Sesampainya di bukit Jabal, gunungan kemudian menjadi rebutan warga yang sudah berkumpul.
Tidak hanya Sumpil yang menjadi rebutan warga, kembang manggar yang berisi uang juga menjadi rebutan.
Warga rela saling dorong dan berebut Sumpil yang sudah dikemas dalam wadah plastik ini untuk mendapatkan keberkahan. Warga yang rela berebut gunungan Sumpil ini mengaku makanan khas ini jarang sekali ditemukan.
"Harapannya mendapat keberkahan sesuai dengan simbol dan makna yang terkandung dalam makanan khas Kaliwungu ini," ujar Siska warga Kaliwungu.
Tradisi Gerebek Sumpil dengan kirab gunungan berisi makanan khas Kaliwungu mengandung filosofi keberkahan manusia dalam menjalani hidup harus seimbang.
"Gunungan ini sengaja diperebutkan warga sebagai bentuk keberkahan dan saling berbagi sesama manusia. Sumpil sendiri mengandung makna menyerahkan diri kepada sang pencipta dengan ikhlas," jelas Zaenal Arifin, pengurus makam Eyang Pakuwaja.
Dikatakan, sumpil yang dibungkus dari daun bambu
mempunyai makna agar manusia bisa berguna seperti bambu yang setiap bagiannya bermanfaat.
"Sumpil yang berbentuk segitiga mengandung makna manusia harus menjalin hubungan dengan sang pencipta dengan sesama manusia dan benda lain ciptaan tuhan," imbuhnya.
Selain menggelar Gerebek Sumpil juga digelar pengajian dalam rangka haul dan ruwahan masal di makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja.
Tambahan Dari beberapa sumber: