Mohon tunggu...
Akbarlian Putra
Akbarlian Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, agar engkau dicatat oleh peradaban.

Pemuda melankolis berwajah antagonis. Pemuja sastra, Gila diksi dan metafora. Pecinta kopi pahit, Boros tak pernah bisa irit, dan bila berbicara suka berbelit-belit. Hidup dibumi, ditanah sumatera dibagian selatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

PUISI | Menyembul dari Peradaban

1 Januari 2019   06:32 Diperbarui: 1 Januari 2019   08:47 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk ruang hatiku yang mulai berlumut,
Karena terlalu dingin dan lembab.
Tak usah kau khawatirkan,
Ini sisa hujan kemarin.

Hujan merupakan sebuah Nikmat dan Anugerah dari Pencipta alam semesta. Tapi, Aku salah jika berpikir selalu membutuhkan hujan; Sebab, hujan dapat membawa petaka bagi siapapun yang menerimanya.
Memangnya, Lumut-lumut ini akan dibawa kemana? Dan, Seberapa lama lagi Genangan kotor ini akan terus menjadi wadah dilahirkannya jentik-jentik nyamuk ini?

Ah! Semakin membuat kumuh seisi ruangan saja. Untungnya, Mentari sudah mulai menyembul dari peradaban
Dan sekarang, aku cukup tenang.


AGNFRLxAKBRLNPTRA
Palembang, Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun