Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Buku Kosong, Temen Terjujur dan Terindah

17 Mei 2021   16:46 Diperbarui: 17 Mei 2021   16:56 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.kamarbaca.com

 "Ketika membuka dan membaca bait demi bait dari buku kosong yang penuh dengan coreran hati, lalu kemudian senyum itu mengembang, teringat akan sebuah kenangan". Faisol 

Tahun 2000-an dengan jaman sekarang, mungkin perubahan dan pergeserannya sangat jauh sekali, jika dahulu kala buku selalu menjadi teman dan selalu di genggam untuk menuliskan sebuah cerita yang sangat indah pada waktunya, berbeda dengan saat ini, anak-anak sudah kurang begitu akrab dengan buku, sebab gadget menjadi kesukaan dan kesenangan yang terkadang menjadikan anak lupa akan waktu.

Buku kosong yang penuh dengan coretan itu, kita ke kenal dengan diary. Ya diary dari lembaran kertas kosong, lalu kemudian tertulis curhatan hati, tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, serta banyak kejadian lainnya yang sangat menarik, dan sifatnya sangat rahasia karena tidak pernah di umbar ke publik, kecuali pada teman yang sudah sangat dipercaya. Berbeda dengan era kekinian, dengan munculnya medsos, diary itu hanya menjadi catatan kusam dan pajangan yang jarang untuk ditemui, kecuali hanya untuk melihat kenangan manis yang tertulis di dalamnya.

Buku kosong yang teramat jujur sebagai tempat berkeluh kesah dalam rangkaian kata, tersusun menjadi kalimat, dan menjadi bait, hanya bisa dikonsumsi secara pribadi, dan teman yang paling dekat di hati. 

Mungkin saja catatan si buku kosong masih belum bisa tersusun dengan rapi, serta maksud dan tujuannya hanya bisa dimengerti oleh penulisnya, tetapi justru itu menjadi kenangan indah yang tergores dengan pena bisu, tanpa suara, hanya dentuman jiwa yang muncul menjadi sebuah kalimat.

Mungkin saja buku kosong yang populer bernama Diary itu, sangat tertutup bagi khalayak umum, namun menyimpan ribuan cerita dan kenangan, seakan dengan goresan pena yang terucap dengan kata-kata masih sangat jelas tergambar dalam memori, dikala kita membaca kembali kisah tersebut.

Buku diary yang sudah kusam itu, dikala penulis masih memasuki usia remaja, dimana usia puber yang penuh dengan pergolakan jiwa dan pemikiran sehingga teman paling jujur dan terindah hanyalah diary.

Mengapa harus di tulis pada buku kosong bernama Diary?

Karakter anak atau seseorang itu memang di kategorikan dalam dua macam secara umum, apakah seseorang tersebut bersifat introvert atau ekstrovert. Bagi karakter ekstrovert seperti penulis kacangan kayak saya ini, tempat curhat paling indah memanglah diary. Buku kosong yang menjadi coretan cerita mulai dari kisah bahagia sampai kisah yang di penuhi air mata, justru diary-lah yang menampungnya, tanpa ada keluh kesah darinya dikala diary itu dipenuhi dengan coretan.

Senyum itu kembali mengembang, dikala bait-bait yang sudah kusam itu di baca kembali, umurnya yang sudah puluhan tahun masih tersimpan rapi di almari. Ribuan kenangan yang dirasakan, masih tergores jelas dalam diary sebagai catatan perjalanan hidup yang penuh kenangan.

Buku kosong itu menyimpan ribuan kenangan 

Diary yang semula merupakan buku kosong, namun ketika sudah menjadi teman hidup, ia pun harus rela tergores dengan banyak catatan. 

Buku kosong itu pun menampung yang dirasakan dan dipikirkan dalam bentuk catatan. Ia tidak peduli, apakah itu kisah sedih ataupun bahagia, yang dia tahu, hanyalah kerelaan untuk dicoret dengan pena kehidupan yang bisa dimengerti dan dipahami oleh penulisnya.

Belajar dari buku kosong bernama Diary tersebut, hobi dan kecintaan menulis terbangun dengan sendirinya, dan mengendap di alam bawah sadar. Mungkin bagi kompasianer yang puber pada tahun 2000-an masih punya catatan kehidupan yang menjadi saksi bisu akan sebuah kenangan.

17 Mei 

Selamat Hari Buku Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun