Mohon tunggu...
Abduh khaerul alhaq
Abduh khaerul alhaq Mohon Tunggu... Freelancer - Kultivator

Belajar menerjemahkan rasa dan pikiran disini

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku & Ipm

28 Agustus 2024   20:12 Diperbarui: 28 Agustus 2024   20:14 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pertama kali mengenal IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) pada tahun 2017, saat aku masih bersekolah di salah satu SMP di desaku. Saat itu, aku diperkenalkan kepada IPM oleh teman-temanku, teman bermain di desa kecil tempat tinggal ku.

Namun, mari kita tarik kembali ke masa lalu. Sebelumnya, aku tidak tinggal di blok yang sama dengan teman-teman yang mengenalkan IPM padaku. Pada tahun 2015, aku sempat pindah ke Kalimantan, lalu kemudian di tahun 2016, aku kembali lagi ke desa kecil ini. Mungkin ini yang disebut dengan takdir. Jika aku tidak pernah pergi ke Kalimantan, mungkin aku tidak akan pernah mengenal IPM. Mungkin aku akan tahu, tapi tidak terlibat langsung di dalamnya. Namun, mari kita kembali ke cerita utama.

Setelah diperkenalkan, aku mulai mengikuti kegiatan IPM. Hingga kini, sejak tahun 2017, aku masih terus aktif di organisasi ini. Selama bertahun-tahun ini, IPM telah menjadi bagian penting dari hidupku.

Namun, seperti halnya hidup, perjalanan bersama IPM juga mengalami naik turun. Setelah lulus sekolah, aku harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tuntutan pekerjaan membuatku harus mengorbankan banyak waktu, dan pada saat itu, IPM sempat aku tinggalkan. Aku merasa, dengan bekerja, aku sudah memasuki fase baru dalam hidupku---fase di mana aku harus fokus pada tanggung jawab dan kewajiban sebagai seorang pekerja.

Tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa ada yang hilang. Ada kekosongan yang tidak bisa diisi hanya dengan bekerja. Aku sadar, bahwa meskipun aku telah lulus dari sekolah, perjalanan belajarku belum selesai. Aku masih merasa fakir ilmu, bukan hanya dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam memahami kehidupan itu sendiri. Kehidupan ternyata jauh lebih kompleks daripada sekadar bekerja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesadaran itu membawa aku kembali ke IPM. Aku merasa bahwa IPM adalah tempat di mana aku bisa terus belajar dan berkembang, baik secara intelektual maupun spiritual. Di IPM, aku menemukan kembali semangat untuk belajar dan mengembangkan diri, bukan hanya sebagai pekerja, tetapi sebagai individu yang punya tanggung jawab sosial dan moral.

IPM memberiku perspektif baru tentang kehidupan. Di sini, aku belajar bahwa kehidupan bukan hanya tentang mencari nafkah, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memberikan kontribusi kepada orang lain dan komunitas di sekitar kita. IPM mengajarkanku untuk selalu bergerak dalam kebaikan dan berbuat untuk sesama.

Kini, setelah bertahun-tahun bersama IPM, aku merasakan betapa besar pengaruhnya dalam hidupku. IPM telah membentukku menjadi pribadi yang lebih baik, lebih matang, dan siap menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari IPM, dan aku akan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk organisasi ini.

Melalui IPM, aku juga belajar bahwa perubahan tidak bisa dicapai sendirian. Dibutuhkan kerja sama, dedikasi, dan komitmen dari banyak pihak. Dan aku bertekad untuk terus berkontribusi dalam organisasi ini, untuk membantu menciptakan generasi muda yang lebih baik, lebih peduli, dan lebih siap untuk menghadapi masa depan.

IPM adalah bagian dari hidupku, dan aku yakin bahwa perjalanan ini masih panjang. Masih banyak yang bisa aku pelajari, masih banyak yang bisa aku berikan. Aku percaya, bersama IPM, aku bisa terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarku, dan tentu saja, bagi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun