Mohon tunggu...
Akbil Fikran
Akbil Fikran Mohon Tunggu... Mahasiswa - TEKNIK KIMIA UPNJATIM

KKN BINA DESA 2022 GALENG DOWO

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Green Energy: Pemanfaatan Produk Samping Biogas Menjadi Pupuk Organik

13 Juni 2022   08:17 Diperbarui: 20 Juni 2022   14:22 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Galengdowo adalah sebuah Desa di wilayah Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur yang berada di kaki Gunung Anjasmoro. dan dikenal sebagai Desa Wisata, karena di desa ini ada lahan-lahan yang dapat dijadikan obyek wisata, misalnya ternak sapi perah, Bumi Perkemahan, Air Terjun, Grojokan Kalisat, Gua Jepang, dan Air Terjun Jurang Singo, dan wisata petik buah salak. 

Pada sektor ternak sapi perah setiap hari menghasilkan limbah kotoran sapi perah terdapat beberapa hasil samping yang timbul yakni limbah berupa kotoran sapi yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan bagi manusia. 

Meskipun terdapat pengolahan kotoran sapi berupa pemanfaatan kotoran tersebut menjadi biogas, tetapi hal tersebut masih menghasilkan produk samping yang sama yakni kotoran sapi. Bagian ini dapat dimanfaatkan menjadi berupa pupuk organik dengan kadar fosfor yang tinggi.

Proses pembuatan pupuk organik baik padat maupun cair merupakan upaya penanggulangan limbah yang kerap kali menjadi kambing hitam permasalahan lingkungan. 

Mahasiswa KKN UPN "Veteran" Jawa Timur program studi Teknik Kimia kelompok 5 dan kelompok 6 yang dibina oleh dosen pengampu Ir Mu'tasim Bilah, M.S dan Dr. Ir Srie Muljani,M.T berupaya menggali potensi dari limbah kotoran sapi dan merubah stigma khalayak luar bahwa masih ada hal yang dapat dimanfaatkan pada sebuah hal yang kerap kali dianggap sebagai msalah lingkungan pada desa Galengdowo kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur

img-7341-min-jpg-62b02014c44f925c1055a222.jpg
img-7341-min-jpg-62b02014c44f925c1055a222.jpg
Dari definisinya, Pupuk merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi tanaman, seiring merebaknya gaya hidup kembali ke alam (back to nature), pupuk organik menjadi pilihan paling tepat karena memiliki berbagai keunggulan dibanding dengan pupuk kimia. 

Diantaranya dapat mengatur sifat-sifat tanah dan dapat berperan sebagai penyangga ketersediaan unsur hara makro-mikro bagi tanaman, juga dapat mengembalikan tingkat kesuburan tanah.

Produk samping (by product) dari proses produksi biogas adalah Slurry produk biodigester yang dapat diproses menjadi produk pupuk organik padat dan cair dengan memakai alat pemisah (Ekstraktor) sederhana yang dapat memisahkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair serta dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk tanaman dan pakan ikan.

Proses pembuatan pupuk dimulai dari pengumpulan kotoran sapi baik yang sudah diproses untuk biogas maupun yang belum diproses,kotoran tersebut akan dikumpulkan dalam sebuah tempat untuk penampungan sementara. Proses tersebut dilanjutkan dengan pemberian nutrisi berupa mikroba EM4 dan ragi dengan takaran 25 kg kotoran sapi dicampur dengan 25 liter air, 250ml EM4, dan 2,5 liter campuran air dan ragi. 

Semua campuran tersebut dapat dicampur sebelum pembuatan biogas atau setelah pembuatan biogas. Hal itu dikarenakan campuran tersebut digunakan sebagai proses fermentasi saja,dan tidak mempengaruhi produksi biogas bagi warga desa Galengdowo yang memiliki instalasi biogas. 

Setelah dicampurkan,akan dilakukan proses fermentasi dengan indikator produksi gas, setelah gas tidak terproduksi maka kotoran sapi siap untuk dipisahkan menjadi pupuk cair dan pupuk padat yang dipisahkan dengan replika extractor. Setelah proses pemisahan akan dilakukan proses treatment. Pupuk padat akan dijemur hingga kering sementara pupuk cair akan langsung dikemas dalam botol.

pupuk3-62a68dbcbb448639082994d2.jpg
pupuk3-62a68dbcbb448639082994d2.jpg

Pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organik memiliki keuntungan sebagai berikut :

  • Mengurangi potensi pencemaran lingkungan
  • Mengurangi pengeluaran bagi pemilik budidaya tanaman atau pemilik kebum,sekaligus dapat menjadi mata pencaharian tambahan bagi produsen

Pembuatan pupuk kompos memiliki hasil uji yang cukup tinggi yakni sekitar 15-20%. Hal tersebut memiliki arti bahwa hasil pupuk kompos ini memiliki keuntungan lagi yakni masih dapat diencerkan lagi dengan perbandingan 1:10 sehingga pemakaian sedikit pupuk dapat digunakan untuk tanaman dengan skala besar. Dengan kelebihan tersebut dapat menjadi acuan bahwa pupuk ini dapat bersaing dengan pupuk yang berada di pasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun