Media sosial dan media online sedang ramai memberitakan nyamuk Wolbachia. Hal ini terkait penundaan pelepasan telur nyamuk Wolbachia di Bali yang seharusnya dilaksanakan pada 13 November 2023.
Penundaan dilakukan karena ada kelompok masyarakat yang masih meragukan manfaat dan khawatir akan dampak buruk dari nyamuk Wolbachia. Kekhawatiran masyarakat terpicu oleh beberapa tokoh menyampaikan penolakan atas rencana pelepasan telur nyamuk Wolbachia.
Pelepasan telur nyamuk Wolbachia merupakan pilot project dari Kemenkes guna mengurangi kasus demam berdarah di Indonesia. Telur nyamuk jenis Aedes aegypti diinjeksi bakteri Wolbachia sehingga menghasilkan nyamuk Wolbachia.
Nyamuk Wolbachia jantan yang kawin dengan betina tanpa Wolbachia tidak akan menghasilkan keturunan. Hal ini bisa mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah. Sedangkan nyamuk Wolbachia betina dapat menghasilkan keturunan yang semuanya adalah nyamuk Wolbachia.
Ketika nyamuk betina Wolbachia menggigit penderita demam berdarah, nyamuk ini tidak akan menularkan ke orang lain yang sehat. Ada mekanisme di dalam tubuh nyamuk Wolbachia yang dapat menghambat replikasi virus dangue penyebab demam berdarah.
Tidak hanya berteori saja, penelitian tentang pelepasan telur nyamuk Wolbachia telah dilakukan di kota Yogyakarta pada 2014-2020. Hasilnya nyamuk Wolbachia efektif menurunkan 77.1% kasus demam berdarah di wilayah intervensi dibandingkan dengan wilayah kontrol.
Hasil tersebut konsisten ditemukan di Australia, Barzil dan Vietnam dengan desain penelitian yang sama di Yogyakarta. Menariknya, tidak ada keluhan dari masyarakat dan pemerintah kota Yogyakarta terkait aspek keamanan dari pelepasan telur nyamuk Wolbachia.
Penulis sangat menyayangkan dengan adanya beberapa tokoh, masyarakat atau pun media yang menginformasikan nyamuk Wolbachia dengan kurang tepat. Oleh karena itu disini penulis akan menyampaikan beberapa misinformasi terkait nyamuk Wolbachia.
Sebelum melanjutkan tulisan ini, penulis perlu menyampaikan bahwa tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskriditkan pendapat penulis lain atau pernyataan orang lain. Panulis mengahargai setiap pendapat orang lain dan hanya ingin berpendapat berdasarkan data, informasi dan pengetahuan yang penulis pahami.
Misinformasi 1: Nyamuk Wolbachia hasil rekayasa genetika