Mohon tunggu...
Yes Of Course
Yes Of Course Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pura pura jadi orang

yes of course

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Kehidupan dari Barang Rongsokan dan Kakek Pemulung

26 Mei 2022   12:44 Diperbarui: 26 Mei 2022   12:53 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi, foto pak dahri dan karung rongsokannya yang sengaja tidak sengaja tidak terlihat mukanya hehe

Awal tahun 2000-an sampai sekitar tahun 2012-an, ibu-ibu di kampung termasuk di desa saya dan ibu saya memiliki jadwal rutin "membersihkan" barang-barang tak terpakai yang sengaja dikumpulkan dan telah menumpuk di sudut rumah. Bagaimana cara membersihkannya? Dibuang ketempat sampah atau ke sungai? Tidak. Dibakar di pekarangan? Bukan itu jawabannya. Barang-barang yang sudah tidak terpakai itu diserahkan kepada tukang rongsok.

Tukang rongsok biasanya akan lewat keliling kampung setiap seminggu sekali. Menggunakan sepeda onthel dengan keranjang bambu berisi rongsokan di bagian kanan dan kerupuk di bagian kiri ataupun berjalan kaki dan menggunakan becak onthel, tukang rongsok menyuarakan bunyi-bunyian yang menjadi pertanda kehadirannya. Ibu-ibu sudah hafal betul, di hari apa mereka harus mempersiapkan barang-barang bekasnya. Wujudnya beraneka ragam, mulai dari baskom plastik yang sudah pecah, botol sirup lebaran tahun lalu, hingga sepatu yang sudah berlubang di bagian jempol dan juga jerigen bekas yang sudah rusak ataupun berlubang pun menjadi barang incaran tukang rongsok.

Dari barang-barang bekas tersebut, bukan uang yang akan didapatkan oleh ibu-ibu itu, melainkan kerupuk. Seingat saya Tidak ada timbangan, tidak ada takaran, atau pun ukuran tertentu untuk menilai barang-barang bekas tersebut. Baik tukang rongsok maupun ibu-ibu kampung bisa saling memahami hingga mencapai kata sepakat, seberapa banyak kerupuk yang akan menjadi teman makan siang bersama anak dan suaminya. Dulu saya pas waktu masih SD senang sekali menukar barang bekas dengan krupuk ke tukang rongsokan itu, karena saya juga suka dengan rasa krupuknya yang biasanya tidak di goreng dengan minyak namun dengan pasir.

Begitulah pelajaran hidup yang saya dapat dari Pak Dahri, Tukang Rosok dan Barang rongsokan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun