Orang tua, tentu saja sudah sangat lihai membagi waktu, kapan menggunakan internet dan kapan harus beraktivitas secara offline. Nmaun tidak bagi para remaja yang masih umur 17 tahun ke bawah, di mana secara psikososial masih dalam kategori cukup labil.
Di masa pandemi ini, internet menjadi kebutuhan mendasar, terutama dalam dunia pendidikan, di mana anak didik, pendidik, dan orang tua dituntut untuk menggunakan internet sebagai media pembelajaran, tentu hal tersebut sangat positif dan membantu anak didik untuk tetap belajar.
Mengapa bermain internet harus diatur? Karena dikhawatirkan kecanduan, di samping itu pula, terus menerus di depan gawai akan menjadikan kesehatan mata semakin melemah.
Membimbing dan mengarahkan penggunaan internet sebagai media pembelajaran
Bagi pendidik, orang tua menjadi suatu kewajiban untuk membimbing, mengarahkan penggunaan internet pada hal-hal yang positif, karena hal tersebut akan sangat bermanfaat dan membantu terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Smartphone dan internet adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan, keduanya merupakan sistem yang sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menjadi mudhorot ketika digunakan pada hal-hal yang negatif.
Oleh karena itu, kondisi pandemi ini, jadikanlah smartphone dan internet sebagai media belajar dan pembelajaran dalam batas kewajaran, sehingga tidak menjadikan kecanduan bermain gawai.
Pentingnya menyeimbangkan aktivitas online dan aktivitas offline
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Kemenkominfo, masyarakat Indonesia yang kecanduan internet sebanyak 48,7%, dengan rata-rata menggunakan internet selama satu hari selama 9 jam lamanya.
Tingginya pecandu Internet ini tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mata, namun juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita.
Dengan internet yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh, tentu itu adalah fakta yang terjadi hari ini.