Mohon tunggu...
Muhammad ImamAkhfas
Muhammad ImamAkhfas Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa/Guru Tahfidz Al-Quran

Konten Favorit : Sejarah Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Karakter Siswa melalui Program Tahfidz Al-Quran di Sekolah

16 November 2023   19:26 Diperbarui: 16 November 2023   19:27 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Artikel yang saya tulis dengan judul Pembentukan Karakter Siswa Melalui Program Tahfidz Al-Quran di Sekolah tersebut relevan dengan aktivitas saya sebagai pengajar program tahfidz Al-quran. Dalam artikel singkat ini, studi kasus saya ambil dari tempat saya mengajar yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tanwiriyyah Kabupaten Cianjur).

Pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan penting dalam proses pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20  Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Jika kita amati pasal tersebut, banyak karakter baik yang ditekankan sebagai fungsi pendidikan.

Mengingat karakter itu sangat penting, maka lembaga pendidikan  mempunyai tanggung jawab menanamkannya dalam proses pembelajaran. Penguatan nilai-nilai karakter tidak hanya didapatkan pada aktivitas belajar mengajar sesuai kurikulum yang telah ditetapkan, namun didukung  dengan program tertentu dalam menguatkan karakter serta mengembangkan kemampuan siswa. Sehubungan dengan hal itu MTs Tanwiriyyah Cianjur menyelenggarakan program tahfidz  Al-Quran yang diharapkan siswa dekat dengan Al-Quran sehingga membentuk kepribadian yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang berbicara tentang karakter atau akhlak yang mulia, seperti dalam surat Al-Isra ayat 23 tentang berbakti kepada orang tua

۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا 

”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Al-A’raf ayat 199 tentang sifat pemaaf

خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ ….

”Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf....”

Tentunya masih banyak lagi ayat Al-Quran yang berkaitan dengan akhlak, karena itu melalui program tahfidz ini diharapkan nilai-nilai kebaikan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran tidak hanya melekat dalam ingatan namun juga dapat dipraktikan dalam kehidupan.

Program tahfidz ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali dengan alokasi waktu 80 menit, dengan menggunakan metode seperti yang diajarkan oleh pesantren yakni siswa membaca terlebih dahulu ayat atau surat yang akan dihafalkan lalu menghafal ayat demi ayat, setelah dirasa lancar maka siswa menyetorkan hafalannya  kepada guru tahfidz. Adapula metode tikror atau muroja’ah, setiap siswa akan diminta untuk mengulang hafalan yang telah mereka setorkan sebagai upaya penguatan hafalan yang telah dimiliki. Siswa yang telah menyelesaikan hafalan satu juz diwajibkan untuk tasmi’ artinya memperdengarkan hafalan satu juz nya dalam satu kali setoran, hal ini dilakukan sebagai bentuk penjagaan hafalan Al-Quran dan sebagai syarat untuk dapat melanjutkan ke juz berikutnya.

Pembentukan karakter melalui program tahfidz ini dilakukan melalui langkah-langkah dalam proses belajar mengajar. Guru tahfidz  akan memulai pembelajaran dengan do’a bersama dilanjutkan dengan muroja’ah hafalan. Pembiasaan ini merupakan metode untuk mengarahkan siswa melakukan sesuatu yang baik secara berulang-ulang. Pada akhir pembelajaran guru tahfidz akan menyampaikan kisah-kisah hikmah  yang terdapat dalam ayat atau surat yang sedang dihafal oleh siswa,  dengan cara itu diharapkan siswa tidak hanya menghafal namun dapat memaknai hafalannya dan lebih mudah untuk diamalkan. Jika dilihat lebih dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Quran secara tidak langsung membentuk berbagai karakter baik sebagai berikut :

Mampu Mengelola  Waktu 

Dalam proses menghafal Al-Quran, mengelola waktu adalah hal salah satu poin utama karena siswa diwajibkan untuk menyetorkan hafalan baru  dan muroja’ah hafalan lamanya setiap minggu sesuai kemampuan masing-masing. Maka siswa belajar bagaimana membagi waktu selama dirumah dalam menyiapkan hafalan lama dan hafalan barunya. Proses setoran hafalan dikelas yang berlangsung selama 80 menit  pun, menjadi media pembelajaran bagi siswa agar waktu yang tersedia dipakai dengan efektif .

Pekerja keras

Proses menghafal Al-Quran tidak selamanya berjalan lancar, terkadang siswa menemui berbagai tantangan, seperti rasa malas, semangat yang menurus, atau mendapat ayat atau surat yang sulit untuk dihafal. Maka dalam hal ini kesungguhan dan sikap pantang menyerah siswa dilatih. Guru harus mengambil peran dalam membangun kembali semangat siswa bisa melalui motivasi, kisah hikmah, dan tentunya melalui ayat-ayat Al-Quran yang dapat mengembalikan harapan siswa seperti dalam Surat Yusuf ayat 87 :

…..وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ…..   

”.... dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah .....”

Tanggung Jawab

Kegiatan muroja’ah yang dilakukan dalam proses menghafal Al-Quran merupakan latihan untuk bertanggung jawab atas amanah yang diberikan. Hafalan Al-Quran merupakan amanah yang tidak diberikan  Allah kepada seluruh hambanya, sehingga wajib bagi seseorang untuk menjaga amanah tersebut. Bentuk tanggung jawab seorang  penghafal Al-Quran diwujudkan dalam muroja’ah, agar hafalannya dapat selalu terjaga lebih jauh lagi tercermin dalam akhlak siswa .

Segala upaya dalam membentuk karakter siswa melalui program tahfidz Al-Quran, tentu harus didukung berbagai faktor seperti minat dan semangat belajar dari siswa itu sendiri, fasilitas yang diberikan oleh sekolah, dan support dari kedua orang tua ketika siswa belajar dirumah.

Tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaannya terdapat faktor penghambat seperti semangat yang menurun, rasa bosan, bahkan sampai pada tingkat menyerah. Pada kondisi ini guru, lembaga sekolah, dan orang tua harus bersinergi untuk dapat mengembalikan motivasi siswa dalam berinteraksi dengan Al-Quran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun