Mohon tunggu...
Cerpen

Aku Bukan Istri Nabi

31 Oktober 2018   22:42 Diperbarui: 3 November 2018   10:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh Eka R Abdurachman, SP

Sebagai Perempuan, tugasku sangatlah sederhana. Andaikata hidup adalah sebuah skenario kampus, maka untuk dapat wisuda menjadi sarjana bergelar wanita sholeha aku hanya menempuh 4 (empat) mata kuliah saja. Andaikan hidup adalah sebuah perjalanan, maka aku cuma menempuh 4 (empat) perjalanan saja untuk sampai pada pelabuhan akhir yang penuh dengan kedamaian abadi.

Tapi aku merasa sangat kewalahan disemester ke-3 kuliah jurusan keperempuanan. Dan aku juga tidak mau berhenti di perjalanan ke-3 menumpangi bus kehidupan jurusan dunia-akhirat. Diawal kuliahku dulu, di semester pertama aku harus lulus menempuh mata kuliah "Peranan perempuan sebagai seorang Putri".

Alhamdulillah aku mendapat nilai "B" dari dosen panelis orang tuaku, itu artinya aku cukup lulus karena berkat kerja kerasku yang tidak banyak neko-neko saat aku menjadi buah hati mereka. Prestasi belajarku yang selalu dapat juara dan masa remajaku kuhabiskan dengan menjadi anak manis, tanpa narkoba dan tanpa hura-hura. Ini mungkin karena aku ikut bimbingan belajar ruhiyah bersama teman-teman rohisku di komunitas tarbiyah, dan sampai disaat itu aku belum bisa ikut ujian semester pendek untuk dapat nilai "A" sebagai seorang anak yang baik.

Di kepala dua usiaku waktu itu, alhamdulillah aku di izinkan mengikuti kelas akselerasi dari perjalanan pertamaku menumpangi "bus perjalanan bersama manusia" aku mendapat hembusan dari langit, hidayah itu mengantarkan aku pada terminal perjalanan kedua "perjalanan menuju Allah". Allahuakbar..! perjalanan ini sangat terjal, begitu banyak godaan yang menghadang. Saking asyiknya aku mendekati Cahaya dari Tuhan yang tidak bertuhan lagi membuatku sedikit sibuk. Aku jadi reader sejati melahap semua buku-buku yang sangat kontras dengan buku yang kubaca dulu ketika masih di bus perjalanan pertama.

Sebagai puteri, perpustakaanku dipenuhi buku-bukunya Salim A. Fillah, dan Kang Abik. Mulai dari Agar Bidadari Cemburu Padamu, ayat-ayat cinta, semua habis kubaca tuntas. Lalu koleksi buku di perpustakaanku pun berubah, buku-buku Cak Nur, Ali sari'ati, Azhari akmal tarigan, dan lainnya terpajang sangat banyak. Di perjalanan kedua, ada begitu banyak pertanyaanku yang tidak terjawab. Kehidupan sosial masyarakat yang sangat kompleks, membuatku sedikit kerepotan antara belajar dan peduli dengan sekelilingku. Dari diskusi panjang, rasanya aku sepakat jika Agama adalah hasil didikan.

Mulai dari didikan keluarga, sekolah, bahkan pengalaman. Lalu jika ada kondisi masyarakat dimana seorang anak tidak sempat mendapatkan didikan Agama dari orang tuanya karena setiap waktu sibuk mencari makan, apalagi jauh sekali dari yang namanya bangku pendidikan. Apakah berdosa jika si anak itu tidak sholat? Aku jadi berpikir jangan-jangan yang salah adalah kita yang tidak peduli dengan kemiskinan mereka.

Atau lebih parah jangan-jangan sholat kita yang tidak sah? Bukankah syarat sahnya sholat adalah baligh, baligh artinya tumbuh normal. Untuk tumbuh normal sudah pasti gizinya harus baik, gizi itu asalnya dari pangan yang sehat, artinya jika kita tidak peduli dengan masalah pangan bagaimana dapat dikatakan sahnya sholat kita?. Kondisi imanku yang tidak stabil, membuat semester kedua kuliahku berantakan.

Aku mendapat nilai "D" untuk mata kuliah "Peranan Perempuan menjadi aktivis sosial masyarakat". Artinya aku tidak lulus dan harus mengulang kembali mata kuliah tersebut di semester selanjutnya. Proses pencarian Tuhan yang kugeluti di komunitas filsafat, membuatku kurang bisa diterima lagi di komunitas tarbiyah. Kini aku harus mengambil ekstrakurikuler yang baru yaitu organisasi internal dan external kampus agar aku bisa memperbaiki nilai "D' berperan di masyarakat. Singkatnya walau aku tidak lulus mata kuliah yang kedua, tapi aku berhasil menuju perjalanan yang ke-3 yaitu "Perjalanan bersama Tuhan".

Alhamdulillah.. hijabku terjaga dengan baik bahkan kelezatan imanku diperjalanan ketiga membuatku merindukan kematian, dan Alhamdulillah juga aku bisa ikut mata kuliah di semester ketiga yaitu "Peranan Perempuan sebagai Seorang Istri". Seorang ikhwan berkata padaku "Afwan ukhti, kuingin mengajakmu jalan-jalan ke surga.

Bersediakah dikau menjadi belahan sayapku agar kita dapat terbang kesana?". hmm.. bagaimana bisa aku menolaknya? Berbekal cinta kepada Allah dan RosulNya, kami genapkan agama kami. Laiknya sakinah mawaddah wa rahmah sebenarnya aku sudah sangat nyaman bersama Tuhanku di perjalanan ketiga di Nirwana.

Tapi amanat kemanusiaan membawaku turun kebumi untuk melanjutkan perjalanan yang keempat yaitu "Perjalanan Bersama Manusia kembali", manusia bersama manusia berhimpun agar dapat saling membantu untuk "Nasuha". Akhirnya walau sudah diperjalanan ke-4, terkadang aku harus pulang kampung ke terminal 1, 2 dan 3. Dan betapa fenomenalnya amanat kemanusiaan di mata kuliah yang harus kutempuh berperan sebagai seorang istri, walau dosennya suamiku sendiri. Aku tetap harus belajar banyak agar biduk rumah tanggaku menjadi "Baiti Jannati".

Aku masih harus berjuang keras di semester ke-3 kuliah kehidupanku karena aku tidak semulia seperti istri-istri Nabi. Dengan sangat berat aku harus bisa ikut mata kuliah yang keempat "Peranan perempuan sebagai seorang Ibu". Semoga Allah memberikan Acc pada proposal do'a yang kami ajukan agar kami selalu menjadi abi dan ummi dari anak-anak kami hari ini dan kelak.

Hal itu aku rasakan begitu menjadi background yang sangat berpengaruh bagi kehidupanku. Mujahidku tercinta adalah seorang Trainer aktiv di setiap pelatihan, public politik dan kesibukan lain. kesibukannya terkadang seperti "Bang Toyyib" itu sih sebutan abah menggodaku ketika Harimku itu dua atau tiga hari belum sempat pulang bahkan berbulan-bulan berkeliling karena pekerjaan dan aktivitas lain. Alhamdulillah, akupun aktiv beraktivitas di wilayah public seperti biasa, kantor, arisan, kegiatan sosial dan aktivitas rumahan.

walhasil... kami seperti tim organisasi kampus yang begitu aktiv, seolah lupa bahwa ada dunia lain bernama Rumah Tangga yang sedang kami jalani, terkadang aku lupa membangunkannya karena keletihan, terkadang ia tidak sempat sarapan pagi karena diburu waktu, hingga di pintu kamar kami pun tak ubahnya seperti papan pengumuman di kampus dulu, disana tertulis jelas "NOTHING HOLIDAY UNTUK UMMAT". jadinya... sebagai seorang humairah aku sering merasa sedih bila menemaninya pergi ke dokter karena keletihannya kambuh, prioritas kebutuhan lebih banyak dialihkan untuk transportasi urusan kemanusiaan dan infaq. pertengkaran kecilpun tak terhitung lagi everywhere. Hanura yang pecah kami yang ribut, Prabowo yang mau Presiden kami yang rapat paripurna, caleg pada sibuk kampanye, kami yang sibuk diskusi meneropong pemimpin yang baik, untuk siapa? ha..ha... itu yang membuat lucu. Banyak hal yang kami lakukan tapi kami hanya tau bahwa apa yang kami lakukan hanyalah untuk ummat dan bangsa.

Akhirnya... 4 mata kuliah jurusan keperempuanan di 4 perjalanan hidup adalah ikhtiar panjangku tuk dapat bangga menjadi Muslimah. Karena aku diciptakanNya dari tulang rusuk, yang dekat ke tangan untuk di lindungi, dekat ke hati untuk di cintai.

Alhamdulillah.. "Aku tidaklah dewasa dan sedermawan seperti Khadijah al-qubra, tidak sesederhana Fatimah azzahra, tidak juga setulus Maryam, tidaklah setegar Hajar, tidak seikhlas Rabiatul adawiyah. aku juga tidak secerdas Aisyah al-wafa, dan aku bukan istri Nabi. Aku hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha tuk 'Nasuha" menjadikan diri ini sholeha".

)* Ketua Kohati HMI  Cab Kupang, 2004-2005

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun