Mohon tunggu...
Akhdan Naufal
Akhdan Naufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ayo membaca, membaca itu seru lhooo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Taman Nasional Gunung Merapi

9 Desember 2021   21:31 Diperbarui: 9 Desember 2021   21:38 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Magelang- Wisata alam merupakan salah satu destinasi yang paling sering dikunjungi para wisatawan dari berbagai macam daerah. Kali ini saya akan membahas salah satu destinasi wisata alam yang ada di Kabupaten Magelang, tempat wisata ini bernama "Jurang Jero".

Taman Nasional Gunung Merapi Jurang Jero merupakan destinasi wisata alam yang berada di Desa Ngargosuko , tepatnya di Kecamatan Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. 

Lokasi ini berjarak kurang lebih 8 kilometer dari puncak Gunung Merapi sehigga pengunjung dapat melihat dengan jelas Gunung Merapi jika kondisi cuaca memungkinkan. 

Di kawasan ini pengunjung bisa berteduh dan menikmati keindahan pohon pinus yang tinggi menjulang ke atas. Pengunjung hanya perlu mengelurkan uang sebesar Rp 10.000 untuk melihat keindahan alam ini.

Selain melihat keindahan alam, pengunjung juga dapat mencarter jeep yang tersedia untuk melihat keindahan pemandangan lainnya, untuk mencarter jeep pengunjung dikenakan tarif Rp 200.000 untuk jarak dekat dan tarif Rp 400.000 untuk jarak jauh. Dalam kawasan Jurang Jero ini ada sesuatu yang baru, yakni Tugu Elang. 

Kenapa dinamakan Tugu Elang? Karena Presiden Jokowi pernah melepas dua ekor elang jawa di lokasi tersebut pada tanggal 14 Februari 2020, sehingga dinamakanlah lokasi melepasan itu menjadi Tugu Elang, ujar Danu Hamdan selaku penyuluh kehutanan Jurang Jero.

Pengunjung wisata Jurang Jero juga bisa melakukan camping ataupun outbound berkelompok dalam kawasan Jurang Jero ini, untuk camping tarif tiket masuk Rp 25.000 , jika anda ingin camping tapi malas membawa peralatan camping karena terlalu ribet pihak wisata Jurang Jero juga menyewakan alat camping seperti, tenda, matras, dan lainnya. Kegiatan outboundnya pun juga tidak kalah seru.

Wisata ini juga sering didatangi oleh rombongan pesepeda dari berbagai tempat. Lokasi yang menanjak dan jalan trek yang tidak rata atau berbatu menjadi salah satu trek yang disukai para pesepeda karena membuat para pesepeda menjadi lebih tertantang dalam bersepeda. Untuk para pengemar downhill jika ingin melakukan aksi downhill bisa juga masuk ke area hutan pinus, karena sudah ada jalur trek khusus untuk para tracker.

Untuk bisa mencapai wisata ini, dulu pengunjung kesulitan karena akses jalannya bebatuan dan tidak rata, tapi sekarang pengunjung bisa mudah mengakses jalan untuk ke wisata ini karena jalan aksesnya sudah diperbaiki. 

Kendala para pengunjung saat ini adalah susahnya sinyal dalam kawasan Jurang Jero ini. Padahal salah satu syarat untuk masuk wilayah ini adalah memiliki aplikasi Pedulilindungi dan memindai kode QR.

Kawasan wisata Jurang Jero ini masih sangat asri, sehingga kicauan burung dan derasnya air sungai dapat terdengar. Udaranya pun terbilang masih segar karena tidak ada polusi sama sekali. 

Dulu Jurang Jero terkenal sebagai hutan wisata, namun ketika pasir Merapi semakin menipis para penambang pasir mulai menambang di kawasan area Jurang Jero yang akhirnya membuat kawasan itu sudah tidak asri lagi. Tapi itu dulu, sekarang kawasan itu sudah dilarang untuk ditambang dan jika ada yang melanggar maka akan diberi sanksi oleh pihak Jurang Jero

potret batu prasasti yang ditanda tangani oleh pak harto (oleh; akhdan naufal p )
potret batu prasasti yang ditanda tangani oleh pak harto (oleh; akhdan naufal p )

Di puncak Jurang Jero terdapat batu prasasti yang diresmikan oleh presiden kedua kita yakni bapak Soeharto sebagai bukti peresmian pembanguan check dump dan tanggul di sepanjang sungai sugai di kawasan Jurang Jero pada tahun 1992. 

Proyek ini dilakukan bertujuan untuk membangun infrastruktur yang guna untuk meminimalisir resiko dari dampak aktivitas Gunung Merapi, baik erupsi atau letusannya maupun efek lain seperti banjir lahar dingin.

Setelah proyek ini selesai, ada perubahan yakni jika terjadi banjir lahar dingin, lahar dingin akan turun dan bertahan di check dump bagian hulu, sehingga banjir di sisi hilir tidak terjadi lagi. Hal ini menjadi dampak positif terhadap aktivitas masyarakat setempat.

Dulu, sebelum adanya wisata Jurang Jero kawasan ini adalah desa yang berisi rumah rumah para penduduk setempat. Tapi karena desa ini rawan akan terjadi bencana, maka para penduduk desa berbondong bondong transmigrasi, karena pada saat itu era 1960 - 1970 an transmigrasi merupakan program dari pemerintah untuk pemerataan kependudukan. Karena sudah lama desa itu sudah tak dihuni maka kemudian tumbuh pohon pohon yang akhirnya menjadi hutan. 

Sisa sisa peninggalan penduduk desa sampai sekarang masih ada, seperti makam, batu batu besar yang merupakan lontaran dari erupsi gunung merapi dan lain lainnya, ujar Daru Hamdan selaku penyuluh kehutanan Jurang Jero. Berawal dari sebuah desa perkampungan, Jurang Jero kemudian menjadi bagian dari Kawasan Nasional Gunung Merapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun