Mohon tunggu...
Akh Fauzi
Akh Fauzi Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup harus bermakna, hidup tanpa bermakna sama halnya tidak hidup

Tidak ada alasan untuk tidak menjadi hebat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PMII dan Makna Kemerdekaan

17 Agustus 2020   13:36 Diperbarui: 17 Agustus 2020   13:59 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat 75 tahun lamanya Indonesia menjadi negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain. Terutama bebas untuk menentukan arah perjalanan bangsa dikancah percaturan internasional.

Untuk menjadi bangsa yang merdeka tentu tidaklah mudah, pengorbanan demi pengorbanan dilakukan, harta dan nyawa menjadi tumbal agar cita-cita kemerdekaan dicapai. Maka dari itu, untuk mengenang jasa para pahlawan ditetapkanlah setiap tanggal 17 Agustus menjadi Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

HUT RI Ke-75 tahun ini tepat pada Senin, 17 Agustus 2020. Setiap tahunnya, peringatan HUT RI diperingati secara meriah dari ujung Sabang sampai Merauke sebagai bentuk rasa syukur, menjaga persatuan dan ajang silaturrahim. Namun, peringatan tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya akibat pandemi Covid-19 yang melanda 6 bulan terakhir ini.

Upacara kemerdekaan yang rutin dihelat 17 Agustus pagi di Istana Negara, tahun ini dilaksanakan secara lebih sederhana, minimalis, dan tentu mematuhi protokol kesehatan pencegahan virus Corona jenis baru. Hal ini berdasarkan Pedoman Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Ke-75 tahun 2020.

Namun, kemerdekaan tersebut belum terlihat utuh dalam kehidupan yang menampilkan kemerdekaan di wajah-wajah rakyat Indonesia. Usia yang mana seharusnya bangsa ini sudah menunjukkan wajahnya sebagai negara yang berdeka secara utuh. Masih saja tersaji memandangan kehidupan rakyat dari zaman pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan tidak jauh berbeda. Kemiskinan, kebodohan, dan kesenjangan sosial masih terlihat dimana-mana.

Pinggiran kota masih terlihat rakyat jelata yang tidak memiliki tempat tinggal. Jalan-jalan masih banyak dikerumuni oleh anak-anak kecil yang dengan semangatnya mencari nafkah untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan setiap hari masyarakat tidak pernah berhenti mengemis kepada pemerintah untuk menuntut hak hidup layak di tahah kelahiran mereka sendiri. Berjualan koran, makanan ringan, mengamen, dan meminta belas kasih dari penghuni badan jalan hingga ke pintu-pintu rumah adalah potret yang menjadi rutinitas mereka.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah belum mampu mengentaskan persoalan rakyat hingga detik ini. Yang terjadi malah sebaliknya, para pemangku jabatan terlihat sangat asyik menikmati uang-uang rakyat sembari duduk manis di atas kursi mereka. Bahkan mereka dengan leluasanya mempermainkan undang-undang agar kepentingan demi kepentingan yang dimiliki terakomodir dengan baik. Mereka lebih senang mensejahterakan diri dan golongannya dari pada mensejahterakan rakayat yang dipimpin.

Kesejahteraan menjadi tidak prioritas yang diwujudkan, hanya menjadi nomor kesekian dalam kamus para pemangku jabatan di negri ini. Padahal kesejahteraan rakyat adalah esensi dari kemerdekaan itu sendiri, di mana setiap hak rakyat diperhatikan oleh pemimpin bangsanya. Kemerdekaan menjadi suatu hal yang diperjuangkan karena pendiri bangsa menyadari bahwa dengan manjadi bangsa yang merdeka, bisa menikmati kekayaan negeri sendiri.

Potret kehidupan masyarakat di atas adalah bagian kecil dari sekian banyak problematika bangsa yang sangat kompleks, menyangkut problem sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan berbagai persoalan lainnya.

Menyoal Peran PMII

Pada tanggal 17 April 2020 kemaren, PMII genap berusia 60 tahun. Ibarat manusia, usia tersebut merupakan usia yang sudah tua dan matang. Jika di masa-masa kelahirannya PMII banyak melakukan peran-peran strategis dalam turut serta dalam problem bangsa waktu itu, maka bagaimana dengan PMII sekarang?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun