Mohon tunggu...
Tika Atikana
Tika Atikana Mohon Tunggu... -

currently student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Mana Pilihan Mu? FTM or WM??

22 September 2010   02:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:04 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

saya ingat bertahun silam seorang teman-sahabat laki-laki saya pernah bertanya, apa yang jadi cita-cita saya? waktu itu spontan saya jawab: ibu rumah tangga! lalu teman saya itu bertanya lagi, alasan nya apa? saya bilang, ibu rumah tangga itu pekerjaan perempuan yang paling mulia-dan jujur, hingga saat ini pun saya masih tetap beranggapan seperti itu-dan masih menyimpan rapi impian itu. lagipula konon kata nya, jihad nya perempuan adalah mengurus keluarga nya. mendidik anak-anak nya. patuh dan ta'at kepada suami nya. menjaga kehormatan keluarga dengan jiwa dan raga nya. benar kah begitu? lalu bagaimana dengan perempuan yang bekerja? dari apa yang saya pahami, agama saya juga tidak melarang wanita untuk pergi bekerja. sepanjang itu dilakukan nya dengan niat untuk membantu suami nya. lagipula, uang yang ia peroleh adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga.

dan menurut saya, anda salah jika kemudian secara brutal beranggapan bahwa kebanyakan perempuan berpendidikan suka mengejar karir. mereka berusaha untuk mencapai posisi tertinggi demi membuktikan bahwa perempuan bisa lebih dari kaum laki-laki. hingga akhirnya mereka lupa untuk menikah. sementara yang sudah menikah, lupa mengurus keluarga nya. tapi bukan demikian yang tampak dari kaca mata saya. bagi saya-yang belum menikah-dan tentu ingin menikah suatu saat nanti-semoga Tuhan memberi saya kesempatan untuk menikah- bekerja seharus nya tidak sampai membuat perempuan kemudian "tega" melupakan kodrat nya sebagai pasangan/istri bagi laki-laki/suami nya. peranan sebagai ibu bagi anak-anak nya pun tak akan lepas begitu saja hanya karena ia -mungkin- seorang CEO sebuah perusahaan besar. karena setinggi apapun karir perempuan, mereka tetaplah harus menjalani peran sebagai ibu bagi anak-anak nya dan sebagai istri bagi suami nya.

sungguh.. saya angkat topi setinggi-tinggi nya bagi perempuan yang memilih untuk tetap bekerja. yang kemudian dia bisa sukses dalam pekerjaan nya. yang dia pandai pula mengurus keluarga nya. karena saya yakin hal yang seperti itu tidak begitu saja diperoleh dengan mudah. mungkin bahkan dengan banyak sekali pengorbanan. dimana perempuan bekerja juga harus pandai memberikan pengertian yang baik kepada keluarga nya, terutama kepada anak-anak nya. tentang pekerjaan nya, tentang mengapa dia seringkali tidak ada di saat anak-anak membutuhkan nya. pengertian bahwa mereka memilih bekerja bukan karena mereka tidak cinta pada keluarga nya. karena seringkali, bagi perempuan-salah satu nya saya-rasanya bekerja itu bukan semata karena mengingin kan materi yang berlimpah-meski itu jadi satu alasan penting juga sh-tapi bekerja itu lebih karena ada keinginan untuk melakukan sesuatu. berbuat. bergerak.

tapi tahukah anda bahwa pekerjaan mengurus rumah itu ternyata tidak mudah. maka saya pun berikan salut untuk para ibu yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga saja. sedikit cerita, dulu sebelum mendapat pekerjaan formal, saya sempat nganggur dan "diam" di rumah. waktu itu pekerjaan saya ya cuma mengurus rumah. yang meski "cuma" masak dan beberes rumah saja, tapi capek nya na'udzubillah. saya tentu saja tidak berani membayangkan bagaimana jika saya juga diserahi tugas untuk mengurus anak kecil? bayi? oh no.. anda tau kan seperti apa anak-anak kecil itu? bayi-bayi yang rewel nakal repot bawel ituh?? tapi syukurlah.. tak berapa lama kemudian saya akhirnya mendapat pekerjaan. maka lepas lah saya dari pekerjaan mengurus rumah yang melelahkan itu. hoho..

tapi eits.. tunggu dulu. hal ini bukan berarti saya lalu berhenti bercita-cita menjadi ibu rumah tangga ya. seperti di awal saya bilang, hingga saat ini pun saya masih tetap punya keinginan itu. melihat anak-anak kita tumbuh dan berkembang langsung dibawah pengawasan kita, pasti akan terasa sangat indah ya? merasakan gerakan bagaimana mereka bertumbuh di dalam rahim, dari bayi yang belum bisa apa-apa, lalu belajar berjalan dan berlari, excitement ketika mendengar kata-kata pertama nya, menyiapkan makan dan kebutuhan mereka, menjadi teman curhat mereka.. menjadi madrasah pertama bagi mereka.. wow.. dengan membayangkan nya saja saya sudah merasa bahwa pengalaman jadi ibu itu pengalaman yang menarik. mungkin hanya jika kita jadi ibu rumah tangga-full time mother-baru bisa merasakan hal-hal itu. sekali lagi salut juga untuk para ibu yang memilih tetap bekerja. karena mau tidak mau, harus diakui bahwa ibu-ibu yang bekerja kadang harus rela untuk kehilangan beberapa momen penting buah hati krn ketika momen itu datang, ibu-ibu sdg tidak ada disamping mereka. iya tidak buw? hehe.. *sotoy nya kumat*..

lalu teman saya itu kok ya belum puas juga. dia tetap nanya lagi alasan nya, kenapa saya tidak menikah saja kalo memang cita-cita saya "hanya" menjadi ibu rumah tangga? kenapa saya sekarang kerja? kenapa saya juga masih ingin lanjut sekolah sampe tinggi? *weks.. banyak bener ya pertanyaan nya??* well.. saya jawab: suka-suka saya dwong. lha wong ini hidup saya owg! hehe.. ya nggak gitu juga dink.. ini lah dia jawaban simpel saya pada waktu itu (kayak nya sh masih relevan sampe sekarang) ^^ :

satu. sampai saat ini saya blm menikah karena mgk menurut Tuhan memang belum waktu nya. atau mungkin saya hanya belum bertemu dengan orang yang tepat. si pangeran impian saya itu skrg entah sedang ada dimana. mgk juga dia sdg mencari saya. nah lo. kalo kami sibuk saling mencari, kapan ketemu nya ya? hehe.

dua. saya bekerja karena skrg hanya ini yang bisa saya lakukan. saya juga bukan tipe perempuan yang suka mengejar karir dan materi kok. capek kalo tujuan kerja cuma itu. ya meski harus saya akui bahwa kedua hal itu juga penting untuk perempuan. tapi saya pikir, daripada saya diam di rumah pun akan lebih merepotkan kedua orangtua saya. mau menikah juga belum ada kesempan. hehe. lagipula sayang kan, saya sudah disekolahkan hingga sarjana. kuliah mahal Bung! yaa.. hitung-hitung bekerja ini sbg bakti saya pada orangtua lah. sambil saya mencari cara untuk segera bertemu dengan pangeran impian saya.. hohoho..

tiga. saya masih ingin sekolah lagi ya karena saya pengen pintar lah. hey. apa yang salah dengan menjadi pintar? ayolah.. yg realistis.. perempuan yang pintar akan melahirkan anak-anak yang pintar pula. memang nya ada yang nggak pengen punya istri pintar? saat ini saya hanya berpikir bahwa dengan melanjutkan sekolah-semoga Tuhan beri saya kesempatan-saya berharap kelak bisa jadi yang terbaik bagi keluarga saya, bagi anak-anak saya. saya bisa mendidik mereka dengan kecerdasan/kepandaian yang "susah payah" saya pelajari di bangku sekolah/kuliah.

saya sadar, beberapa orang beranggapan bahwa perempuan yang pintar, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, akan sulit mendapatkan jodoh. mereka pikir akan lebih baik jika perempuan itu menikah saja dulu lalu melanjutkan sekolah. tapi hey. jodoh itu rizki dari Tuhan, kawan. hanya Dia yang tahu tentang misteri itu. manusia hanya berusaha to? Tuhan pula penentu segalanya. lagipula, kalau dikaitkan dengan kondisi saya yg sekarang, saya melihat bahwa orang tua saya juga memberi saya kebebasan penuh untuk menentukan jalan hidup saya. mereka memang sangat ingin melihat saya menikah. tapi untunglah mereka juga paham bahwa jodoh itu ada di tangan Tuhan. dan saya pikir, jika saya belum diberi Nya kesempatan untuk menikah, ya nggak pa-pa juga kan ya kalau kemudian saya memilih untuk berusaha keras mengejar mimpi saya yang lain? ya... siapa tahu, semoga dengan begini saya justru bisa lebih cepat bertemu dengan pangeran saya.. hehe.. *teuteup*..

woups.. nulis panjang lebar, jebul ending2nya ternyata curhat.. huehue.. maappphh.. tapi gpp lah ya. dah lama juga gak nulis yg beginian.. xixixi.. *ngeles*..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun