Kami perlu mengetahui siapa yang harus diikuti saat kedua dosen memberikan instruksi yang bertentangan. Apakah kami harus lebih condong kepada dosen yang teknis, atau mengikuti dosen yang lebih fleksibel? Bagaimana kami bisa menghadapi perbedaan ini tanpa merasa terus-menerus salah langkah?
Dampaknya Bagi Mahasiswa
Perbedaan pandangan antara dua dosen ini tidak hanya membuat mata kuliah semakin rumit, tetapi juga menguras mental kami. Belajar sendiri sudah menjadi tantangan, apalagi jika ditambah dengan kebingungan akan perbedaan yang ada. Setiap kali diberikan tugas, rasanya seperti berjudi: apakah tugas ini akan diterima oleh kedua dosen, atau hanya salah satu?
Selain itu, ketidakpastian ini membuat kami kehilangan fokus pada inti dari mata kuliah itu sendiri. Alih-alih mendalami metode penelitian, sebagian besar energi kami dihabiskan untuk mencoba memahami apa sebenarnya yang diinginkan oleh dosen A dan dosen B. Pada akhirnya, tugas yang seharusnya menjadi latihan yang bermanfaat justru berubah menjadi beban mental yang berat.
Harapan untuk Solusi
Sebagai mahasiswa, saya berharap situasi ini bisa diperbaiki. Jika kedua dosen bisa lebih sering berkoordinasi sebelum memberikan materi, kebingungan ini mungkin bisa dikurangi. Penjelasan mengenai perbedaan pendekatan mereka juga penting, agar kami tidak merasa tersesat di tengah kebingungan.
Mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif ini seharusnya menjadi dasar penting bagi kami dalam memahami penelitian. Namun, jika situasi seperti ini terus berlanjut tanpa adanya perbaikan, pengalaman belajar kami justru akan berubah menjadi perjuangan untuk menemukan kepastian di tengah dua kubu yang berbeda. Harapan saya sederhana, semoga para dosen bisa bersatu dalam memberikan panduan yang jelas, sehingga kami bisa fokus pada tujuan utama, yaitu belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H