Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk ciptaan yang lain, karena manusia sudah dilengkapi perangkat yang sempurna untuk menjadi pemimpin atau Khalifah di muka bumi ini.
Makhluk yang bernama manusia ini sudah dilengkapi dengan perangkat pikiran untuk berpikir, emosi untuk merekatkan hubungan, dan hati untuk mengontrol seluruh aktivitas dalam diri.
Emosi, pikiran, dan hati akan terpaut karena ada kontak yang menghubungkan, baik secara dhohiriah maupun secara batiniah. Disinilah terpautnya emosi manusia yang saling berhubungan dan saling membutuhkan, karena hakekatnya sebagai makhluk sosial tidak bisa, berdiri sendiri secara utuh, masih butuh orang lain sebagai kontrol sosial dalam hidup dan kehidupan kita.
Dalam konstek ini tidak perlu jauh melebar mengenai hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, contoh yang paling sederhana adalah didalam lingkungan keluarga sebagai miniatur hubungan sosial. Dalam hubungan tersebut akan selalu memunculkan persoalan baik yang dibuat oleh kita sendiri, maupun oleh anggota keluarga yang lain, bahkan lebih ironis lagi, karena terjadi suatu benturan dan perbedaan pendapat maupun sikap, menjadikan hubungan antar keluarga menjadi kurang harmonis lagi.
Makhluk bernama manusia ini memang sangat unik, ketimbang makhluk ciptaan lainnya, karena dengan perangkat yang paling sempurna itulah, ia dikarunia keberagaman untuk saling melengkapi. Bahkan hal tersebut bisa kita perhatikan pada seorang anak yang terlahir secara kembar pun memiliki perbedaan baik dari segi fisik maupun karakter.
Dalam kehidupan sosial sudah banyak terjadi perbedaan dan persamaan antar manusia yang biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan ada ungkapan yang menyatakan :
"Saudara kandung, laksana orang lain, dan orang lain sudah seperti saudara kandung"
Begitulah kehidupan sosial, yang cukup unik dan selalu menarik untuk di bahas, karena konsteknya cukup dinamis.Â
Dikala dekat bertengkar, dan di saat jauh merindu, ini merupakan fenomena umum yang tidak jarang terjadi, hampir seluruh manusia merasakannya, baik dalam skala mikro dalam lingkungan keluarga sendiri, maupun skala makro dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Konsep silaturahmi yang memang menjadi anjuran oleh Baginda Rosul, dan juga dihimbau oleh Allah SWT, Â supaya manusia saling mengenal satu sama lain, dan supaya terjadi hubungan harmonis untuk membentuk suku dan bangsa.
Islam telah mengajarkan konsep silaturahmi, sebagai ukhuwah Islamiyyah, yang mengajak pada kebaikan, dan menjauhi sesuatu yang menjadi larangan, maka diharapkan pada manusia sebagai Kholifah dimuka bumi ini untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.
Hari raya idul Fitri tetap menjaga silaturahmi dan harmonisasi dalam hubungan sosial, baik skala mikro maupun skala makro, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Saling memaafkan karena acapkali kita sebagai manusia memiliki sifat salah dan khilaf, maka hati kita senantiasa selalu terbuka untuk memaafkan, meski bukan dihari yang Fitri. Semoga kita selalu demikian. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H