Negara, dan lebih khusus lagi adalah problem hirarki dari atas hingga bawah yang berdampak terjadinya pengurangan para pekerja, dan pekerja tetap pun tidak selalu bekerja setiap hari, sehingga mengurangi pendapatan mereka.
Oleh karena itu pengelola perusahaan yang bergerak pada bidang tanaman karet dan kopi harus mengembalikan kejayaannya, seperti dahulu, sehingga buruh banyak mendapatkan pekerjaan, dan yang sudah menjadi karyawan tetap bisa dinaikkan gajinya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI