Mohon tunggu...
Akh_ Khisabil
Akh_ Khisabil Mohon Tunggu... Security - Kisah sukses orang lain belum tentu jadi kisah sukses kita
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

reputation of the tongue

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teman Sebaya Bermain dan Permainan

19 Oktober 2021   00:45 Diperbarui: 19 Oktober 2021   00:47 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teman sebaya sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. Hal ini dikarenakan anak usia 7 hingga 11 tahun menghabiskan lebih dari 40 persen waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya (Santrock, 2007).

Penerimaan teman sebaya berfungsi untuk membentuk perilaku dan norma yang pada diri anak. hal ini dikarenakan anak yang diterima baik oleh teman sebayanya akan menghasilkan pola norma dan perilaku yang baik. Kondisi ini membuka peluang untuk menjadikan anak berhasil dalam tahapan perkembangan sosial berikutnya, sehingga anak mampu membentuk kehidupan yang bahagia (Hurlock, 1978).

Sementara itu, Santrock (2007) menjelaskan bahwa fungsi teman sebaya adalah sebagai sumber informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga yang mengelilingi anak. Hal ini dikarenakan anak akan menerima umpan balik terkait kemampuanya dari anak seusianya. 

Anak akan berusaha mengevaluasi segala tindakanya dengan ukuran apakah lebih baik, sama, atau lebih buruk dari apa tindakan yang dilakukan anak lain. Umpan balik dan evaluasi ini sangat sulit didapatkan dilingkungan keluarga karena perbedaan usia antar anggota keluarga.

Hubungan teman sebaya yang baik diperlukan untuk perkembangan sosioemosional anak. Hal ini didasarkan pada pendapat Piaget dan Sullivan yang menjelaskan bahwa melalui interaksi teman sebaya anak belajar tentang cara berinteraksi yang simetris dan timbal balik. Lebih lanjut, Piaget dan Kohlberg menjelaskan bahwa interaksi yang simetris dan timbal balik mengembangkan logika moral dan pemahaman sosial anak, sehingga anak mampu menggali prinsip kebaikan dan keadilan melalui interaksi dengan teman sebaya.

Agresi dan bully

menempatkan perilaku agresi di dalam pembahasan perkembangan sosial. Dia menuliskan bahwa agresi menjadi salah satu aspek yang mendapatkan perhatian dalam perkembangan sosial pada anak usia dini. Oleh karena itu orang tua dan master harus memberikan perhatian khusus terhadap perilaku agresif, karena perilaku ini jika lepas dari pantauan bisa membahayakan perkembangan sosial anak.

Agresi secara psikologi diartikan sebagai perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda. Agresi secara antropologi yaitu perbuatan bermusuhan yang bersifat penyerangan fisk ataupun psikis terhadap pihak lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun