Mohon tunggu...
Ari AJ
Ari AJ Mohon Tunggu... Freelancer - Kritikus Sastra

Founder Gerakan #SastraInAja | Sastra, Bahasa, Budaya | Sastra Inggris UIN SGD Bandung | Pusing? #SastraInAja | Yuhuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karya Sastra Apa yang Pertama Kali Muncul?

20 Juni 2020   16:35 Diperbarui: 20 Juni 2020   16:33 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://slideplayer.com/slide/8553472/

Genre atau yang bisa disebut bentuk, jenis, atau tipe, adalah sebuah usaha pengelompokkan karya sastra. Meskipun menurut Kamus Sastra Routledge, masih belum ada kesepahaman dalam penggunaan kosakata 'genre' atau usaha pengelompokkan tersebut, yang pasti kita bisa menggunakan istilah genre untuk membedakan jenis atau tipe atau bentuk karya sastra. Di jurusan Sastra Inggris, lebih sering menggunakan istilah genre dibanding tiga sebutan lainnya tersebut.

Sebagaimana yang umum diketahui mahasiswa sastra bahwa terdapat 3 genre yaitu puisi (poetry), prosa (prose), dan drama, ketiganya masuk dalam kategori Fiction. Apakah Non Fiction tidak semata-mata bukan merupakan jenis karya sastra? Saya terkejut saat mengetahui bahwa justru sebaliknya yang terjadi. Ya, Non Fiction pun masuk dalam karya sastra dengan berbagai karakteristiknya. Izinkan saya membuat ulasan tersendiri mengenai ini di kesempatan lain.

Yang jelas, di antara Fiction dan ketiga genre di atas (beserta Non Fiction tentunya), pertanyaan yang muncul adalah genre mana dulu yang pertama kali hadir? Pertanyaan ini tentu menggelitik mahasiswa dan penggemar sastra mengingat kita bisa mengenal sedikit sejarah perkembangan sastra dengan mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. Tentu jawaban darinya akan sedikit membahas pengaruh perkembangan sosial budaya dari dan ke karya sastra sehingga dapat mencapai konsep dan bentuknya kini.

Pembelajaran di mata kuliah Survey of British Literature (sejarah sastra Inggris British) mengenalkan sebuah karya sastra Inggris yang paling awal dan paling masyhur: Beowulf. Bentuk dari karya tersebut adalah long narrative poem, yakni puisi yang secara panjang lebar menceritakan sebuah kejadian. Bentuknya memang puisi tapi memiliki fungsi untuk bernarasi atau bercerita selayaknya novel atau cerpen. Karena menjadi karya paling awal, cerita yang sudah diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama tahun 2007 ini menjadi argumentasi dalam menentukan bahwa puisi (Poetry) adalah karya sastra paling awal.

Argumentasi lain tentang puisi sebagai genre tertua adalah bahwa sifatnya, yang dapat memadatkan pesan sekaligus memanjakan telinga dalam penyampaiannya, menjadikan genre ini lebih mudah untuk menyebar sejak awal. Mudahnya puisi untuk menyebar dahulu kala dilandasi oleh belum adanya mesin cetak untuk memperbanyak karya tersebut, selain tentunya hanya kaum konglomerat yang memiliki akses terhadap kertas dan tinta. Mudahnya sebuah puisi menyebar mengakibatkan hilangnya identitas pengarang sebagaimana Beowulf yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya siapakah pembuatnya.

Sebagai salah satu jenis puisi, ini pun terjadi dengan pantun melayu berbunyi: jika ada sumur di ladang / bolehlah kita menumpang mandi, dst, yang mudah menyebar sehingga kepengarangannya masih misterius. Salah satu sumber menyatakan pembuat pantun tersebut adalah Marah Rusli dalam novel Sitti Nurbaya yang terbit pertama kali tahun 1922 (cek tulisan saya berjudul Pantun Sitti Nurbaya di Kompasiana ini). Terkait darimana Rusli menulis pantun tersebut, apakah murni ciptaan dirinya atau sudah ada di masyarakat, masih menjadi misteri.

Masih saat mengikuti mata kuliah Survey of British Literature, genre tertua nomor dua adalah Drama. Argumentasi yang mengiringinya adalah banyaknya long narrative poem lain sebagaimana Beowulf tersebut atau karya tertentu yang dipentaskan untuk dapat ditonton oleh banyak orang.

Penonton dalam konteks saat itu di abad ke-16 sampai 17 tentunya masih kalangan konglomerat, sehingga karya sastra yang bisa, boleh, dan layak ditonton "masyarakat" (kelas atas) saat itu disebut high literature atau sastra kelas tinggi. Terkait hal ini, mungkin membutuhkan ulasan terpisah dalam membahasnya.

Teks-teks drama yang muncul ditulis oleh banyak sastrawan yang salah satunya terkenal sebagai sastrawan besar Inggris yakni William Shakespeare. Meskipun terdapat polemik tentang keaslian naskah drama yang ditulis kala itu, apakah ditulis terlebih dahulu lalu dipentaskan, dipentaskan terlebih dahulu (dengan sedikit petunjuk tentang garis besar cerita) lalu dituliskan berdasarkan pementasan, atau teks drama yang kita pegang kini mengalami modifikasi setelah dipentaskan pertama kali. Namun tetap saja konteks saat itu memungkinkan untuk mementaskan cerita-cerita baik dari long narrative poem yang sudah ada atau pun membuat lagi yang baru. Hal ini melahirkan Drama sebagai genre tertua kedua setelah Poetry.

Setelah ditemukannya mesin cetak sebagai hasil revolusi industri di Inggris, berdasarkan info mata kuliah Introduction to Criticism, karya sastra menjadi memungkinkan untuk disebarkan lebih luas lagi, tak hanya ke kalangan konglomerat. Mesin cetak, yang sanggup berkontribusi dalam menyebarkan surat kabar lebih jauh lagi, memungkinkan menyebarkan pula karya sastra yang dimuat surat kabar tersebut. Revolusi industri melahirkan genre sastra baru yakni Long Fiction atau yang lebih dikenal sebagai Novel. Menurut studi di mata kuliah The Novel, karya sastra tersebut (yang kemudian kita sebut novel) yang terbit di abad ke-19 pada mulanya adalah cerita yang dimuat secara bersambung dalam surat kabar setelah ditemukannya mesin cetak.

Dampak dari revolusi industri adalah mobilitas tinggi dari masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari. Hal ini melahirkan karya sastra yang lebih sederhana dan lebih ringan dibaca. Karya sastra yang lahir adalah Cerpen atau Short Story. Ini adalah hasil dari tuntutan masyarakat industri yang bergerak cepat sehingga hanya membutuhkan bacaan yang dapat dihabiskan sekali duduk. Tentu tetap terdapat peran dari surat kabar dalam menyebarkan cerpen-cerpen tersebut hingga sampai ke tangan pembaca.

Pertanyaan selanjutnya adalah dimana letak Non Fiction setelah memahami rangkaian kronologi terciptanya karya sastra di atas? Mata kuliah Non Fiction menjungkirbalikkan konsep yang sudah terbangun di awal yang menyatakan bahwa Poetry adalah karya sastra tertua.

Seperti inilah skema kelahiran Non Fiction: sejak usia SMP, jika tidak salah, kita sering "didongengi" oleh guru mata pelajaran Sejarah. Beliau menyatakan bahwa manusia purba di zaman prasejarah gemar menggambar sesuatu di dinding gua tempat tinggal mereka. Apa yang mereka gambar adalah apa yang mereka lakukan baik itu bertani, beraktivitas, berburu, dan sebagainya. Gambar-gambar tersebut bukan hanya ada pada gua, tetapi juga pada piramida, candi, dan beragam peninggalan lainnya.

Dari hal tersebut, kita bisa memastikan bahwa karya sastra yang pertama hadir bukanlah Poetry, melainkan Non Fiction, sebuah karya yang memiliki tingkat fiksionalitas lebih rendah dari Fiction namun memiliki kadar faktualitas yang lebih rendah pula dari teks sejarah. Ya, Fiction sendiri memiliki tingkat fiksionalitas lebih tinggi dengan kadar faktualitas yang lebih rendah.

Lalu bagaimana dengan film sebagai sebuah karya, konten, atau kreasi yang lahir berkat sebuah naskah sebagaimana Drama? Sebagai seseorang yang meyakini adanya karakteristik kesastraan dalam film, karya tersebut dapat bersifat sebagai pementasan layaknya drama. Khusus mengenai karakteristik kesastraan yang dimiliki film, saya akan ulas di artikel lain.

Berkembangnya fotografi dan film di awal abad ke-20 turut mengembangkan pula genre Drama hingga kini. Bisa dikatakan genre ini seolah-olah mengalami reinkarnasi hingga dapat dengan pesat mengalami perkembangan menjadi salah satu di antara karya yang paling banyak dibaca (ditonton) oleh khalayak ramai.

Sekian

ARI AJ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun