Mohon tunggu...
Akhdan Aufa Raditya Suryono
Akhdan Aufa Raditya Suryono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pencinta alam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Model Pembelajaran Akhlak Tasawuf yang Efektif

14 Oktober 2024   10:42 Diperbarui: 14 Oktober 2024   10:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Peran tasawuf pada masa saat ini sangat dibutuhkan sebagai cara yang meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt ditengah tatangan zaman yang semakin modern. Dengan sesorang bersikap sesuai prinsip tasawuf maka berupaya dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, dikarenakan implementasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt membuahkan sikap yang berakhlak mulia untuk dapat menyikapi tatangan zaman yang kian modern saat ini.

Dibeberapa negara yang ada saat ini terutama yang berpendudukan umat muslim mayoritas pada negaranya, tasawuf dijadikan pegangan yang sangat kuat dalam menyaring budaya-budaya Barat yang semakin hedonis dan matrialistik sehingga membiaskan nilai-nilai ketaqwaan dan keimanan serta mengabaikan berperilaku dengan akhlak mulia kepada sesama manusia dan Tuhan.

 Kesadaran umat muslim saat ini akan pentingnya berperilaku akhlak mulia sudah mulai

terabaikan secara perlahan. Dikarenakan pendirian umat muslim yang tidak kuat dalam mengokohkan keimanan dan ketaqwaan yang meghasilkan perilaku akhlak mulia. Godaan terbesar yang dirasakan umat muslim saat ini merupakan sikap fatalistik yang mengharuskan menerima keadaan sesuai tren yang sedang berkembang dan mengenyampingkan terlebih dahulu nilai-nilai agama yang dapat menjadikan beban kemerosotan dalam menyikapi perkembangan zaman.      

Tasawuf merupakan salah satu  upaya pendekatan diri kepada Allah SWT. melalui kesadaran murni dengan memengaruhi jiwa secara benar untuk melakukan berbagai latihan-latihan (riyadlah), baik secara fisik maupun mental, dan dengan melakukan berbagai ibadah sehingga aspek uluhiyah dan ruhaniyah dapat mengungguli aspek duniawiyah dan jasadiyah. Jadi di tasawuf bukanlah perpindahan dari alam fisik (kebendaan) ke alam rohani, yang mempunyai implikasi bahwa sufi akan meninggalkan materi.

Tasawuf itu merupakan suatu ijtihad dan jihad untuk menghapuskan ataunmenghilangkan dominsi yang terjadi materi dalam kehidupan. Artinya, materi masih tetap dibutuhkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup dan mendekatkan diri kepada Allah SWT

Pembahasan

1. Pengertian Akhlak dan Tasawuf

Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim masdar dari kata akhlaqa, yukhliqu,

ikhlaqan yang dapat diartikan sebagai perangai, tabiat, kebiasaan, peradaban baik dan agama. Namun

bila ditinjau dari isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq melainkan ikhlaq. Dari berbagai

prespektif yang ada, akhlaq juga dapat diartikan secara bahasa sebagai budi pekerti, adat kebiasaan,

perangai, muruah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi'at

Kata akhlaq juga merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang pada mulanya bermakna

ukuran, latihan dan kebiasaan. Dari kata pertama (ukuran) lahir kata makhluk dikarenakan mahluk

merupakan ciptaan yang memiliki ukuran, dari makna kedua (latihan) dan juga yang ketiga

(kebiasaan) lahir suatu hal yang positif dan negatif. Makna-makna yang ada secara umum

mengisyaratkan bahwa akhlak dalam pengertian budi pekerti maupun sifat yang mantap dalam diri

seseorang dapat terlaksana dalam jiwa seseorang setelah berkali-kali proses latihan dan pembiasaan

diri dalam melakukannya secara istiqomah

2. Tasawuf Membentuk Akhlak Mulia

Akhlak merupakan suatu perilaku yang didorong dengan perasaan hati, juga kesadaran

ketika melakukannya, pembiasaan yang aktif serta istiqomah sebagai upaya pembentukannya dan

berupaya meningkatkan budi luhur. Dalam sebuah pernyataan yang umum dalam Islam

bahwasannya tasawuf membentuk akhlak mulia. Menurut dengan bertasawuf membuahkan akhlak mulia dan orientasi amal saleh, kebersihan hati untuk meraih ilmu sejati yaitu ma'rifah dan maqam spiritual tertinggi.

Para sufi terdahulu melalukan praktik tasawuf untuk menjadikan diri berakhlak mulia

kepada Tuhan dan sesama manusia dan juga mahluk hidup lainnya. Maka tidak

salah bila ditelusuri hikayah-hikayah para sufi terdahulu digambarkan sebagai sosok pribadi yang

tenang, memiliki kualitas iman dan taqwa yang tinggi dan juga memiliki pribadi yang berakhlak

mulia.

Dalam pandangan Buya Hamka dalam Rofi, Benny, & Setiawan tasawuf dapat diibaratkan jiwa yang menghidupkan seluruh tubuh dan merupakan jantung keislaman. Nilai- nilai yang diperoleh dengan tasawuf dapat menimbulkan efek positif dalam jiwa seseorang sehinggamenimbulkan perilaku akhlak mulia. Buya Hamka juga menghimbau agar tasawuf dapat dibarengi pengamalan sumbernya dari Al Qur'an dan Hadits agar dapat memaksimalkan pembentukan akhlakmulia melalui jalan tasawuf.

3. Akhlak Tasawuf Dalam Proses Pendidikan Islam

Proses pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk menjadi pemilik peradaban dan kualitas hidup yang mulia, yakni seuai prinsip Al Qur'an dan Hadits. Bila dilihat dari tujuan pendidikan yakni memanusiakan manusia secara adil dan beradab. Maka pendidikan islam memiliki tujuan keberadaban dalam menyempurnakan hakikat manusia untuk tidakmelepaskan campur tangan Allah Swt dalam setiap aktivitas yang dilakukan selama dimuka bumi ini Artinyapendidikan Islam mengarahkan tata cara dalam menyikapi kehidupan yang ada dengan penekanan pentingnya memilkikiperadaban yang berdasarkan dengan tuntunan yang telah dijelaskan Allah Swt dalam Al Qur'an yang harus dipraktikan dengan baik dalam setiap lini kehidupan yang ada, baik pada ruang lingkup yang kecil maupun besar.

         Pendidikan Islam jangan dipandang hanya berorientasi pada hal-hal umum keagamaan

semata seperti aspek rukun Islam dan rukum iman saja, melainkan pendidikan Islam terdapat pada

ruang lingkup yang lebih luas dalam kehidupan yang dapat membentuk suatu peradaban yang

humanis dimana keterkaitan antara keduniawian dan keakhiratan berpadu satu sama lain sehinga

nilai-nilai ketuhanan membentuk suatu predikat yang dapat terintegrasikan pada berbagai aspek

kehidupan.

Akhlak tasawuf merupakan perilaku yang mendepankan nila-nilai tasawuf dalam membentuk kepriabdian yang bersikap ihsan dan ihsan merupakan tingkatan tertinggi setelah iman dan islam. Menurut akhlak tasawuf dapat dijadikan pengawal dan pemandu perjalan hidup manusia agar terselamatkan baik di dunia dan akhirat Akhlak tasawuf dalam proses pendidikan islam merupakan komponen yang mengedepankan riyadhoh dan mujahadah untuk dapat mencapai tingkatan ma'rifat dengan upaya pembersihan qolb dalam diri sehingga cahaya Allah Swt dapat masuk kedalam hati manusia. Internalisasi-internalisasi nilai-nilai tasawuf untuk menciptakan sikap ihsan perlu dilakukan dalam pendidikan Islam. Internalisasi nilai tasawuf mendekatkan diri kepada cahaya Allah swt. Tasawuf membentuk ahlak mulia dan implementasi akhlak mulia pada keseharian.

Kesimpulan

Pembelajaran akhlak tasawuf merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia dan memiliki karakter yang kuat. Kajian tasawuf dalam pendekatan agama Islam menjadi salah satu bagian kecerdasan yang penting dimiliki oleh manusia melalui pendekatan sufistik sebagai langkah dalam melakukan pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam. Pendekatan sufistik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilakukan melalui riyadlah (latihan-latihan jiwa) secara bertahap dengan memperhatikan keadaan peserta didik. Proses riyadlah dapat dilakukan dengan cara melaksanakan beberapa materi dalam pembelajaran sufistik, yang mencakup tasawuf akhlaqi, tasawuf amali, dan tasawuf falsafi. Pendidikan Islam mendefinisikan ajaran akhlak tasawuf sebagai suatu komponen dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia Sikap ihsan terlahir dari pengamalan akhlak tasawuf. Oleh karenanya sikap ihsan perlu diinternaliasikan dalam proses pendidikan Islam. Intenalisasi nilai ihsan sebagai komponen proses pendidikan Islam perlu dilakukan. Sikap ihsan merupakan sikap yang tinggi dalam tahapan meraih kedekatan dan cinta kepada Allah Swt. Proses tasawuf yang melahirkan sikap ihsan dikarenakan ajaran tasawuf yang berdimensi spritualitas dengan penerapan yang rutin dan mendalam. Manusia sebagai mahluk Tuhan selayaknya dapat menyeimbangkan kehidupan sesuai prinsip tasawuf sebagai

kesimbangan hidup yang berorientasi menggapai mahabbah kepada Allah Swt. Pendidikan Islam mendefinisikan ajaran akhlak tasawuf sebagai suatu komponen dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun