Pernah saya mencintai seorang teman SMA. Alhamdulillah hari ini dia menjadi istri saya dan Ibu dari anak saya.
Takdir Tuhan itu baik. Dari teman biasa 1 kelas sekarang menjadi teman hidup 1 rumah. Kalau dahulu rasa cinta dan sayang berupa kata, hari ini rasa tersebut teraktualisasi di dalam keluarga. Â
Saya bahagia menjabat sebagai kepala keluarga. Meski terkadang masih tidak terbayang, cepatnya waktu bergulir. Rasanya baru kemarin saya menjadi seorang putra lalu kini harus menjadi orang tua.
Jabatan kepala keluarga adalah bonus. Saat orang harus berebut jabatan di dunia kerja, Tuhan karuniakan jabatan kepala keluarga setelah menikah.
Jika yakin dan mau berusaha, setelah menikah Tuhan juga memudahkan dalam mencari jabatan dunia kerja. Bekerja adalah wujud tanggung jawab kepala keluarga dalam mencari nafkah. Â
Sebagai kepala keluarga kita resmi menyandang 2 status. Sebagai suami dari istri tercinta dan orang tua dari anak-anak tersayang.
Seberapa sayang anda dengan istri sekarang harusnya bisa melebihi rasa sayang saat dulu sedang memperjuangkannya.
Kadang saya teringat, dulu saya betul-betul cinta padanya. Menyapa selamat pagi, siang, dan malam melalui pesan sms. Pertanyaan, "Sudah makan belum?", tak pernah lupa. Mendapat pesan balasan darinya, rasanya bahagia.
Karena kami satu kelas, semangat belajar jadi semakin membara. Ya mungkin itu yang namanya cinta. Apa dulu motivasi belajar saya karena pingin dilihat oleh dia ya? Entah tapi tugas belajar saya tunaikan dan mengagumi dia waktu itu adalah anugrah.
Setelah menikah, mungkin sedikit berbeda. Namun ungkapan cinta dalam bentuk kata tetap sama. Lewat pesan WA, pertanyaan "Sudah makan belum?" setidaknya tetap ada.
Lewat pesan WA, pertanyaan "Mau dibawain apa sepulang kerja?" sering mengumandang. Lewat kata, perhatian suami terhadap istrinya adalah peran kepala keluarga pula.
Istri adalah patner hidup. Maka komunikasi baik dengannya adalah kunci. Komunikasi yang baik menciptakan rasa saling percaya dan bukan saling curiga.
Sebagai orang tua, teladan bagi anak itu penting. Anak adalah peniru ulung orang tuanya. Tindak tanduk dan kata akan diingat dan diikuti oleh anak.
Peran selanjutnya menjadi pendidik bagi anak. Paling bahagia saat berhasil mengajarkan sesuatu kepada anak. Gerakan dalam ibadah (solat) contohnya.
Meski baru menginjak 4 tahun, gerakan solatnya sudah hampir mendekati benar. Sujud yang awalnya telungkup seluruh badan, sekarang sudah lebih benar dan tidak telungkup lagi. Duduk diantara dua sujud yang awalnya bersila, sekarang sudah seusai dengan gerakan yang benar.
Setelah disebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kepala keluarga, ternyata masih ada hal lain yang sering dilupakan oleh kepala keluarga. Berikut adalah 3 hal yang sering dilupakan oleh kepala keluarga:
1. Membantu Pekerjaan Rumah Tangga
Sebagai kepala keluarga, biasanya disibukkan dengan rutinitas pekerjaan. Bahkan ketika pulang ke rumah, terkadang ada saja pekerjaan yang masih harus diselesaikan. Dengan alasan menyelesaikan pekerjaan atau alasan lelah bekerja seharian, kepala keluarga sering melupakan hal kecil seperti membantu istri beres-beres rumah.
Padahal kepala keluarga memiliki banyak waktu luang maupun kesempatan yang dapat digunakan untuk membantu istri menyelesaikan perkerjaan rumah tangga. Misal: membantu melipat pakaian, mengepel lantai rumah di pagi hari sebelum beraktivitas.
Contoh lainnya, mencuci piring setelah selesai makan. Kepala keluarga juga bisa membantu mencuci piring milik istri dan anak atau perkakas lainnya setelah istri selesai memasak. Istri sudah berusaha keras menyiapkan makanan sehari-hari untuk keluarga. Jika bisa membantu istri mencuci piring tentu dengan senang hati, bukan tidak mungkin istri akan semakin cinta.
Pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab suami dan istri. Berkomunikasilah untuk saling bantu dalam menyelesaikannya.
2. Menjadi Teman Curhat Istri dan Manjadikan Istri Tempat Curhat Suami
Istri dengan segala rutinitas tugas dan tanggung jawabnya tentu mengalami fase lelah. Terkadang ada saja cerita anak disekolah atau cerita tentangga dengan berbagai ulahnya. Disini kepala keluarga (atau suami) adalah tempat mencurahkan segala uneg-uneg dari istri.
Sesibuk apapun kepala keluarga, sempatkan dan biasakan berdiskusi dengan istri. Kebetulan saya dan istri sama-sama suka menulis. Diskusi mengenai topik tulisan sering kami lakukan. Kadang istri hanya perlu didengar curhantannya, namun sesekali berikanlah tanggapan atas curhatan tersebut.
Pun sebaliknya, jika kepala keluarga memiliki suatu masalah entah di tempat kerja atau di tempat lain, jadikanlah istri sebagai tempat untuk menyampaikan keluh kesah yang dimiliki. Hindari curhat berlebih ke rekan kerja lain, terutama rekan kerja wanita.
3. Mengajak Istri dan Anak Liburan
Liburan adalah healing bagi istri dan anak. Dengan liburan, ikatan kekeluargaan juga bisa semakin terjalin erat. Kepala keluraga dengan segala kesibukannya, terkadang menganggap bahwa liburan keluarga tidak penting. Hal tersebut tentu saja tidak tepat.
Liburan keluarga juga tidak melulu staycation di hotel mewah atau liburan ke luar pulau atau luar negari. Saya dan keluarga beberapa kali memilih liburan sederhana dengan menaiki moda transportasi KRL. Berkunjung ke kota Bogor misalnya. Â
Tentu setiap keluarga bisa memilih sesuai kemampaun dan kesukaan masing-masing. Liburan sederhana lainnya adalah berbelaja di market yang ada di mall atau jalan-jalan ke mall. Bisa juga mengisi liburan dengan olah raga lari bersama atau bermain bulutangkis bersama keluarga.
Selain itu, menyepatkan diri ke tempat wisata seperti Tebet Ecopark, kebun raya bogor dan lain sebagainya juga merupakan opsi tujuan dari liburan bersama keluarga. Â
Jangan pernah berhenti mencintai, menyayangi dan menjaga keluargamu
Demikian, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H