Perancis seperti kehilangan semangat dan gairah bertanding. Gampang salah umpan, mudah diambil bolanya, kalah bertarung di lini tengah, bahkan tidak ada satupun tendangan ke gawang pada babak pertama.
Pada menit ke 64, Scolani membuat satu keputusan yang hampir membuatnya menyesali keputusan itu seumur hidupnya. Untuk memberikan darah segar, Di Maria diganti dengan Marcos Acuna.
Namun keputusan ini menjadi semacam blunder. Ancaman-ancaman yang sebelumnya mengalir lewat sayap kiri melalui Di Maria terhenti.
Di sisi lain, pelatih Perancis melakukan pergantian yang sangat jitu. Para pemain dengan tipe pelari cepat dan masih muda diturunkan.
Darah segar ini mulai memberikan hasil. Setelah menit ke-80, Perancis baru benar-benar menunjukkan karakter sesungguhnya. Serangan-serangan Perancis begitu cepat. Arah angin berbalik. Dalam 10 menit terakhir, Perancis berhasil melesakkan 2 gol melalui Kylian Mbappe yang membuat skor akhir menjadi 2-2. Perpanjangan waktu.
Pada perpanjangan waktu, strategi Argentina memasukkan Lautaro Martines menjadi menarik. Argentina kembali menguasai permainan.
Akhirnya, Argentina berhasil memasukkan 1 gol, namun dibalas kembali oleh Mbappe melalui penalti.
Akhirnya kemenangan Argentina ditentukan melalui adu penalti. Dua penendang penalti Perancis gagal, sementara 4 pemain Argentina berhasil memasukkan bola.
Argentina juara. Messi juara.
Alam memang berpihak kepada Argentina. Stadion tempat bertanding, Lusail, adalah tempat di mana mereka sudah bertanding 3 kali pada babak penyisihan grup, dan sekali pada babak semifinal. Kabarnya, dari 88 ribu kapasitas tempat duduk, setengahnya adalah pendukung Argentina. Tentu dari berbagai negara.
Pada akhirnya, kemenangan ini menjadi kado indah buat Messi yang kemungkinan menjadi piala dunia terakhir baginya. Lengkap sudah pencapaian Messi baik di klub maupun Tim Nasional.