Mohon tunggu...
Akhdanthufail irsayadR
Akhdanthufail irsayadR Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030112_UIN Sunan Kalijaga

memancing atau tidak sama sekali!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Padusan Sebelum Ramadhan dan Sejarahnya

20 Maret 2023   05:28 Diperbarui: 20 Maret 2023   06:45 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum membahas lebih jauh perihal padusan, baiknya kita tahu dulu apa itu Padusan. Padusan merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi yang merupakan warisan leluhur yang dilakukan secara turun temurun ini biasa dilakukan dengan cara merendam diri atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air. Padusan sendiri berasal dari kata "adus" yang dalam bahasa jawa berarti mandi atau membersihkan diri.

Sejarah Padusan

Padusan sendiri memiliki sejarah panjang di Jawa. Menurut sejarah, tradisi padusan sudah ada sejak zaman kerajaan mataram kuno. Padusan pada zaman dahulu dikenal dengan nama "amerthabhujangga" yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti "mandi air suci".

Pada masa kerajaan, tradisi ini dilakukan oleh para raja dan bangsawan sebagai bentuk menjaga kebersihan dan kesucian fisik. Air yang digunakan pada tradisi ini berasal dari mata air yang disucikam dan dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan. Tradisi ini juga dianggap sebagai bagian dari upacara keagamaan untuk memohon berkah dari para dewa-dewi.

Tidak berhenti dimasa kerajaan, tradisi ini dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Pada awalnya memang hanya dilakukan oleh para bangsawan dan priyayi, priyayi merupakan sebutan untuk mereka yang berdarah biru atau masih memiliki hubungan darah dari keluarga kerajaan. Namun, seiringnya waktu berlalu tradisi ini tetap dipertahankan dan dilestarikan dan mulai merambah serta diikuti oleh kalangan masyarakat Jawa.

Tradisi padusan sempat kurang dikenal hingga mengalami penurunan popularitas oleh masyarakat luas saat masih masa kolonial belanda. Tetapi masyarakat Jawa tetap mempertahankan dan terus melestarikan ke anak cucu mereka. Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini semakin dikenal oleh masyarakat luas, pemerintah Indonesia bahkan menetapkan tradisi ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Bahkan sekarang tidak hanya masyarakat Jawa yang mengetahui bahkan ikut melakukan tradisi ini, mereka yang ada di Bali, Lombok, dan yang lain juga ikut serta.

Tetapi, karena perkembangan zaman, Padusan juga mengalami perubahan. Beberapa daerah mulai mengganti media padusan yang berupa air menggunakan air yang ditmbahi dengan media tambahan seperti bunga-bunga, jahe, atau bahan lain. Hal ini mungkin dilakukan untuk menambah manfaat dari tradisi Padusan ini.

Filosofi Padusan

Tradisi padusan sebenarnya dilakukan untuk menyucikan diri serta untuk introspeksi tentang apa kesalahan yang sudah dilakukan dimasa lampaunya. Membersihkan diri dalam arti melakukannya harus dengan benar-benar sesuai dengan ajaran agama dan hati yang tulus, dengan contoh kecil berpakaian sopan dan tidak dilakukan bersamaan lawan jenis. Sejarah padusan sudah ada sejak zaman Hamengkubuwana I yang merupakan pendiri kasultanan Yogyakarta. Tujuan dari tradisi ini dilakukan agar pelakunya bisa melaksanakan ibadah dibulan Ramadhan dengan kondisi suci lahir batin.

Tempat Padusan

Padusan biasanya dilakukan diberbagai lokasi di Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Jawa Tengah lokasi padusan banyak dijumpai di Klaten, seperti Umbul Ponggok dan Umbul Manten, umbul yang berarti kolam alami yang berasal dari mata air. Sedangkan di Yogyakarta, tradisi padusan dilakukan pada tempat-tempat yang bersejarah dan banyak sumber mata air kuno yang sering dikunjungi oleh para pelaku padusan biasanya di Pantai Parangtritis dan masih banyak sumber mata air lain.

Sumber : twitter.com/jogja24jam
Sumber : twitter.com/jogja24jam

Umbul Manten sendiri dipilih menjadi tempat padusan selain karena memiliki air yang jernih nan sejuk, tempat ini juga memiliki sejarah atau legendanya sendiri. Sejarah ini juga sudah diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat setempat. Kata "manten" sendiri dalam bahasa jawa berarti pengantin, diceritakan bahwa pada zaman dahulu ada sepasang calon pengantin yang akan segera melaksanakan upacara pernikahan. Di Jawa sendiri kedua mempelai yang akan menikah tidak boleh keluar rumah sebelum berlangsungnya upacara pernikahan itu, namun kedua mempelai ini nekat berpergian ke umbul ini dan si calon pengantin wanitanya hilang di Umbul Manten ini, sedangkan si calon mempelai pria hilang di umbul yang tidak jauh dari umbul manten yang bernama Umbul Pelem. Namun, legenda ini tidak membuat para pengunjung surut dan terus bertambah ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun