Mohon tunggu...
Akhmad syifauljanan
Akhmad syifauljanan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Uin mlg

Manjadawajada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bertahan Hidup di Masa Tua Pak Asman

11 Mei 2022   16:16 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:21 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hay bro kembali sama gw  anan 

gw ini sekarang akan membagikan artikel tentang kehidupan pak asman yang bertahan hidup dengan problema ekonominya

pak asman ini usia 70 tahun katanya, ia memliki 2 anak yang pertama seorang putri yang sudah berkeluarga dan memiliki 2 cucu dari anak putrinya tersebut . dan anak ke 2 pak asman seorang laki laki yang ikut dengan keluarga istrinya , pak asman yang sudah usia tua menghidupi dirinya dengan menjual topi anyaman yang dijual dengan harga 25 ribu untuk satu buahnya, dengan pembuatan topi nya seharian penuh untuk satu topinya. 

anak anak nya pak asman yang sudah berkeluarga pun menjadikan mereka bertanggung jawab bukan hanya kepada pak asman saja tapi juga kepada keluarganya masing masing. pak asman sendiri makan 2 kali sehari itu pun jika topinya ada yang terjual.pak asman menjual topi anyaman dari pagi hingga sore hari. 

karna keadaan tersebut pak asman sering tidak pulang hingga sore hari. dulu pada saat mudanya pak asman tidak jauh berbeda dengan kehidupannya sekarang yaitu dengan menjadi kuli bangunan yang gaji nya kurang dari cukup pada saat itu karna tubuhnya sudah tidak kuat lagi dan juga karna faktor usia lah yang menjadikan nya fakum dalam pekerjaan kuli tersebut, pak asman sendiri sudah 10 tahunan menjalankan penjualan topi anyamannya tersebut. dengan banyak suka duka didalamnya yang mewaranai kehidupan penjualan topi anyamannya itu dari mulai sepi nya pelanggan, tidak ada lapak untuk berjualan hingga diusir petugas keamanan . 

dulu rumahnya pak asman sempet kebanjiran di daerah serdang tigaraksa kabupaten tangerang. karna dulu sering banjir ia pun pindah rumah ke daerah pemda tigaraksa yang datarannya lebih tinggi dan lebih aman untuk ditinggali.kondisi pak asaman yang kini kepala tujuh pun tak cukup kuat untuk berkeliling menjual dagangan topi anyamannya. sering kali ia beristirahat di emperan emperan toko yang ada di jalan pemda tigaraksa kabupaten tangerang. bila topi anyaman pak asman tak laku maka ia akan pulang dan tidak akan membuat kan lagi sebelum topi anyamannya sebelumnya terjual. ia mengatakan membeli kayu anyaman yang baru di pangkas sama tukang kayu dengan dijual seharga 30 ribu namun seekali membeli kayu anyaman tersebut dapat membuat 3 hingga 4 topi anyaman yang akan dijual pak asman . s

ering kayu anyaman nya mengalami kelapukan ataupun basah karna terkena air hujan yang merembas dirumahnya. hal tersebut membuat pak asman mengalami kerugian yang sangat besar. pak asman sendiri sudah ditinggali oleh istirinya 3 tahun lalu karna meninggal dunia karna itulah pak asman sangat mendirita terlebih lagi  wanita yang ia cintai telah tiada dan meninggalkan anak dan cucu yang masih ingin melihat sang istri hingga tua bersamanya. kisah pak asman yang penuh dengan berbagai macam rintangan yang dihadapinya tak jarang membuat ia sangat sedih terutama keluarga yang sudah tidak utuh seperti dulu kala lagi. 

terlebih sang anak yang sudah berkeluarga yang tak jarang ia tidak diperhatikan oleh anak anaknya sendiri.pak asman yang kini sudah tabah pun menjalani hari harinya dengan sendiri walaupun dirumah dengan anak perempuannya ia berasa seperti sendiri  karna anak perempuannya tersebut sudah berkeluarga dan memiliki suami serta anak. 

dibalik itu semua pak asman pun berkata tidak ada yang sempurna didunia ini karna kesempurnaan hanya dimiliki oleh sang penguasa yaitu allah swt. hari hari tua nya pun sekarang ia nikmati dengan rasa bersukur pangkasnya, karna tanpa rasa sukur maka akan semakin tidak indah dunia ini katanya. dari muda sendiri pak asman sudah terbiasa hidup penuh perjuangan dan kesengsaraan dari kuli bangunan hingga kerja serabutan ia jalani dengan tekun dan rasa sukur. 

pak asman menjadi kisah inspiratif dengan latar  belakang keluarga yang tidak utuh dan mengalami ekonomi yang bisa dibilang kurang mampu ,menjadikan kisah hidupnya menjadi cerminan kita untuk selalu bersyukur, atas kenikmatan baik nikmat rizki kesehatan hingga kenikmatan menjalankan ibadah dan kehidupan sebagai mana mestinya. tak cukup kita memberikan sesuatu yang berarti kepada orang lain jika kita sendiri tidak bersyukur atas karunianya sang ilahi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun