Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Human Resources - Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Teladan Siswa

16 Agustus 2021   07:16 Diperbarui: 16 Agustus 2021   07:20 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GURU, TELADAN SISWA

(Bagian 3 dari 20 Tulisan untuk Buku Baru saya, GURU HEBAT MAN JADDA WAJADA)

A. GURU ITU SEPERTI KACA BAGI MURID-MURID

Apa yang kita lakukan, itulah yang murid-murid kerjakan. Murid-murid melihat kita dengan terang benderang. Gerak gerik dan perilaku kita, sadar atau tidak, akan selalu terlihat oleh mereka.

Ini sudah konsekuensi dari profesi yang kita geluti, guru. Kalau profesi lain, mungkin tidak akan disorot keteladanannya seperti kita. Tetapi sebagai guru, tindak-tanduk kita menjadi sorotan oleh banyak orang.

Namanya juga guru, ada yang menyingkatnya dari bahasa Jawa, digugu lan ditiru. Artinya diikuti dan diteladani. Apa yang dikatakan dan dilakukan guru, akan diikuti oleh murid-muridnya.

Mirip-mirip dengan Nabi. Guru memang mengemban tugas kenabian untuk menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai kebenaran, khususnya kepada murid-muridnya.

Bagaimana mungkin seorang guru mampu menyebarkan dan memberi nilai-nilai kebaikan apabila nilai-nilai itu tidak ada dalam dirinya? Apa yang akan diberikan?

Ibarat sebuah powerbank. Sebelum mampu memberi energi kepada HP yang dicharga, suatu powerbank harus diisi listrik (dicharge) terlebih dahulu. Kalau isinya habis, tidak bisa untuk men-charge HP.

Begitu juga guru, diri kita mesti diisi dengan nilai-nilai dan kebiasaan baik kalau kita ingin menyebarkan kebaikan tersebut kepada murid-murid kita. Kalau nilai-nilai kebaikan itu tidak ada dalam diri kita, bagaimana mungkin kita akan memberikannya kepada murid-murid kita?

Cara mencharge agar diri kita baik dan siap mentransfer kebaikan adalah dengan membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik dalam diri kita. Dengan kebiasaan baik tersebut, tabungan kebaikan kita lama kelamaan akan semakin bertambah. Kalau tabungan kebaikan kita banyak, akan lebih mudah kita mentransfer kebaikan tersebut kepada orang lain.

Kalau ingin menyuruh sesuatu, kerjakan terlebih dahulu. Hal-hal sehari-hari yang ingin murid-murid kita lakukan, kita kerjakan sendiri terlebih dahulu.

Misalnya, kita ingin murid-murid belajar dengan rajin. Hal yang pertama harus dilakukan adalah menjadi contoh terlebih dahulu bagi mereka bahwa kita juga rajin belajar. Bagaimana mungkin meminta murid-murid untuk membaca buku dan rajin belajar kalau kita tidak pernah membaca buku, baik di rumah maupun di sekolah?

Kita ingin murid-murid mengerjakan pekerjaan rumah dengan segera dan tidak menunda-nunda. Yang harus kita lakukan adalah sesegera mungkin mengerjakan apa yang harus kita lakukan, jangan sampai ditunda. Pekerjaan terkait administrasi menjadi guru, selesaikan segera. Mengoreksi pekerjaan murid, selesaikan sebelum masuk ke pelajaran berikutnya. Sehingga mereka juga merasa bahwa guru menjadi contoh tidak menunda-nunda pekerjaan.

Kita ingin murid-murid kita berdisiplin dalam masuk kelas, tidak terlambat. Maka kita dulu yang harus melakukannya, berdisiplin masuk kelas. Kalau kita saja tidak berdisiplin dalam masuk kelas, bagaimana mungkin kita akan mampu mendisiplinkan murid-murid?

Kalau kita ingin murid-murid bersemangat dalam mengikuti aktivitas, maka kita dulu yang harus menunjukkan bahwa kita bersemangat dalam beraktivitas. Bagaimana mungkin mereka akan bersemangat kalau kita tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan?

