"Salah satu keberhasilan dalam dunia pendidikan adalah tercapainya pembelajaran pada anak secara menyenangkan, sehingga kurikulum tidak lagi menjadi beban dalam sistem pembelajaran online bagi anak"
Pandemi Covid 19 masih belum dinyatakan berakhir, meski di berbagai daerah kondisinya masih berbeda-beda. Namun hal itu tetap harus diantisipasi supaya masyarakat tidak terinfeksi virus yang mematikan. Begitu pun dengan sistem pembelajaran yang juga berbeda pula dari sebelum adanya pandemi.
Pemerintah masih tetap melaksanakan dua model pembelajaran yang harus dipatuhi oleh masing-masing instansi sekolah.
Kondisi saat ini di mana Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dengan level yang berbeda-beda mengaharuskan pembelajaran online dengan bantuan gawai dan internet masih menjadi solusi yang efektif.
Begitu pun dengan dunia pendidikan di mana pada wilayah level 1 sampai 3 diperbolehkan untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan mematuhi pedoman yang sudah dianjurkan oleh Kemendikbud Ristek, Nadiem Anwar Makarim.
Sementara pada wilayah yang berada pada level 4, proses pelaksanaan Pembelajaran Online atau pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih menjadi solusi dan alternatif dalam proses mendukung dan menggali potensi anak.
Inilah yang masih menjadi tantangan yang cukup berat baik bagi orang tua peserta didik maupun bagi pendidik itu sendiri, sehingga kerumitan PJJ tidak lantas menjadikan sebuah "kekerasan" dengan mengatasnamakan pendidikan.
Pemebelajaran daring di tengah pandemi ini harus menjadi ruang terbuka dan jalinan kerja sama yang baik antara orang tua anak dan pendidik itu sendiri.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, yang akrab dipanggil kak Seto, menanggapi hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran daring.