Ketika kau datang aku sedang duduk sendiri,
Menikmati kesendirian ku tanpa apa-apa, tanpa siapa-siapa. Hanya aku, sendiri.
Tanpa keramaian, Tanpa kesakitan, Mungkin tanpa perasaan.
Germuruh lautan silih berganti berkumandang,
Camar-camar terbang silih berganti menghias langit berteman angin,
Tapi karang tetap lah diam
Menyembunyikan rasa, mungkin ia kesepian.
Andai saja kau tau, Bagaimana rupa ku--Bagaimana rasaku.
Mungkin langit akan menangis dan rintik hujan kan menghibur ku.
Gejolak rasa menggebu bagai angin yang meniupkan butiran embun ke tepian.
Riak ombak ramai, seolah pertanda kebebasan,.
Jauh di dalam sana ada sisi gelap yang tak terjamah cahaya.
Menyimpan puing-puing sisa permukaan yang tenggelam;
Sisa sisa perasaan yang terbawa gelombang berharap di lupakan.
Jauh di dalam sana, dari balik kegelapan Samudra.
ada suara yang ingin di dengar,
Suara yang tak pernah tersampaikan ke permukaan;
Sebab karang angkuh tak pernah bergeming, meski ribuan kali diteriaki sang ombak.
Aku duduk sendiri berteman sepi,
Menikmati bisik-bisik angin dari Samudera luas,
Menyamakan rasa antara jiwa dan Samudra.
Ketika kau datang sebenarnya aku tak sedang diam,
Hati ku bergemuruh bak ombak, meski raga ku diam.
Aku tak ingin berteriak kepada mu, seperti ombak meneriaki karang.
Biar rasa ini tetap sunyi, bersembunyi di dalam lautan.
Di lubuk hati paling dalam, tempat segala rahasia tersimpan rapi nan sepi.
"Sajak Laut Yang Kesepian"
AKBRLNPTRA 23 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H