Mohon tunggu...
Akhmad Solikhin
Akhmad Solikhin Mohon Tunggu... Lainnya - Biotechnologist

Ayo Melek Sains

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Pertandingan 2 Generasi di Li-Ning China Master 2023

24 November 2023   16:02 Diperbarui: 24 November 2023   16:22 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kedua Li-Ning China Master 2023 telah usai. China hampir mendominasi semua sektor setelah hasil R16. Sedangkan pemain Indonesia berguguran dan hanya menyisakan sektor ganda putra yaitu Leo/Daniel dan Pram/Yere.

Penulis memprediksi, Indonesia akan pulang tanpa gelar di turnamen super 750 BWF kali ini. Peluang besar ada di Leo/Daniel, itu pun jika mereka mampu mengatasi perlawanan duo bisik-bisik dari India. Sedangkan Pram/Yere harus menghadapi ganda tuan rumah Chen/Liu yang baru saja menumbangkan Fajar/Rian.

Kali ini penulis tertarik untuk mengulas tentang pertandingan 2 generasi antara Hendra/Ahsan melawan Liang/Wang. Liang Wei Keng (22) dan Wang Chan (22) mewakili generasi muda sedangkan Hendra Setiawan (39) dan Muhammad Ahsan (36) mewakili generasi sudah tidak muda.


Penulis tidak mau menyebut generasi tua karena permainan Hendra/Ahsan diusia sekarang masih saja menunjukkan skill dan power yang luar biasa. Selama tahun 2023 ini, capaian terbaik mereka adalah final All England 2023. Sebelum akhirnya dikalahkan oleh Fajar/Rian.

Saat pemain lain memilih untuk pensiun seperti Cai Yuin, Fu Haefeng, Tan Boon Heong, Ko Kien Keat, Lee Yong Dae, dan Yoo Yeon Seong, Hendra/Ahsan masih eksis bermain sebagai pebulutangkis profesional.

Oh iya, perlu penulis informasikan bahwa saat ini Hendra/Ahsan bukan bagian dari PBSI. Dalam setiap pertandingan yang diikuti, mereka membawa nama pribadi dan negara sebagai pemain professional.

Namun PBSI mempersilahkan Hendra/Ahsan untuk berlatih di pelatnas sebagai sparing patner pemain pelatnas lainnya. Setiap pertandingan yang diikuti Hendra/Ahsan menggunakan uang pribadi dan dukungan sponsor, bukan dari PBSI.

Menghadapi Sang Idola.

Dalam sebuah wawacara di Indonesia Master 2023, Wang Chan pernah menyampaikan bahwa dia mengidolakan Hendra dan Kevin Sanjaya. Sedangkan Liang Wei Keng mengidolakan seniornya yaitu Fu Haefeng.

Liang/Wang saat ini menduduki peringkat 1 BWF dengan poin 89.991. Sedangkan Hendara/Ahsan berada di peringkat 9 BWF dengan poin 70.780. Selama tahun 2023, Liang/Wang berhasil menjuarai 3 turnamen dari 5 pencapaian di partai final.

Sebagai pemain depan, Wang Chan memiliki kemampuan agresif seperti yang ditunjukan Kevin pada masa keemasannya. Menghadapi Hendra sebagai idolanya, tentu menjadi motivasi tersendiri bagi Wang Chan. Apalagi head to head mereka sama-sama mengantongi 2 kemenangan.

Tumbangnya sang Idola, memuluskan jalan ke pertandingan selanjutnya. Di babak quartel final Wang bersama pasangannya akan menghadapi ganda putra Chinese Taipe Lee Yang/Wang Chi-Lin. Prediksi saya, Liang/Wang akan melaju ke partai final Li-Ning China Master 2023.

Jalannya pertandingan

Pertandingan baru saja dimulai, sudah tersaji pukulan-pukulan menarik yang diperlihatkan Hendra/Ahsan. Drive mencecar yang dilakukan Wang Chan di depan net berakhir dengan pengembalian akrobatik dari Ahsan.

Wang Chan mengira shuttlecock tidak akan melewati net. Dia sempat bereaksi, namun karena telat saat dia mencoba untuk memukul, shuttlecock masuk dan berbuah poin untuk Hendra/Ahsan.

Game pertama berlangsung dengan tensi sedang. Masing-masing pasangan melakukan serangan dan beberapa kali terlihat melakukan kesalahan sendiri. Sebelum jeda pertama, perolehan poin pun sama 10-10.

Hendra/Ahsan sempat unggul dengan skor 16-14. Namun kombinasi Liang/Wang serasa melihat permianan Kevin/Marcus. Wang dengan permainan di depan net yang agresif dan cekatan menempatkan bola. Sedangkan smash keras menjadi andalan Liang untuk menambah pundi skor.

Hendra Ahsan sempat memberikan perlawanan hingga skor 17-17, sebelumnya akhirnya harus mengakui keunggulan generasi muda China di game pertama dengan skor 21-17. Bermain di negara sendiri membuat Liang/Wang terlihat bersemangat. Hal ini tak lepas dari dukungan ribuan supporter di Shenzhen Bay Gymnasium.

Pada game kedua, Liang/Wang mengawali dengan inisiatif menyerang hingga mereka unggul dengan skor 9-5. Tak mau terktekan, Ahsan memberikan perlawanan dengan melakukan smash sehingga berbuah poin. Hendra juga berhasil mengecoh Wang melalui flick server yang cantik.

Jeda kedua berhenti dengan keunggulan Liang/Wang terhadap Hendra/Ahsan 11-9. Setelah jeda, Hendra/Ahsan tidak mampu memberikan perlawanan berarti. Pertandingan pun dimenangkan oleh generasi muda China.

Dari segi performa fisik dan stamina, Hendra Ahsan memang tidak segarang dulu. Faktor usia tentu menjadi alasan pertama. Biasanya atlet olahraga akan mulai berpikir untuk pensiun ketika mendeakti usia 35 tahun.

Namun itu tidak berlaku untuk semua, termasuk bagi Hendra/Ahsan. Selain harapan atau pencapaian tertentu, performa yang masih bisa bersaing dengan pemain lain menjadi motivasi bagi mereka. Dari segi permainan penulis mengamati, baik Hendra maupun Ahsan lebih sering tampil tidak memaksakan diri.

Hal itu dilakukan juga untuk menghindari cidera. Namun yang pasti, dalam setiap pertandingan harapan semua pemain adalah kemenangan.

Selamat kepada Liang/Wang dan tetap semangat untuk Hendra/Ahsan. Salam olah raga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun