Mohon tunggu...
Abduh khaerul alhaq
Abduh khaerul alhaq Mohon Tunggu... Freelancer - Kultivator

Belajar menerjemahkan rasa dan pikiran disini

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bahasa Rasa

31 Oktober 2024   11:50 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:28 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gor trisanja slwai (pocof3)

Di setiap sudut ruang hampa, kau hadir mengisi kekosongan yang tak pernah benar-benar kosong. Di dalamnya, ada sesuatu yang hanya bisa kurasakan, meski sulit kugambarkan. Kau adalah isi dalam kekosongan, makna dalam kehampaan, dan kehadiranmu menyelimuti seperti bayangan yang tak pernah pergi.

Aku terjebak antara bahasa manusia yang terbatas dan bahasa langit yang seringkali tak terjangkau oleh pemahaman. Namun, bagaimana lagi harus kuungkapkan kegundahan yang berbaur dengan bahagia-rasa yang datang tak diundang, tak juga berlalu. Kini kutahu, kau selalu ada, hadir lebih dekat daripada hembusan nafasku sendiri, hadir dalam keindahan yang tak terjangkau kata.

Seperti fajar yang tak pernah lelah mengusir gelap, seperti langit yang melukiskan senja dengan warna tak ternamai, kau menyentuh setiap sudut alam ini. Hadirmu mengalir dalam desir angin, gemuruh lautan, dan riuh dedaunan. Dan di situlah, tanpa kata pun, aku tahu, kau ada-tak terbatas dan tak terpisahkan.

Namun manusia tetaplah manusia, meraka yang jarang menelaah kedalam diri, bahkan melirik pun tak pernah, bagaimana bisa mereka memahami apa yang ku utarakan. Mereka sering kali tertutup oleh ego, doktrin, serta dogma-dogma yang mereka terima dari masalalu, yang mana biasanya bersifat kuno,ketinggalan zaman. tidak ada pembaharuan dalam dirinya,merasa paling benar, dan lain sebagainya.

Tapi di sisi lain juga ada manusia yang terlahir dengan kepekaan-kepekaan, terhadap bahasa alam yang mungkin orang pada umumnya  tidak merasakanya, merekalah yang kadang menempuh jalan spritual lebih dulu dari pada orang-orang kebanyakan.

Manusia dikatakan manusia jika kebutuhan hidupnya terpenuhi, kebutuhan utama manusia adalah pencerahan. Pencerahan adalah kebutuhan paling dasar bagi manusia,bukan puncak. 

Jadi manusia dikatakan manusia jika sudah tercerahkan? 

Betul, tepat sekali. Karena jika manusia belum tercerahkan mereka masih di dominasi oleh nafsu-hewani. Yang mana itu belum bisa di katakan manusia. 

Jadi mari kita terus bertumbuh-berproses untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Sesuai fitrahnya. kehidupan yang mendamaikan, menenangkan dan menyejukkan.

Sampai jumpa di lain waktu,sekian-Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun