Sembilu yang belum berujung, telah merenggut ribuan jiwa, hadir tanpa di undang, dan apakah engkau akan pergi dengan begitu tenangnya.
Hiruk pikuk dan kehebohanmu telah membuat geger dunia,tidak hanya negeri merah putih yang terdampak, hampir semua negara telah engkau jelajahi, entah dari engkau terlahir dan berasal, hingga engkau mampu memporak-porandakan tatanan.
Oh...Corona hadirmu tiada pernah di sangka, menjelma tak kasat mata, tapi sudah banyak mangsa kau serang hingga habislah nyawa. Lalu kapankah engkau akan mati, dan tak muncul lagi..? Hingga dirimu tidak meresahkan ummat manusia.
Aku : apakah Corona itu ada,? Seperti apa bentuknya..? Bagaimana iya menyerang hingga mampu menjadikan orang merenggang nyawa? Apakah tugasmu sudah menggantikan malaikat maut..?
Kita : Corona itu ada, bentuknya berduri, dan beeafiliasi dengan tubuh manusia..
Kami ; akupun sependapat dengan kita, corona itu memang sangatlah nyata, berperan sebagai pencabut nyawa'".
Corona : Aku datang dan menyebar lewat manusia, hinggap dan ikut hidup dalam tubuhmu, jika iman dan imunmu tidak kuat, maka bersiaplah untuk dikremasi, begitulah kira-kira fatwa Corona.
Dari percakapan yang penuh gejolak itu, antara aku, kita, kami dan Corona,seperti tiada ujung.. Engkau hadir, tidak hanya membayakan hidup dan kehidupan manusia, namun engkau hadir juga telah memporak-porandakan tatanan kehidupan dari berbagai aspek, hingga banyak negara telah membuat kelimpungan dengan hadirmu.
Aku, kita, kami dan Corona, tiada lelah dibahas dan diteliti untuk mengantisipasi kembang biakmu..
Kita dan kami, sudah banyak pakar menjelaskan, dari bentuk dan seranganmu. Namun apalah daya semua hanya mengira dan mempeediksi, sementara kondisi seranganmu yang sebenarnya tiadalah yang tahu.
Aku : hai kita dan kami, kapan Corona ini akan pergi jauh dari kehidupan kita?
Kita : kondisi ini, tiadalah yang tahu..
Kami : mungkin saja akhir 2021 ini Corona sudah tiada lagi semoga..
Corona : banyak orang yang mengambil keuntungan dari kehadiranku, mungkin saja aku masih berlama-lama, atau dengan secepatnya aku akan hengkang dari muka bumi ini...
Aku : kehadiranmu tidak hanya membunuh kami dengan seranganmu, tapi engkau juga telah banyak membunuh aktivitas kami.
Kita : Duhai corona, cepatlah engkau pulang pada tempatmu yang sebenarnya...
Kami : aku pun bersepakat denganmu wahai kita...
Corona : aku adalah ujian bagimu, maka perkuatlah iman dan imunmu, ingatlah mati dan ingatlah sama Tuhanmu untuk selalu bersyukur.
Begitulah percakapan aku, kita, kami dan Corona pada malam ini, semuanya aku, kita dan kami telah berpasrah dengan ikhtiar, semoga keberadaanmu sebagai ujian untuk segera sirna dari muka bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H