Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Taruhlah Mimpimu pada Ketinggian Langit dan Bergeraklah Laksana Bumi Berputar

5 Mei 2016   14:15 Diperbarui: 23 Mei 2016   10:44 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan kita yakini sebagai wahana untuk mengkonstruk pemikiran manusia, yakni merubah pola dan pembaharuan dalam konstek pemikiran, sehingga berdampak terhadap hidup ini yang juga tidak lepas dari pendidikan itu sendiri. Kita sepakati bersama, bahwa pendidikan adalah kawah candradimuka bagi generasi penerus bangsa untuk terus meningkatkan kualitasnya, walaupun tidak bisa kita pungkiri, bahwa ada banyak persoalan dan gejolak dalam dunia pendidikan kita, mulai dari kekerasan seksual, kererasan fisik dalam bentuk tawuran, kekerasan yang bersifat psikologis juga masih sering terjadi.

Tahun 2016 ini tercatat ada 5.000 kasus kekerasan dalam dunia pendidikan yang dilansir oleh detik.com, Oleh karenanya Menteri Pemberdayaan Perempuan Yohana Yambise menyatakan bahwa “Indonesia dalam kondisi darurat terhadap kekerasan anak”, menyikapi terhadap kekerasan pemerkosaan anak yang terjadi di Bengkulu, Menteri Yohana Yambise untuk mendorong aparat penegak hukum , untuk memberikan sanksi seberat-beratnya, kalau perlu hukuman mati bagi para pelaku pemerkosaan tersebut.

Pemerintah, Pelaksana Pendidikan, dan masyarakat merupakan elemen yang sangat penting untuk saling mengisi dan mengontrol terhadap sistem pendidikan kita, sehingga control, evaluasi, bimbingan, pembinaan terhadap peserta didik. Maju dan mundurnya bangsa ini, hakekatnya tidak akan pernah lepas dari sistem pendidikan kita. Pendidikan menjadi kuat, dengan sistem yang mapan, yakni berorientasi terhadap pengembangan skill, kognitif, dan afektif dari peserta didik itu sendiri. Sebagai salah satu dari bagian dari produk pendidikan di Indonesia, maka penulis tetap berpegang teguh terhadap filosofi bapak pendidikan kita yang menyatakan “Ing Ngarso Sung Tolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, di Depan member Teladan, Di tengah member Bimbingan, dan di belakang member dorongan. (Ki Hajar Dewantoro).

Bahwa dengan pendidikan yang berorientasi terhadap pengembangan SDM, bangsa kita bisa maju, artinya kembali lagi terhadap sistem pendidikan kita yang masih belum sustainable, sebab dengan bergantinya menteri pendidikan, kebijakan akan selalu terjadi perubahan, sehingga membingungkan terhadap pelaksana pendidikan itu sendiri.

Oleh sebab itu kesuksesan seorang anak tidak akan lepas dari produk pendidikan, pengalaman, dan pengembangan ilmu pengetahuan mampu di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Raihlah Cita-Cita Itu Dengan Istiqomah

akuinginsuksesdotcom-572af237ae7a610e05998c0a.jpg
akuinginsuksesdotcom-572af237ae7a610e05998c0a.jpg
Ilustrasi: pinterest.com

Pasang surut, kegagalan, dan merasakah pahitnya kehidupan ini sudah menjadi hal biasa dan lumrah, karena hal itu sudah sering dialami. Hidup sudah memiliki pilihan dengan resiko-resiko yang harus di ambil. Jika pikiran menentukan keputusan, maka keputusan akan menentukan terhadap tindakan yang akan dilakukan.

Penulis memiliki cita-cita dan harapan untuk sukses dalam pendidikan, kalau perlu suatu saat nanti gelar professor bisa tercapai, namun harapan itu masih belum bisa tercapai, sebab banyak kendala, salah satunya karena factor perekonomian yang masih kurang mendukung. Ada dua hal cita-cita itu bisa diraih, pertama mengejar pendidikan karena hakekatnya penulis cukup haus akan pengetahuan, artinya penulis semakin banyak tahu, semakin bodoh yang kami rasakan, dan selalu ingin tahu, kedua mampu mengimplementasikan pengetahuan yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama selalu berkarya, menelaah fenomena social, fenomena alam, yang merupakan kekuasaan Tuhan yang maha esa.

Para senior penulis seringkali mengatakan, “mulai sekarang buatlah jurnal tentang hidupmu saat ini, setiap hari tulislah tentang pengalaman hidup, tentang persoalan yang menjeratmu, bahkan tentang cita-cita dan harapanmu, karena itu adalah bagian dari doa kepada Tuhan yang esa”. Begitulah kira-kira redaksi bahasanya. Dengan menulis, sebenarnya kita sudah membuat schedule dalam hidup kita, dan kemana arah dan tujuan kita hidup didunia ini?  Maka sesungguhnya kita sebagai manusia biasa, mampu memberikan manfaat kepada diri kita sendiri, keluarga, agama bahkan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat luas, merupakan salah satu kesuksesan dalam hidup kita, “karena hidup ini sekali, setelah itu mati, maka hiduplah yang berarti

Menjadi berarti itu gampang-gampang susah, dibilang susah, sebenarnya tidak susah, tetapi dibilang susah, hakekatnya gampang. Berarti identik dengan bernilai, maka sesungguhnya menjadi orang yang bernilai adalah orang yang memiliki pengetahuan, dan pengetahuan itu adalah cahaya yang mampu menerangi jalan hidup kita, maka carilah ilmu meski ke negeri china, dan carilah ilmu mulai sejak mulai lahir sampai pada akhir hayat”, disitulah sebenarnya nilai dan arti hidup itu, sehingga Tuhan akan menepati janjinya, yakni meninggikan derajatnya orang-orang yang berpengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun