Mohon tunggu...
Akhmad Badawi
Akhmad Badawi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa informatika biasa dengan hobi olahraga dan game yang tertarik dengan politik dan humor.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dampak AI: Revolusi atau Kehancuran Etika!

16 September 2023   08:00 Diperbarui: 16 September 2023   08:03 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Download Board Arrow Sign Royalty-Free Stock Illustration Image - Pixabay 

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah mengemuka sebagai bidang penelitian yang mampu mengajarkan mesin untuk meniru fungsi-fungsi manusia. Menyadari potensi luar biasa yang diusung oleh AI, artikel dari jurnal "Siteanu, E., Frunzeti, T., & Coereanu, L. (2022)" mengungkapkan dua sisi mata uang dari kemajuan teknologi ini. Seiring dengan laju perkembangan AI, muncul pula kekhawatiran etika yang tak bisa diabaikan. Menjelajahi rincian artikel ini, kita akan mengurai peran penting etika dalam mengarahkan masa depan kecerdasan buatan, mengingatkan kita pada urgensi membangun fondasi etika yang kokoh seiring kemajuan teknologi di Indonesia.Menggali Akar Sejarah: Dari Dartmouth hingga Kini

Berkaca pada Konferensi Dartmouth tahun 1956, AI diukuhkan sebagai bidang kajian dan riset baru yang menegaskan bahwa setiap aspek kecerdasan dapat dijelaskan dengan presisi untuk mengajarkan mesin bagaimana mensimulasikannya. Inilah tonggak awal yang membuka pintu ke era kecerdasan buatan. Bahkan, konjektur Simbol Fisik yang diusung oleh Allen Newell dan Herbert Simon, yang menyatakan bahwa sistem fisik simbolik cukup dan mutlak diperlukan untuk tindakan cerdas, menandai fondasi teoritis yang memandu pengembangan teknologi ini.

Namun, yang lebih menarik adalah konsep kecerdasan buatan kuat yang mengusulkan bahwa komputer yang diprogram dengan benar, dilengkapi dengan input dan output yang sesuai, dapat memiliki "pikiran" sendiri, serupa dengan manusia. Hans Moravec dan para pendukungnya bahkan mengajukan klaim yang lebih mencengangkan, menyebutkan bahwa ada potensi untuk menyalin otak manusia secara persis dalam perangkat keras dan perangkat lunak, menciptakan simulasi identik dengan aslinya. Bahwa kekuatan otak manusia dapat direplikasi dalam komputer rumahan pada tahun 2030 merupakan wawasan yang membingungkan namun menarik, menggugah pertanyaan akan sejauh mana manusia dapat "menjiwai" teknologi ciptaan mereka sendiri.

Ethics in the Age of AI: Menimbang Risiko dan Tanggung Jawab

Pertanyaan fundamental pun muncul: Apakah pengembangan AI secara etis dapat diterima? Di sinilah inti dari perdebatan etika terletak. Kecerdasan buatan, kendati mengundang keajaiban teknologi, juga membawa sejumlah risiko yang tidak bisa disepelekan. Kehadiran algoritma dan sistem kecerdasan buatan mencetuskan kebutuhan mendesak akan mekanisme etika yang kuat dan dapat diterapkan. Dalam konteks Indonesia, di mana teknologi semakin mengintegrasikan diri ke dalam kehidupan sehari-hari, pertanyaan ini tak bisa diabaikan.

Transformasi Menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan: Dari Konseptual ke Praktikal

Perubahan mendasar juga terasa di tingkat sosial. Transformasi menuju masyarakat berbasis pengetahuan menjadi hal yang tak terelakkan. Kecerdasan buatan tak lagi sekadar mimpi, namun sebuah kenyataan yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari. Keberadaannya telah mencuat sebagai elemen sentral dalam transformasi digital masyarakat. Di Indonesia, di mana pengetahuan menjadi landasan penting bagi pertumbuhan dan kemajuan, kehadiran kecerdasan buatan menjadi prioritas utama.

Namun, seperti mata uang memiliki dua sisi, demikian pula dengan AI. Implikasi praktis dari kecerdasan buatan muncul sebagai suatu konsekuensi tak terhindarkan. Pengakuan atas risiko yang melekat dalam teknologi ini menandakan kebutuhan mendesak untuk menanggapi mereka melalui pertimbangan etika. Mekanisme regulasi yang kuat dan sistem pengawasan publik menjadi mata rantai penting dalam memastikan teknologi ini digunakan secara adil dan berkelanjutan dari segi sosial dan lingkungan. Di tanah air, di mana pertumbuhan teknologi berjalan seiring pertumbuhan etika, hal ini memunculkan tantangan yang tidak boleh diabaikan.

Melangkah ke Masa Depan: Mesin dengan Kesadaran dan Moralitas

Sementara kita berdiri di persimpangan jalan teknologi, kita tidak dapat mengabaikan wawasan mendalam yang diusung oleh artikel ini. Wawasan bahwa suatu saat nanti, mesin mungkin akan dilengkapi dengan nilai-nilai moral dan kesadaran, membuka kemungkinan baru dalam berbagai bidang. Di Indonesia, di mana nilai-nilai moral dan etika dijunjung tinggi, hal ini mengajukan pertanyaan menarik seputar dinamika antara manusia dan teknologi ciptaan mereka sendiri.

Mengukuhkan Etika di Panggung AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun