Mohon tunggu...
Akhmad Solikhin
Akhmad Solikhin Mohon Tunggu... Lainnya - Biotechnologist

Ayo Melek Sains

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lebih Dekat dengan World Mosquito Program

20 November 2023   19:02 Diperbarui: 20 November 2023   19:17 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wadah telur nyamuk ber-Wolbachia (sumber: worldmosquitoeprogram.org)

Nama World Mosquito Program (WMP) beberapa kali disebut pihak yang kurang sepakat dengan program pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia di Indonesia. WMP sendiri adalah inisiator program nyamuk ber-Wolbachia baik di Indonesia dan 13 negara lainnya.

WMP merupakan organisasi non-profit milik Monash University yang concern pada penanganan penyakit menular oleh nyamuk seperti demam berdarah, zika, demam kuning dan chikungunya. WMP berfokus pada pemanfaatan bakteri Wolbachia sebagai upaya mengendalikan penyakit tersebut.

Diresmikan pada 2017 di Australia, WMP didirikan oleh Prof. Scott O'Neill. WMP sebelumnya dikenal sebagai "Eliminate Dangue Programe". Sekarang Prof. O'Neill adalah pengajar di Monash University sekaligus sebagi CEO WMP.

Prof. Scott O'Neill (sumber: Annual Report WMP 2022)
Prof. Scott O'Neill (sumber: Annual Report WMP 2022)

Pada tahun 1980-han, Prof. O'Neill mulai meneliti bakteri Wolbachia di University of Queensland, Australia. Sedangkan penelitian demam berdarah mulai digeluti Prof. O'Neill saat mengajar di Yale University, Amerika Serikat.

Ada sekitar 82 artikel publikasi internasional yang telah dihasilkan oleh Prof. O'Neill dalam kurun waktu 1989-2021. Diantaranya mengenai wolbachia, penyakit virus melalui nyamuk seperti demam berdarah, zika, demam kuning dan chikungunya.

Dalam melaksanakan tugas di WMP, Prof. O'Neill dibantu oleh tim. Berikut adalah informasi tim WMP yang bekerja bersama Prof. Scot O'Neill beserta jabatannya:

  • Reynold Dias sebagai Chief Operating Officier
  • Van Pam sebagai Director People and Culture
  • Cameron Simmons sebagai Director Global Implementation
  • Claudia Surjadjaja sebagai Director Advocacy & External Relation-Asia
  • Peter Ryan sebagai Director CEO Office
  • Kieran Walters sebagai Director Global Functions & Strategy
  • Bruno Col sebagai Director Communication
  • Katie Anders sebagai Director Impact Assessment
  • Ben Green sebagai Director Digital Technology & Information Management
  • Simon Kutcher sebagai Senior Project Manager
  • Juanita De Saoza sebagai Senior Manager Learning Desaign Solution
  • JoAnn Stevelos sebagai Manager Philanthropic Management
  • Christie Hubbard sebagai Director Philanthropic Patnerships
  • Eduardo Quevedo sebagai Manager Advocady & External Relation-Latin America
  • Rafael Kaplan sebagai General Counsul & Company Secretary
  • Albert Joubert sebagai Senior Manager Production & Product Development
  • Bryan Callahan sebagai Director Public Affair & Innovative Financing
  • Alan Me sebagai Director Community Engagement
  • Jeremie Gilles sebagai Director Production Development & Supply

(sumber: Annual Report WMP 2022)
(sumber: Annual Report WMP 2022)

(sumber: Annual Report WMP 2022)
(sumber: Annual Report WMP 2022)

(sumber: Annual Report WMP 2022)
(sumber: Annual Report WMP 2022)

Sebagai organisasi non-profit, WMP memiliki banyak pendukung dalam hal pendanaan program. Setidaknya ada sekitar 24 lembaga penyandang dana WMP. Beberapa diantaranya yaitu pemerintah Australia, NHMRC, USAID, ICF, Earth Act For Life, FNIH, The Rotary Foundation, Yayasan Tahija dan Bill & Melinda Gate Foundation.

Yayasan Tahija merupakan lembaga swasta yang mendukung pendanaan WMP ketika penilitian nyamuk ber-Wolbachia diterapkan di Yogyakarta pada 2014-2020. Sedangkan Bill & Melinda Gate Foundation sudah mendukung WMP sejak tahun 2004 ketika masih bernama "Eliminate Dangue Programe".

Keterlibatan yayasan Bill & Melinda Gate Foundation pada proyek WMP dipertanyakan oleh beberapa pihak yang menolak nyamuk ber-Wolbacahia di Indonesia. Ada sebuah dugaan yang kurang mendasar, bahwa program WMP adalah upaya terencana Bill Gate untuk memonopoli industri kesehatan dunia.

Visi dan Nilai dari WMP

Visi dari WMP adalah membuat setiap orang di dunia dapat hidup sehat dan merasa aman dari penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti demam berdarah, zika, chikungunya dan deman kuning. Adapun nilai-nilai yang diperjuangan WMP yaitu kolaborasi, respect, inovasi dan integritas.

Jika ada pendapat yang mengatakan bahwa WMP menyebarkan nyamuk penyebab penyakit seperti Japaneshe Ensephalitis atau Filariasis, hal ini tentu sangat bertentangan dengan visi utama WMP. Kolaborasi dengan banyak negara dilakukan juga dengan melihat terlebih dahulu manfaat dan resikonya. Sebelum akhirnya terjalin kesepakatan penggunaan teknologi Wolbachia dari WMP.

WMP mendorong pengembangan mitra dan komunitas dengan berbagi tujuan, membangun ide dan memberdayakan komunitas lokal. WMP juga terbuka untuk berbagi pengetahun dan terbuka untuk menerima masukan dari masyarakat internasional.

Melalui nilai inovasi, WMP mengupayakan pendekatan baru dan solusi berkelanjutan dalam penanganan penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk. Integritas dari WMP ditunjukkan dengan memenuhi komitmen kepada mitra dan komunitas serta bersikap realistis tentang apa yang akan dicapai dan apa yang dapat diberikan.

WMP telah bekerjasama dengan negara di tiga Kawasan Asia, Amerika Latin dan Oceania. Di Kawasan Asia, WMP menjalin kerjasama dengan Vietnam, Laos, Sri Lanka, termasuk Indonesia. WMP juga ada di Amerika Latin bekerja sama dengan Brazil, Colombia, Mexico, Honduran dan El Salvador. Untuk Kawasan Ocenia negara yang terlibat diantaranya Australia, Fiji, Kiribati, New Calendonia dan Vanuatu.

Proyek WMP di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2012, tepatnya di Kota Yogyakarta. Di Yogyakarta WMP bekerja sama dengan Yayasan Tahija dan UGM guna melakukan penelitian percontohan pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia. Penelitian di Yogyakarta menunjukkan hasil yang positif dan penerimaan masyarakat yang positif pula.

Pada tahun 2022, pemerintah melalui Kemenkes menandatangani kerja sama dengan WMP terkait nyamuk ber-Wolbachia. Melalui Keputusan Meteri Kesehatan No 1341, pemerintah akan melaksanakan penanggulangan demam berdarah menggunakan nyamuk ber-Wolbachia di 5 kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang.

Setelah berhasil di Yogyakarta, pada November 2023 ini WMP bersama Yayasan Save the Childern, Yayasan Kerti Praja, Pemkot Bali dan Australia Aid berencana melakukan pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia di Bali. Sayangnya, karena ada beberapa penolakan dari masyarakat, pelepasan tersebut dilakukan penundaan.

Penolakkan dari bebarapa masyarakat dikarenakan belum komprehensifnya sosialisasi yang dilakukan oleh WMP maupun pemerintah setempat kepada masyrakat. Selain itu, beberapa tokoh juga ada yang berkomentar tidak setuju dengan program tersebut.

Proyek Berkelanjutan WMP

"An Overview of Our Sustainability Model in Reducing Mosquito-Borne Diseases"

Metode Wolbachia dari WMP untuk mengurangi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk bersifat alami dan berkelanjutan. Menurut WPM, mereka melepas telur nyamuk dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Harapanya baik nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk tanpa Wolbachia.

wadah telur nyamuk ber-Wolbachia (sumber: worldmosquitoeprogram.org)
wadah telur nyamuk ber-Wolbachia (sumber: worldmosquitoeprogram.org)

Bakteri Wolbachia akan diturunkan nyamuk dari generasi satu ke genarasi berikutnya. Nyamuk ber-Wolbachia akan menekan populasi nyamuk tanpa Wolbachia dan menekan perkembangan virus di dalam tubuh nyamuk. Hal ini dapat mengurangi kasus penyakit yang disebarkan melalui nyamuk.

Penelitian menunjukkan bahwa Wolbachia dapat mempertahan diri di dalam populasi nyamuk tanpa harus aplikasi ulang secara terus menerus. Hal ini merupakan pendekatan jangka panjang dan aman bagi lingkungan.

Dalam pelaksanaannya, WMP melakukan pelatihan dan dukungan kepada staf atau relawan yang direkrut dari komunitas lokal. Hal ini dilakukan agar staf dan relawan di masing-masing negara dapat melanjutkan program secara mandiri.

Selain itu WMP memberikan motivasi bahwa dengan menjadi bagian program ini maka staf atau relawan telah berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan komunitas mereka sendiri.

Proyek WMP ini bukanlah proyek yang dilakukan dalam waktu singkat. WMP selalu memonitor dan mengevaluasi mulai dari interaksi awal dengan masyarakat, implementasi hingga pemantauan hasil berkelanjutan.

Proses edukasi tetap dilakukan oleh WMP setelah nyamuk ber-Wolbachia dilepaskan. Monitoring dan evaluasi berkelanjutan sangat penting dilakukan untuk melihat dampak jangka panjang dari proyek yang telah dilaksanakan.

Sebagai penutup, penulis melihat WMP sebagai organisasi non-profit yang memang concern di bidang inovasi teknologi Wolbachia untuk mengurangi penyakit yang disebarkan oleh nyamuk.

Risiko terhadap manusia, komunitas dan lingkungan yang sangat rendah membuat teknologi Wolbachia berpotensi di terapkan lebih luas lagi. Peran pemerintah, masyarakat dan komunitas lokal sangat penting dalam keberlangsungan dan keberlanjutan aplikasi teknologi dari WMP ini.  

Salam, Ayo Melek Sains.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun