Mohon tunggu...
Akhmad YassirMakarim
Akhmad YassirMakarim Mohon Tunggu... Guru - Guru - SDIT ATHALLA CENDEKIA, Educational Research - IMAJIKARA

Memiliki ketertarikan dibidang pendidikan, entrepreneur, dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Creative Hub: Perkembangan dan Dampak Sarana Kolaborasi Pelaku Kreatif di Indonesia

5 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 5 Juli 2023   07:06 3730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: https://teknojurnal.com/

       Penulis: 

  Fadhilatul Ulfah & Akhmad Yassir Makarim                   

Creative hub merupakan tren penting yang muncul bagi para changemaker muda. Munculnya creative hub di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terutama didorong oleh kebutuhan ruang inovasi dan kolaborasi untuk kegiatan industri kreatif. Definisi creative hub sendiri berdasarkan penelitian British Council adalah sebuah tempat yang menyatukan orang-orang kreatif dengan menyediakan ruang dan dukungan untuk pengembangan jejaring, pengembangan bisnis, dan keterlibatan masyarakat dalam sektor kreatif, budaya, dan teknologi. Istilah tersebut menandai pergeseran baru dalam sektor budaya di mana ruang menjadi lebih dari sekadar tempat komunitas menyalurkan ekspresi, karya, ide, dan aspirasi, namun juga memungkinkan inovasi dan pengembangan, memfasilitasi jangkauan audiens yang lebih luas, dan menggugah masyarakat untuk ikut berkreasi. Data terbaru menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 166 creative hub yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, di mana kota dengan creative hub terbanyak adalah Jakarta (68), Bandung (22) dan Bali (20).

Berdasarkan peruntukannya, creative hub dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori: creative space, coworking space, dan makerspace. Creative space umumnya diprakarsai dan dijalankan oleh komunitas kreatif atau seniman individu dengan tujuan menyediakan ruang fisik untuk memproduksi, menampilkan, atau menyimpan karya seni serta membawa nilai-nilai komunitas dalam aktivitasnya. Creative space telah menjadi bagian dari budaya independen, yang diiringi dengan arus kegiatan lain seperti seni kontemporer, musik, film, fesyen, dan juga sarana pembelajaran alternatif. Contoh creative space dengan komunitas terbesar di Indonesia adalah Bandung Creative City Forum (BCCF) yang didirikan pada tahun 2008 oleh 50 organisasi kreatif independen dengan misi menjadikan Bandung sebagai kota terdepan dalam kreativitas. Dalam perjalanannya, BCCF menunjukkan kapasitas belajar yang memungkinkan komunitas terus berkembang, salah satunya melalui diskusi dan beragam kegiatan lainnya dengan pemangku kepentingan di ruang fisik komunitas. Ruang yang disediakan BCCF bagi kaum muda untuk berinteraksi dan berkreasi juga menumbuhkan ekosistem inovatif yang berkontribusi pada transformasi sosial kota. BCCF pun berkembang dari komunitas biasa menjadi mitra dan penasehat Pemerintah Kota Bandung dalam meningkatkan potensi kreatif kota, komunitasnya, dan warganya.

Jenis creative hub selanjutnya, coworking space, menyediakan ruang fisik untuk bekerja dan wadah startup atau individu untuk mencari peluang kolaborasi dan produksi bersama. Di Indonesia, sifat kolaboratif komunitas umumnya menjadi lebih 'formal' dalam konteks coworking space yang biasanya menargetkan startup, pekerja lepas, dan remote workers. Tren pertumbuhan startup dan ekonomi digital di Indonesia berkontribusi pada pesatnya pertumbuhan coworking space. Data terbaru di awal 2020 menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 300 coworking space di 45 kota di Indonesia. Indigo Space adalah salah satu jaringan coworking space milik Telkom Indonesia dengan serangkaian program kolaboratif bagi penggunanya, mulai dari inkubasi, pitching, dan kolaborasi antar startup untuk mendapatkan jejaring yang potensial. Coworking space ini dapat ditemukan di beberapa kota di Indonesia, antara lain Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Tangerang, Bogor, Bekasi, Depok, Bandung, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar. Indigo menyediakan coworking space bagi para inisiator startup muda yang memiliki minat di industri kreatif digital, dan mendorong komunitas startup untuk menginisiasi acara-acara di Indigo Space seperti rangkaian workshop, diskusi, dan seminar.

Sumber Foto: https://jateng.solopos.com/
Sumber Foto: https://jateng.solopos.com/

Berbeda dengan coworking space, makerspace tidak hanya menyediakan ruang serta peralatan kantor umum, namun juga alat-alat pendukung produksi khusus (misalnya printer 3D, mesin pemotong) untuk berkolaborasi dan berkreasi secara publik. Makerspace umumnya juga memiliki area kerja yang lebih besar dengan fokus hasil akhir program berupa produk jadi. Salah satu contoh makerspace yang beroperasi di Jakarta adalah Makedonia. Dijalankan berdasarkan prinsip komunitas dan sukarela, fungsi utama Makedonia adalah sebagai prototyping lab dan hub inovasi dengan menyediakan sarana bagi siapa saja untuk belajar dan membuat perangkat keras inovatif. Makedonia juga memiliki Maker Kit yang dapat digunakan untuk pelatihan dan capacity building. Sebagai kolaborator yang membawa efek 'multiplier' di masyarakat, Makedonia bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang dapat bertindak sebagai penyandang dana, salah satunya dengan perusahaan multinasional General Electric. Dari dana tersebut, Makedonia berhasil menjalankan berbagai program yang berkontribusi meningkatkan keterampilan masyarakat.

Sumber Foto: https://teknojurnal.com/
Sumber Foto: https://teknojurnal.com/

Creative hub mampu membawa dampak ekonomi yang tinggi bagi penggunanya. Salah satu contohnya, creative hub menjadi platform yang mampu menambah jumlah founders yang bergelut di bidang industri yang berkonsep ‘New Economy‘. Berbagai start-up besar muncul yang dimulai dari coworking space seperti Instagram dan Uber yang membawa dampak ekonomi di berbagai sektor serta memunculkan tren-tren model bisnis baru di dunia. Selain itu, beberapa creative hub yang ada menyediakan ruang studio serta peralatan khusus yang mendukung lebih banyak pengguna creative hub untuk berkarya yang semula enggan menghabiskan dana yang cukup besar untuk sarana dan prasarana tersebut sendiri. Dapat diambil contoh pada Jakarta Creative Hub (JCH) yang memiliki markerspace untuk fasilitas – fasilitas usaha dibidang fashion, kriya, branding dan digital marketing, Internet of things, produksi, serta desain kemasan.

Creative hub juga menjembatani pengguna creative hub dengan sumber pendanaan awal melalui acara dengan para profesional startup dalam maupun luar negeri hingga investor gathering, yang membantu para pemula untuk mengembangkan bisnisnya. Melalui creative hub, pengguna creative hub juga dapat mengedukasi atau memperkenalkan produknya langsung kepada calon klien atau mitra, sehingga pertumbuhan dan kemitraan meningkat. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengadakan event – event di coworking space seperti hari demo untuk startup dan individu mendemonstrasikan apa ide yang dimiliki yang dapat mengundang institutional investors (seperti venture capitalists atau VCs) ke ruang kerja dan melihat secara langsung cara kerja produk. Bentuk acara ini salah satu nya diimplementasikan oleh coworking space CapitalFactory di Austin, Texas, yang mengintegrasikan ruang kerja bersama dengan fitur yang lebih umum ditemukan di inkubator, dengan banyak peluang untuk bertemu investor yang dapat membantu mempercepat bisnis anggota mereka. Hal ini kemudian menjadi inspirasi bagi coworking space lainnya di seluruh dunia.  Di sisi lain, dampak sosial dari creative hub tidak kalah besar. Pengguna creative hub yang didominasi oleh generasi milenial seringkali memicu milenial lainnya untuk berkarya, seperti Tanaindie di Makassar atau Videoge di Labuan Bajo misalnya, yang menjadi contoh nyata bahwa creative hub berperan sebagai support system bagi masyarakat dengan memberi inspirasi dan menghidupkan semangat berkarya sesuai aspirasi masing-masing.

Memiliki dampak ekonomi dan sosial, sudah selayaknya jika kota, pemerintah, yayasan, dan perusahaan menyadari pentingnya creative hub sebagai katalisator untuk perubahan sosial, ekonomi dan budaya. Creative hub dapat menjadi mitra pemerintah untuk menjangkau para pelaku di bidang ekonomi kreatif dengan lebih mudah. Pemerintah cukup bekerja sama dengan creative hub untuk memfasilitasi banyak pelaku industri lainnya (orang/usaha kreatif dan startup) dengan program pelatihan, promosi, atau pengembangan produk dan usaha (seperti yang dilakukan oleh Telkom Indonesia melalui Indigo Space). Melalui creative hub, pemerintah juga dapat mengetahui dan menyaring startup yang potensial untuk mendapatkan dukungan program kolaboratif dengan startup atau perusahaan luar dalam rangka mendorong ekosistem yang lebih baik. Pemberian hibah, pendanaan awal, dan insentif pajak yang berbeda pada setiap tahapan pertumbuhan creative hub, serta program peningkatan keterampilan pengelola creative hub juga merupakan cara untuk mendukung kelangsungan industri ini. Kolaborasi dengan creative hub yang dijalankan seoptimal mungkin pada akhirnya dapat membantu pemerintah menumbuhkan perekonomian di berbagai daerah di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun