TARIAN LA PULGA MENUNTASKAN SEGALANYA
Final Piala Dunia Qatar 2022 menyajikan final ideal: Perancis melawan Argentina. Dua tim yang tidak hanya mempunyai kemampuan teknis yang mumpuni, namun juga diiringi motivasi luar biasa. Perancis berambisi besar memenangkan Piala Dunia untuk ketiga kalinya setelah menang tahun 1998 dan 2018. Sekaligus menjadi negara ketiga yang mampu menjadi juara dua kali berturut-turut (back to back) setelah Italia dan Brasil.
Di sisi lain, Argentina mempunyai motivasi yang unik. Selain berambisi menjuarai piala dunia untuk ketiga kalinya, mereka juga ingin mempersembahkan trofi piala dunia kali ini untuk LM10, julukan megabintang mereka, Lionel Messi. Ya, untuk Messi.
Messi sudah membela Argentina dalam lima edisi piala dunia. Gagal empat kali, diharapkan kali ini bisa menjadi juara. Pada edisi piala dunia 2014, Argentina berhasil masuk final. Sayang, dikalahkan Jerman yang kemudian menjadi juara. Maka harapan itu membuncah pada piala dunia kali ini. Apalagi, didukung fakta bahwa Argentina sebelum  piala dunia kali ini secara berturut-turut tidak terkalahkan dalam 36 pertandingan.
Seorang pemain sepakbola memang belum dianggap sebagai legenda jika belum memenangkan piala dunia. Diego Maradona memenangkan Argentina pada piala dunia tahun 1986. Tahun 2022 inilah, 36 tahun setelahnya adalah saat terbaik untuk kembali menjadi juara.
Ditambah lagi, Messi sekarang berumur 35 tahun. Usia yang tidak lagi muda. Walaupun di lapangan, tidak terlihat pada Messi yang masih menunjukkan energi dan kelincahan dalam tarian yang luar biasa. Bisa jadi, ini adalah piala dunia terakhir untuk La Messiah, julukan lain untuk Messi. La Pulga berarti kutu dan La Messiah berarti penyelamat. Disebut kutu karena kelincahannya dan disebut Messiah karena menyelamatkan Barcelona dan Argentina.
 Para pemain Argentina akan bertarung habis-habisan demi peraih tujuh kali Ballon d'Or ini. Dan mereka percaya, the GOAT (Greatest Of All Time) ini yang akan menyelamatkan mereka.
Pada babak pertama, permainan Argentina begitu luar biasa. Menariknya, tumpuan permainan bukan terpusat pada Messi, tetapi pada mantan pemain PSG yang sekarang bermain untuk Juventus; Angel Di Maria.
Pelatih Scaloni dengan jitu menyimpan Di Maria pada saat semifinal. Sepanjang babak pertama hingga diganti menit ke 64, pergerakan Di Maria begitu eksplosif. Â Serangan-serangan Argentina banyak bertumpu pada Di Maria.
Ke mana Messi? Tidak terlalu terlihat. Tetapi 1-2 sentuhannya berhasil membawa Argentina unggul 2-0 pada babak pertama.
Perancis seperti kehilangan semangat dan gairah bertanding. Gampang salah umpan, mudah diambil bolanya, kalah bertarung di lini tengah, bahkan tidak ada satupun tendangan ke gawang pada babak pertama.
Pada menit ke 64, Scolani membuat satu keputusan yang hampir membuatnya menyesali keputusan itu seumur hidupnya. Untuk memberikan darah segar, Di Maria diganti dengan Marcos Acuna.
Namun keputusan ini menjadi semacam blunder. Ancaman-ancaman yang sebelumnya mengalir lewat sayap kiri melalui Di Maria terhenti.
Di sisi lain, pelatih Perancis melakukan pergantian yang sangat jitu. Para pemain dengan tipe pelari cepat dan masih muda diturunkan.
Darah segar ini mulai memberikan hasil. Setelah menit ke-80, Perancis baru benar-benar menunjukkan karakter sesungguhnya. Serangan-serangan Perancis begitu cepat. Arah angin berbalik. Dalam 10 menit terakhir, Perancis berhasil melesakkan 2 gol melalui Kylian Mbappe yang membuat skor akhir menjadi 2-2. Perpanjangan waktu.
Pada perpanjangan waktu, strategi Argentina memasukkan Lautaro Martines menjadi menarik. Argentina kembali menguasai permainan.
Akhirnya, Argentina berhasil memasukkan 1 gol, namun dibalas kembali oleh Mbappe melalui penalti.
Akhirnya kemenangan Argentina ditentukan melalui adu penalti. Dua penendang penalti Perancis gagal, sementara 4 pemain Argentina berhasil memasukkan bola.
Argentina juara. Messi juara.
Alam memang berpihak kepada Argentina. Stadion tempat bertanding, Lusail, adalah tempat di mana mereka sudah bertanding 3 kali pada babak penyisihan grup, dan sekali pada babak semifinal. Kabarnya, dari 88 ribu kapasitas tempat duduk, setengahnya adalah pendukung Argentina. Tentu dari berbagai negara.
Pada akhirnya, kemenangan ini menjadi kado indah buat Messi yang kemungkinan menjadi piala dunia terakhir baginya. Lengkap sudah pencapaian Messi baik di klub maupun Tim Nasional.
Bravo Tim Tango.
Jumpa lagi pada piala dunia 2026 di Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat.
Salam Man Jadda Wajada.
Bekasi, 19 Desember 2022
AKBAR ZAINUDIN MJW
Penikmat Sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H