Bagaimana mungkin murid-murid punya keinginan berprestasi kalau kita sebagai guru tidak punya keinginan berprestasi? Tunjukkan bahwa kita punya keinginan kuat untuk terus berprestasi tinggi. Karena prestasi menunjukkan bahwa kita terus berkarya, tidak diam, dan terus mengembangkan diri. Teladan seperti inilah yang akan membuat murid-murid terpacu untuk terus berprestasi tinggi.

Tidak mungkin kita menyuruh murid-murid untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam menulis kalau kita tidak juga menulis. Apa yang kita bicarakan menjadi hampa, kurang berisi, dan akan sulit untuk masuk ke dalam hati dan pikiran murid.

Sebelum kita menyuruh murid-murid kita melakukan sesuatu, kita kerjakan hal tersebut terlebih dahulu. Itulah fungsi keteladanan yang sesungguhnya.

B. MEMBANGUN INTEGRITAS SEBAGAI SEORANG GURU

Salah satu yang membuat kita menjadi orang yang bisa dipercaya adalah karena kita menjaga integritas. Integritas itu adalah apa yang kita kerjakan sesuai dengan apa yang kita bicarakan. Kalau berbicara A, yang kita kerjakan juga A. Kalau berbicara B, yang kita kerjakan juga B.

Akan menjadi masalah kalau terjadi sebaliknya, berbicara A tetapi yang dikerjakan B. Apa yang kita bicarakan berbeda dengan yang dikerjakan.

Kalau sudah seperti itu, akan terjadi krisis kepercayaan. Pada saat guru tidak lagi dipercaya murid-muridnya, apa yang dibicakan akan sulit diterima, termasuk juga dalam hal mata pelajaran.

Karena itulah, penting sekali untuk menjaga integritas. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga integritas.

Pertama, jadilah yang pertama berbuat baik. Kalau ada kesempatan berbuat baik, langsung ambil pada kesempatan pertama. Apa saja. Apa bisa kita menjadi yang pertama berbuat baik? Pasti bisa. Kalau kita mau, niat, pasti bisa.

Banyak sekali kebaikan yang bisa kita lakukan di sekolah. Datang jauh lebih pagi dibandingkan dengan yang lain, membantu membersihkan ruang guru, merapikan meja kerja, mengerjakan tugas-tugas tepat waktu, menanam dan memelihara pohon di halaman sekolah, memakmurkan musholla di sekolah, dan akan banyak sekali daftar kebaikan yang bisa kita lakukan.

Maka pada saat datang ke sekolah, pikiran pertama yang harus ada pada diri kita adalah: "kebaikan apa yang bisa saya lakukan hari ini?" Bertekad untuk selalu menjadi yang pertama berbuat kebaikan.

Tidak perlu khawatir dicap "sok baik", "sok rajin", "sok suci", dan sok-sok lainnya. Itu hanyalah perkataan orang-orang yang iri hati akan kebaikan yang kita lakukan. Yang penting kita ikhlas melakukannya, pada saatnya kebaikan itu akan kembali kepada kita.

Tidak perlu juga sakit hati kalau kebaikan yang kita lakukan tidak mendapatkan pujian atau penghargaan, baik dari rekan guru, siswa ataupun pimpinan sekolah. Karena pada dasarnya kita bekerja bukan untuk mendapatkan penghargaan manusia.

Percayalah, kebaikan itu akan dicatat Allah sebagai sebuah kebaikan. Dan pada saatnya nanti, kebaikan itu akan kembali kepada diri kita masing-masing.

Kedua, apa yang kita katakan, lakukan. Istilah Inggrisnya, Walk The Talk. Apa yang kita ucapkan, akan dilihat oleh murid-murid kita, apakah kita mengerjakannya atau tidak. Kalau kita tidak mengerjakannya, maka akan hilang semua kredibilitas kita.

Menasehati murid pada dasarnya menasehati diri kita sendiri. Apa yang kita katakan dan nasehatkan kepada murid, harus kita lakukan. Kalau nasehat itu sudah kita lakukan, maka kita akan baik-baik saja. Tetapi kalau belum kita lakukan, maka apa yang kita katakan itu akan terjadi.

Misalnya, kita menasehatkan kesabaran kepada murid-murid pada saat mereka kesulitan dalam mengerjakan sesuatu, atau saat menerima ujian. Pada suatu saat nanti, kita akan merasakan hal yang sama. Ujian buat kita, apakah kita sabar dalam menghadapi kesulitan dan saat menerima ujian, atau tidak.

Apa yang kita katakan, akan kembali. Maka lakukan apa yang kita katakan.

Ketiga, walaupun tidak terlihat, jangan pernah tergoda menciderai amanah yang sudah diberikan kepada kita. Selalu ada godaan untuk menciderai amanah berupa jabatan, uang, dan kekuasaan. Godaan menggunakannya untuk kepentingan pribadi di luar kepentingan sekolah, atau bahkan lebih buruk; memperkaya diri sendiri.

Kalau kita diberikan suatu jabatan ataupun kepanitiaan, lakukan dengan sebaik-baiknya. Kepercayaan yang sudah diberikan harus dijawab dengan kerja keras dan kesungguhan. Tidak mudah meraih kepercayaan orang. Karena itu, pada saat orang percaya, harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Jika diberikan kepercayaan mengelola keuangan, harus dipastikan bahwa uang sekolah dipisahkan penyimpanan dan penggunaannya dari keuangan pribadi. Jangan sampai campur aduk. Sudah banyak berita dari berbagai sekolah tentang penyalahgunaan uang BOS, uang bantuan, uang SPP, uang tabungan, dan berbagai uang setoran murid untuk kepentingan pribadi.

Sekali kita menciderai kepercayaan orang, akan sulit orang percaya dengan kita. Bahkan bukan hanya untuk jangka pendek, akibatnya bisa berlaku sepanjang hidup kita.

Karena itu, jagalah amanah yang diberikan kepada kita sebaik-baiknya. Jangan pernah menciderainya.

Keempat, apa yang kita janjikan, kerjakan. Jangan terlalu mudah menjanjikan sesuatu, kalau kita tahu bahwa kita sulit untuk menunaikan janji tersebut. Kata orang, janji adalah hutang yang harus dilunasi. Sekali kita ingkar akan janji, maka berikutny akan sulit dipercaya.

Kita cenderung berjanji, sengaja ataupun tidak sengaja, untuk meyakinkan orang, termasuk murid-murid kita. Terkadang janji itu tidak sengaja kita keluarkan. Namun demikian, kalau janji itu sudah terucap, pantang untuk ditarik kembali. Apapun yang terjadi, janji itu harus dilaksanakan dengan segala konsekuensinya.

Misalnya, kita menyuruh murid-murid belajar dan menjanjikan bahwa yang dapat nilai terbaik akan mendapatkan hadiah. Jangan sampai setelah mereka belajar dengan penuh sungguh-sungguh, pada saatnya kita memberikan hadiah kita pura-pura lupa ataupun "ngeles" dengan berbagai alasan.

Murid-murid mungkin akan diam saja atau tidak berani memprotes. Tetapi hal itu akan terus menjadi catatan dalam pikiran mereka, bahwa guru ini tidak bisa dipercaya. Menjanjikan sesuatu lalu mengingkarinya. Dan itu akan membekas terus selama mereka menjadi murid, apalagi kalau hal itu berulang dilakukan.

Jangan pernah berjanji kalau tidak bisa ditepati.

Kalau mau latihan menepati janji, gampang kok. Cobalah untuk berjanji, hal kecil saja. Misalnya besok mau bangun pagi, mau membersihkan rumah, mau menulis, mau berolah raga, mau diet, dan sebagainya. Dan besok hari, saat datang waktunya, kerjakan janji tersebut apapun yang terjadi. Janji tetaplah janji yang harus dilakukan, apapun konsekuensinya.

Bekasi, 16 Agustus 2021u

Akbar Zainudin,

Mentor Menulis, Penulis Buku Man Jadda Wajada. Bisa dihubungi di IG: @akbarzainudin, YouTube: Akbar Zainudin, TikTok: AkbarZainudinMJW, Email: akbar.zainudin@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun