Sebagai seorang mahasiswa yang berasal dari Kebumen dan menempuh pendidikan kuliah di Kota Yogyakarta, dimana kala waktu libur datang saya menyempatkan untuk kembali pulang ke kampung halaman di Desa Gumawang, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen.
Jarak yang masih terbilang dekat dan tidak terlalu jauh dimana dapat ditempuh dengan lama perjalanan kurang lebih tiga jam jika perjalanan lancar dan normal, membuat saya masih dapat untuk bolak-balik Jogja-Kebumen ataupun sebaliknya, Jalur Daendels menjadi jalur yang selalu saya pilih untuk saya susuri kala perjalanan berkendara baik dari Jogja-Kebumen ataupun sebaliknya.
Sayangnya, jalan yang memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa ini menjadi jalan yang menyebalkan untuk dilalui, kita harus tetap hati-hati dan waspada ketika melalui Jalur Daendels jika kita tidak ingin ngenes kala berkendara di Jalur Daendels.
Bagi masyarakat wilayah daerah Kebumen dan sekitarnya, nama Jalan Daendels sudah sangat akrab dan tak asing di telinga. Sebelum dibangunnya Jalan Lingkar Selatan-Selatan (JLSS) antara tahun 2015-2018.
Kawasan Jalan Daendels yang membentang dari daerah Brosot di Kulon Progo hingga daerah Karang Bolong di Kebumen menjadi rute alternatif, selain Jalan Nasional yang menghubungkan Yogyakarta menuju Cilacap atau Banyumas atau sebaliknya. Jalan Daendels Kabupaten Kebumen, jalan dengan panjang sejauh 26,9 kilometer yang merupakan jalur selatan dari Mirit sampai Tambakmulyo, Puring.
Jalan yang memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa ini menjadi jalan yang cukup banyak dilalui para pengguna kendaraan, baik motor, mobil, hingga truk-truk besar, kita harus tetap berhati-hati dan waspada ketika melalui Jalur Daendels jika kita tidak ingin ngenes kala berkendara di Jalur Daendels.
Meskipun jalannya terbilang mulus, tetapi masih saja ada lubang-lubang jalan yang mengharuskan kita berhati-hati kala menyusuri jalur ini, ada juga beberapa hal lain yang mengharuskan kita untuk tetap berhati-hati dan waspada ketika melalui Jalur Daendels jika kita tidak ingin ngenes kala berkendara di Jalur Daendels.
Jalur Daendels, lurus dan monoton membuat ngantuk
Saat memacu kendaraan di Jalan Daendels, saya merasa sedang melewati jalan tol yang lurus dan begitu-begitu saja. Jalur yang hanya lurus dan minim tikungan bisa membuat pengendara terlena dan gampang mengantuk. Jalur yang memanjang di tepi selatan Pantai Jawa ini membuat saya gampang mengantuk saat melewatinya.
Sebenarnya sepanjang samping kanan kiri jalur kita dapat melihat hamparan kebun-kebun warga sekitar, dan tak hanya itu saja, nantinya juga akan menjumpai pantai-pantai juga.
Adapula rumah makan yang menyajikan olahan khas daerah tersebut, seperti rumah makan sate Ambal, dan kebun-kebun jambu kristal yang disamping jalan berjejer pula para penjual jambu kristal tersebut. Namun kita tetap harus fokus saat berkendara meskipun jalannya lurus dan minim tikungan, bila mana kita saat berkendara lelah atau mengantuk, lebih baik kita menepi terlebih dahulu.
Lewat kala siang, rasanya seperti dipanggang
Pernah kala itu saya melewati Jalan Daendels siang hari, waktu itu saya dari Kebumen ke Yogyakarta dan berangkat sekitar jam 10 siang dari rumah. Saat saya tiba di Jalan Daendels Purworejo, waktu telah menunjukkan pukul 11:30 siang. Matahari yang kala itu bersinar terik dan panas berada tepat di atas kepala. Sepanjang jalan kala siang itu terasa seperti dipanggang, matahari yang terik bersinar membuat bagian balik telapak tangan saya yang tak tertutup jaket menjadi gosong.
Waspada angin, lubang jalan, dan derasnya air kala hujan
Jalur dengan jalan yang cukup terbuka dan berdekatan dengan pesisir pantai selatan Jawa, membuat kita harus tak terlena dengan jalurnya yang lurus dan dengan beberapa pemandangan sekitar. Pernah waktu itu saya dari Yogyakarta-Kebumen dan sebaliknya, ketika di Jalan Daendels saya menjumpai hujan yang cukup deras.
Saya yang berkendara menggunakan motor dan mengenakan jas hujan tak bisa meneduh karena kala itu belum menjumpai bangunan untuk meneduh, angin dan derasnya hujan menerpa saya yang berkendara menggunakan motor dan mengenakan jas hujan, tak hanya angin dan derasnya curah air hujan, saya masih harus waspada dengan lubang jalan dan genangan-genangan air yang tak jarang kala ada kendaraan mobil atau truk besar yang melintasi genengan air tersebut airnya menerpa saya yang berkendara menggunakan motor.
Hati-hati dengan terpaan angin dari kendaraan yang melaju dengan kecapatan tinggi
Jalur yang lurus dan minim tikungan, membuat para pengguna kendaraan yang melewati jalur ini memacu kecepatan mereka dengan kecapatan yang tinggi, hal tersebut membuat kita harus tetap hati-hati kala berkendara melewati Jalur Daendels.
Berhati-hati dengan terpaan angin saat kita berpapasan dengan kendaraan lain yang dimana kita pengendara bermotor berpapasan dengan pengendara mobil atau truk besar yang jika mana sama-sama memacu kendaraan dengan kecepatan yang tinggi.
Saat melewati jalur jalan Daendels kita juga harus meperhatikan jalan-jalan atau perempatan kecil para penduduk sekitar, yang mana biasanya ada para warga, petani, atau orang yang tengah mencari rumput untuk pakan ternak melintas atau menyebrang.
Selain itu, kita juga harus memperhatikan rambu-rambu lalu lintas dan mematuhi aturan lalu lintas agar tetap aman selama berkendara, serta tetap senantiasa waspada berhati-hati kala berkendara di malam hari, dan menepi untuk beristirahat jika mengantuk dan lelah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H