Mohon tunggu...
Akhmad BumiSH
Akhmad BumiSH Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer

Lawyer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Si Nyonya Soe yang Dingin"

29 Februari 2020   21:09 Diperbarui: 29 Februari 2020   21:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita, telah tumbuh sebagaimana dulu rembulan menitipkan cahayanya, tuturnya.

Kini, rembulan akan gerhana, segala cahaya akan redup.

Lelaki tua dari Bijeli itu, yang konon berjasa memindahkan kota dari "Kapan" ke Soe ini seolah beraroma laut.

Dengan pedang dan segala kesaktian, sedang menawar dengan segala keasingan yang tak pernah di fahami.

Mungkin lelaki tua itu menawarkan kita seperti kesatria di medan laga, tapi nyatanya tidak.

Mungkin, lelaki tua itu sedang berbisik, ikhlaskan punggung ini digali, tapi ciptakan laut di tanah ini ketika langit gelap.

Dipunggung itu sedang digali, bukit-bukit menjadi lembah, dengan batok mesin ditangan.

Malam sudah larut, kamipun bergegas tidur. Pagi-pagi buta Jumat (17/1) ada ketukan pintu kamar.

Detak jam menunjukan pukul 6.00 pagi. Ada suara teriakan dari luar kamar. Bangun, bangun, matahari telah beranjak naik.

Setelah bangun bersiap-lah kami untuk sarapan pagi. Tampak awan enggan pergi dari hotel tempat kami berdiam.

Selesai sarapan, mobil berjejer, siap mengantar kami ke Pengadilan Negeri Soe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun