Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030042 UIN Sunan Kalijaga

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Renjana Ancala - Gunung Andong: Langkah Awal yang Menentukan Langkah Selanjutnya

12 Mei 2024   12:06 Diperbarui: 12 Mei 2024   12:13 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Renjana, kata tersebut merupakan kata yang berasal dari Bahasa Sansekerta, yang memiliki arti  tindakan yang menyenangkan atau pemberian kesenangan. Kata tersebut memiliki hubungan dengan apa yang saya tulis, yaitu mendaki. Ini adalah sebuah cerita tentang pendakian pertama kali saya dalam hidup saya, yang mana saya bertekad dimana suatu saat saya harus mendaki gunung. 

Tekad dan keinginan tersebut tentunya tak muncul begitu saja, berawal dari melihat konten pendakian di media sosial dan ada teman-teman saya yang melakukan kegiatan tersebut, munculah ketertarikan pada diri saya dimana suatu saat saya harus dapat mendaki gunung. Meskipun awalnya ragu dan sempat muncul pertanyaan " ngapain sih mendaki gunung? kan cape, ribet, susah, dan butuh biaya. " Namun muncul juga pertanyaan, " gimana sih rasanya naik gunung, emang bakal sebagus kayak yang di media sosial? " Namun dari pertanyaan-pertanyaan tersebut justru makin membuat saya lebih ingin mendaki.

Keinginan untuk mendaki muncul dari rasa penasaran saya, tidak memiliki latar belakang organisasi yang berhubungan dengan dunia pendakian atau ikatan pecinta alam, saya bertekad untuk suatu saat dapat mendaki gunung, yang mana tekad dan keinginan saya untuk mendaki gunung berawal dari melihat konten-konten tentang kegiatan pendakian gunung, dimana konten YouTube Fiersa Besari yaitu Ekspedisi Atap Negeri mendaki 33 gunung di setiap 33 provinsi yang ada di Indonesia, hal tersebutlah yang membuat saya bertekad dan berkeinginan untuk mendaki. 

Akhirnya tibalah dimana saya memiliki kesempatan untuk mendaki gunung, pendakian gunung pertama saat itu ketika waktu libur semester perkuliahan. Gunung Andong menjadi gunung pertama yang akan dituju sebagai tujuan pendakian awal.

Gunung Andong

Sekilas mengenai Gunung Andong, sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Magelang, tepatnya di antara Desa Ngablak dan Desa Tlogorejo, Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Andong yang terletak di Kabupaten Magelang ini memiliki ketinggian 1.726 Mdpl, dengan dua puncak yang ada, yaitu ada puncak alap-alap yang berada di ketinggian 1.692 Mdpl, dan puncak tertingginya yaitu puncak andong yang berada di ketinggian 1.726 Mdpl, selain puncak-puncak tersebut juga ada puncak jiwa, dimana di puncak jiwa merupakan camping ground yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda bagi para pendaki yang ingin berkemah, ada pula makam yang terletak di sebelah barat puncak Gunung Andong, terdapat makam dari tokoh leluhur setempat bernama Ki Joko Pekik yang merupakan penyebar agama Islam di area tersebut. Dalam waktu-waktu tertentu, makam ini didatangi warga untuk ziarah dan memohon keselamatan dari sang leluhur. 

Untuk mencapai puncak Gunung Andong terdapat beberapa basecamp yang dapat di pilih sebagai titik awal yang akan dilalui untuk mendaki, ada dua pilihan yang ramai dipilih oleh para pendaki yang akan mendaki Gunung Andong, ada Via Sawit dan Via Basecamp Pendem. Pada setiap basecamp yang ada di Gunung Andong sudah terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap bagi para pendaki, seperti toilet, warung, mushola, dan tempat parkir. Gunung Andong, gunung dengan akses mudah, fasilitas yang sudah cukup lengkap, track jalur pendakian yang masih terbilang cukup ramah bagi para pendaki dengan ketinggian puncak 1.726 Mdpl, menjadikan Gunung Andong cocok bagi pemula ataupun pendaki yang sudah banyak melakukan pendakian sebagai tujuan untuk mendaki.

Langkah Awal yang Menentukan Langkah Selanjutnya

Perjalanan saya dimulai dari rumah tempat saya tinggal di Jogja. Sebagai pendaki pemula, perlengkapan dan bekal saya masih dengan perlengkapan dan bekal yang sederhana, saya berangkat dari tempat saya pukul 06.00 berkendara menggunakan motor matic menuju Gunung Andong Via Base Camp Pendem yang berada di Desa Girirejo, Ngablak, Magelang. Perjalanan berkendara saya dari tempat saya tinggal menuju Base Camp Pendem memakan waktu satu setengah jam berkendara menggunakan motor.

 Setelah menempuh perjalanan berkendara yang memakan waktu satu setengah jam, akhirnya saya sampai di Base Camp Pendem pada pukul 07.30, selanjutnya setelah sampai di Base Camp Pendem, sebelum melakukan pendakian saya melakukan pembayaran tiket sejumlah Rp 25.000 terlebih dahulu, biaya tersebut sudah termasuk biaya parkir sejumlah Rp 5.000 untuk motor, tiket pendakian sejumlah Rp 15.000, dan tiket kebersihan Rp 5.000. 

Setelah selesai melakukan pembayaran di loket Base Camp Pendem, langkah awal yang menentukan langkah selanjutnya pun dimulai. Pada pukul 07.35 saya mulai menyusuri jalur pendakian Gunung Andong Via Pendem, di jalur pendakian Gunung Andong Via Pendem ini ada dua jalur yang dapat dipilih, nantinya setelah kita mulai berjalan dari gerbang pendakian kita akan menemukan percabangan dua jalur, yaitu ke kanan ke utara atau ke kiri ke selatan.

 Pada jalur kanan ke utara nantinya akan melalui hutan pinus dan akan menjumpai dua pos, yaitu pos satu kenongan dan pos dua kendit, jika memilih ke kiri ke selatan, nantinya pendaki akan menjumpai dua pos, yaitu pos satu mantenan dan pos dua watu wayang. Pada pendakian ini saya memilih untuk berjalan melalui jalur yang ke kanan ke utara, setiap langkah saya susuri dengan tekad untuk sampai puncak, perjalanan saya menuju Puncak Andong hanya di temani cuaca yang bersahabat, matahari nampak menyinari perjalanan ini. 

Setelah berjalan menyusuri jalur dari gerbang pendakian, saya sampai di pos satu kenongan pada pukul 07.55, saya menyempatkan waktu sejenak untuk beristirahat. Setelah dirasa cukup beristirahat di pos satu, saya melanjutkan perjalanan menuju Puncak Andong. Setelah memulai lagi pendakian dari pos satu, saya tiba di post dua kendit pada pukul 08.14, tak terlalu lama dalam beristirahat di pos, saya pun lanjut untuk berjalan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Puncak di Pendakian Pertama

Setelah lanjut berjalan dari pos dua, jalur mulai makin naik, disinilah saya justru lebih banyak untuk berhenti dan beristirahat, di tengah jalur perjalanan di setiap tanjakan saya hampir selalu menyempatkan waktu untuk berhenti mengatur nafas yang terengah-engah, hanya berbekal air putih di tas saya beristirahat dan berhenti di tengah jalur pendakian untuk mengatur nafas yang terengah-engah dan meneguk bekal air putih.

 Dengan nafas yang terengah-engah saya terus melangkah, sempat terlintas di benak untuk turun karena fisik mulai terkuras dengan bekal yang kurang dan juga karena kepala sedikit terasa pusing. Namun saya masih bertekad untuk menggapai puncak di pendakian pertama saya, terus menyusuri jalur meskipun banyak berhentinya, akhirnya pada pukul 09.42 saya sampai di Puncak Alap-Alap dengan ketinggian 1.692 Mdpl. Pendakian Gunung Andong tak hanya sampai Puncak Alap-Alap, masih ada puncak sesungguhnya yaitu Puncak Andong yang berada di ketinggian 1.726 Mdpl.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Kabut di Puncak Andong

Setelah sampai di Puncak Alap-Alap kabut turun, tak disangka selama perjalanan dari bawah sampai puncak di sinari matahari yang cerah, namun ketika di puncak kabut turun. Setelah sampai di Pucak Alap-Alap, saya lanjut menuju Puncak Andong di ketinggian 1.726 Mdpl, dari Puncak Alap-Alap menuju Puncak Andong akan melewati jalur jalan yang tak lebar, dimana di samping kanan kiri sudah jurang, jalur jalan ini di sebut Jembatan Setan. Setelah melewati Jembatan Setan yang mana ditambah juga kabut yang turun, akhirnya sampailah di Puncak Andong, puncak gunung pertama di pendakian gunung pertama dalam hidup. Namun sayang sekali ketika di puncak kabut turun, namun tak apa juga, karena masih diberi kesempatan untuk dapat sampai ke puncak. 

Sejatinya pendakian gunung tak hanya soal puncak dan pemandangan indah di puncak ketika momen-momen tertentu, dimana ketika kita berjalan menyusuri jalur pun termasuk dalam bagian keseruan pendakian gunung. Pendakian awal biasanya akan menentukan bagaimana selanjutnya, apakah kapok dan tidak akan mendaki gunung lagi, atau justru hal tersebut adalah hal yang akan menjadikan kita untuk terus bertekad melakukan pendakian. Mendaki jangan modal nekat, mendaki juga memerlukan persiapan yang baik, karena kita tidak tahu bagaimana nantinya di alam, kita juga harus punya modal tekad yang baik dan positif, karena mental juga berpengaruh dalam sebuah perjalanan mendaki gunung.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun