Mohon tunggu...
akhid yusuf
akhid yusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendekatan Desain Thinking dalam Pengembangan UMKM Warung Steak Bang Gentong

18 Oktober 2024   10:44 Diperbarui: 18 Oktober 2024   10:51 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warung Bang Gentong, yang didirikan oleh Ahmad Muzaini, seorang lulusan Teknik Mesin dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menjadi salah satu contoh sukses dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan memanfaatkan pendekatan yang memihak kepada konsumen. Muzaini, yang memiliki hobi memasak, memulai usahanya pada tahun 2012 dengan menjual gorengan di sekitar kampus. Seiring waktu, melalui penerapan prinsip-prinsip Desain Thinking, dia berhasil mengubah warung sederhana ini menjadi bisnis kuliner dengan lebih dari 160 menu yang kini disajikan, termasuk steak, mie, dan rice bowl.

1. Empathize (Empati terhadap Konsumen)

Langkah pertama dalam model Desain Thinking adalah mengembangkan empati terhadap konsumen, yaitu memahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh mereka. Pak Muzaini, sebagai seorang pengusaha yang memulai dari nol, sejak awal sudah menekankan pentingnya mendengarkan suara konsumen. Dia menerima saran dari teman-temannya tentang variasi menu dan langsung mencoba untuk memenuhi permintaan tersebut. Proses ini menciptakan hubungan yang lebih personal antara penjual dan pembeli, karena pelanggan merasa dihargai ketika usulan mereka diimplementasikan ke dalam bisnis. Hal ini juga menciptakan loyalitas pelanggan yang lebih kuat, di mana konsumen merasa bahwa mereka turut serta dalam membangun warung tersebut.

2. Define (Menetapkan Masalah)

Setelah mendapatkan berbagai masukan dari konsumen, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan masalah yang dihadapi. Dalam kasus Warung Bang Gentong, masalah utamanya adalah bagaimana mempertahankan keberagaman menu tanpa mengorbankan kualitas dan kecepatan layanan. Ahmad Muzaini menyadari bahwa permintaan yang tinggi dari konsumen terhadap variasi menu bisa menjadi tantangan jika tidak diatur dengan baik. Di sinilah dia mulai berfokus untuk mengembangkan sistem operasional yang lebih efektif sambil tetap memberikan variasi menu yang diinginkan konsumen.

3. Ideate (Menghasilkan Ide)

Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah brainstorming atau menghasilkan berbagai ide untuk mengatasi tantangan tersebut. Dalam hal ini, Pak Muzaini mengembangkan ide-ide baru dengan terus menambahkan item-menu berdasarkan tren kuliner dan saran dari pelanggan. Dengan memanfaatkan media sosial, Warung Bang Gentong menerima banyak umpan balik dari konsumen, yang kemudian dijadikan acuan untuk mengembangkan ide menu baru. Tidak hanya mengikuti tren pasar, tetapi Warung Bang Gentong juga berinovasi dalam penyajian menu yang bervariasi, seperti rice bowl yang cepat saji dan steak yang terjangkau.

4. Prototype (Pembuatan Prototipe)

Pada tahap ini, Warung Bang Gentong melakukan eksperimen dengan berbagai menu baru untuk menguji respons konsumen. Setiap kali ada ide menu baru yang muncul, Pak Muzaini mencoba membuatnya dan langsung menyajikannya kepada konsumen untuk mendapatkan umpan balik langsung. Proses ini bersifat iteratif, di mana jika ada kritik atau saran dari pelanggan, menu tersebut akan diubah dan disempurnakan hingga sesuai dengan harapan mereka. Contoh dari menu yang dihasilkan dari proses ini adalah variasi steak dan mie yang kemudian menjadi andalan Warung Bang Gentong.

5. Test (Pengujian)

Tahap akhir dari model Desain Thinking adalah melakukan pengujian, di mana produk atau layanan diuji secara nyata di pasar. Warung Bang Gentong melakukan pengujian langsung melalui interaksi sehari-hari dengan pelanggannya. Pada awalnya, promosi dilakukan secara konvensional dari mulut ke mulut, namun seiring berkembangnya usaha dan meningkatnya permintaan, Pak Muzaini mulai beralih ke promosi melalui media sosial. Pelanggan yang puas kemudian merekomendasikan warung ini melalui ulasan di media sosial, yang secara tidak langsung menjadi alat promosi gratis. Hasil dari pengujian ini terbukti efektif, di mana sekarang Warung Bang Gentong dikenal luas dan memiliki basis pelanggan yang loyal.

Kesimpulan

Warung Bang Gentong merupakan contoh bagaimana prinsip-prinsip Desain Thinking dapat diterapkan dalam pengembangan UMKM. Dengan fokus yang kuat pada kebutuhan dan preferensi konsumen, Ahmad Muzaini berhasil mengembangkan bisnis yang tidak hanya memenuhi harapan pelanggan, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perubahan tren dan permintaan pasar. Melalui pendekatan empati, ideasi, prototyping, dan pengujian, Warung Bang Gentong terus berkembang dan menjadi salah satu UMKM yang sukses di bidang kuliner. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas layanan dan produk, tetapi juga memperkuat hubungan dengan pelanggan, yang pada akhirnya menjadi kunci keberhasilan bisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun