GURU HARUS SELALU BERPIKIR POSITIF
(Bagian 2 dari 20 Tulisan untuk Buku GURU HEBAT MAN JADDA WAJADA)
A. SEMUA ORANG PUNYA TANTANGANNYA SENDIRI
Dalam sebuah acara pelatihan untuk guru, seorang peserta guru menceritakan keluh-kesahnya. Ia bercerita: "Saya selalu merasa kesulitan menangani anak-anak, terutama anak-anak yang tergolong 'anak nakal'. Mereka susah sekali diatur.Â
Setiap hari mereka mengganggu anak-anak lain yang sedang belajar. Saya sudah menasihatinya berkali-kali, tetapi tetap saja anak-anak tersebut tidak mau menuruti perkataan saya. Rasanya saya mau menangis jika harus mendidik anak-anak tersebut".
Pada kesempatan lain, seorang guru yang lain juga menceritakan bahwa ia telah berusaha mempraktIkkan berbagai strategi belajar-mengajar yang pernah diikutinya dari berbagai pelatihan dan buku-buku yang dipelajarinya.Â
Tetapi para siswa justru tidak mengindahkan kata-katanya, tidak menaruh perhatian pada pelajarannya, bahkan mereka sering bermain sendiri-sendiri. Intinya, mereka luar biasa bandel, dan ingin rasanya bersikap lebih keras kepada mereka. Namun akhirnya guru tersebut menyadari bahwa menjadi seorang guru memang membutuhkan kesabaran yang ekstra.
Ada juga seorang guru yang mengeluh bahwa penghasilan yang diterimanya setiap bulan selalu tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga setiap hari ia harus memeras otak dan mencari tambahan penghasilan ke sana kemari untuk mencukupi kebutuhannya. Ia merasa sudah bekerja sangat keras, tetapi penghasilannya tetap saja tidak mencukupi.
Cerita lainnya adalah tentang seorang guru yang harus bertugas jauh dari tempat tinggalnya. Setiap hari ia harus berangkat pagi-pagi sekali agar tidak ketinggalan angkutan kota atau kereta. Ia harus berdesak-desakkan di angkutan umum sehingga sampai di sekolah kondisinya sudah kehabisan energi dengan baju yang lusuh karena berdesakan.Â
Seringkali ia bermimpi, seandainya ia mempunyai kendaraan pribadi tentu saja ia bisa berangkat lebih siang dan tidak berdesak-desakkan lagi. Impian itu sering membuatnya sedih sembari meratapi nasibnya sebagai seorang guru.
Keluhan lain disampaikan oleh Rita---bukan nama sebenarnya. Rita adalah guru yang pintar dan kreatif. Ia mempunyai banyak ide-ide cemerlang yang ingin disampaikan untuk kemajuan sekolah.Â
Sering kali ia menyampaikan ide-ide tersebut dalam berbagai kesempatan, terutama dalam rapat-rapat resmi di sekolah. Tetapi Rita harus berhadapan dengan Kepala Sekolah yang otoriter, yang selalu memaksakan ide-idenya untuk bisa dilaksanakan di sekolah tersebut.Â
Selain itu, Kepala Sekolah juga sering tidak mau mendengarkan dan menerima berbagai masukan dari guru-guru dan staf sekolah lainnya, karena dalam pandangannya idenyalah yang paling benar. Dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, Kepala Sekolah tersebut merasa mempunyai wawasan dan keterampilan paling luas sehingga ide-ide dari dirinyalah yang mesti dijalankan.
Karena tidak pernah didengar, Rita merasa sia-sia dalam memperjuangkan ide-ide dan pemikirannya untuk kemajuan sekolah. Oleh Karena itu, lambat laun Rita memilih untuk bersikap diam, dan tidak lagi berhasrat untuk memajukan sekolah. Akhirnya pemikiran dan ide-ide kreatifnya hanya terpendam dalam pikirannya sendiri.
Situasi lain lagi dikemukakan oleh, sebut saja Andi. Guru muda yang pintar dengan segala inovasi yang dibawanya ini cepat melejit karirnya, hingga mendahului guru-guru senior yang lebih dulu bekerja di sekolahnya. Bisa ditebak, bahwa guru-guru senior tersebut kemudian menjadi iri akan karir Andi yang begitu cepat naik.Â
Lambat laun iri hati ini ditampakkan dalam bentuk sikap memusuhi, juga berusaha sekuat tenaga untuk tidak mendukung, atau bila perlu menjegal ide-ide kreatifnya. Akibatnya, iklim kerja di sekolah tersebut menjadi keruh dengan sikap saling curiga antara satu guru dengan guru lainnya.
Jika dituliskan satu-persatu, permasalahan guru-guru di sekolah seperti di atas mungkin tidak ada habisnya. Selalu saja ada permasalahan di setiap sekolah atau lembaga pendidikan dengan kejadian dan kondisi yang berbeda-beda. Dan jika kita sikapi persoalan itu sebagai suatu masalah besar, maka hal itu akan menjadi masalah yang besar. Karena itu, setiap masalah tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.
Kalau kita fokus pada masalahnya, tidak akan pernah ada habisnya. Maka fokuslah pada solusi apa yang kita bisa lakukan untuk menjadi jalan keluar dari masalah tersebut. Fokus pada solusi akan menjadikan hidup kita menjadi lebih positif. Kita dituntut lebih kreatif dalam menghadapi setiap masalah.
B. MENDORONG DIRI UNTUK SELALU BERPIKIR POSITIF
Beberapa hal di bawah ini bisa mendorong kita untuk selalu berpikir positif:
Pertama, pahami bahwa di setiap sekolah tempat kita mengajar selalu ada kekurangan dan kelebihan. Tidak ada satu sekolahpun yang sempurna sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Mungkin di sisi ini ada kelebihan, sementara di sisi lain terdapat kekurangan.
Saya contohkan, sekolah A memberikan honorarium yang memadai untuk kehidupan sehari-hari, namun demikian mengajar di sekolah A membutuhkan kerja keras yang sangat maksimal. Harus datang setengah jam sebelum pelajaran dimulai, harus datang setiap hari dan pulang jam 4 sore layaknya jam kerja di kantor-kantor, dan sebagainya.
Di samping itu, setiap hari para guru diharuskan memeriksa pekerjaan siswa, menyiapkan rencana pengajaran, mengikuti rapat evaluasi, dan banyak tugas penelitian yang menumpuk dan harus diselesaikan. Selalu saja ada tugas yang diberikan sekolah, hingga rasanya tidak ada waktu untuk bersenang-senang.
Sebaliknya, sekolah B memberi honor yang, bisa dibilang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tetapi mengajar di sekolah B diberikan kebebasan untuk masuk hanya pada saat mengajar, tidak terlalu ketat dalam disiplin waktu, dan tidak banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Masih banyak contoh lain yang bisa dikemukakan, yang intinya setiap sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika didata kekurangan-kekurangan yang dimiliki masing-masing sekolah, tentu tidak ada habisnya. Karena itu, sebagai guru kita dituntut untuk menyiasati kekurangan yang ada dengan menciptakan berbagai kreativitas dan inovasi dalam proses belajar-mengajar.
Dengan demikian, kita akan terbiasa bekerja tidak hanya pada sekolah, atau lembaga pendidikan yang memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai. Tetapi juga mampu tetap kreatif dengan berbagai kondisi fasilitas sekolah yang ada. Nah, justru di sinilah kemampuan dan kreativitas kita diuji, apakah kita mampu mengembangkan diri dengan baik dalam berbagai situasi atau tidak.
Kedua, mengubah cara pandang kita terhadap suatu persoalan. Pada dasarnya, cara pandang terhadap suatu persoalan akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perasaan. Sebenarnya tiap masalah itu sama, yang membedakan hanyalah cara kita merespon persoalan itu. Misalnya, saat memperoleh tugas yang banyak dari sekolah.Â
Hal itu tergantung bagaimana cara kita menerimanya. Jika berpikir bahwa kita sedang dibebani oleh sekolah dengan pekerjaan yang berat, tentu kita akan menerimanya dengan bermuka masam, atau sambil menggerutu dan berpikir mengapa tugas tersebut diserahkan kepada kita, dan bukan kepada orang lain.
Akan berbeda jika berpikir dari sudut pandang yang lain. Berpikirlah bahwa sekolah sedang memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada kita karena percaya bahwa kita mampu melakukannya, atau agar kita belajar menjadi pemimpin di sekolah tersebut. Dengan sedikit mengubah cara berpikir, maka perasaan kita menjadi lebih lega, dan kita menerima berbagai tugas tersebut dengan senang hati.
Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mengubah pola pikir semacam ini. Tentang anak-anak yang 'tidak bisa diatur' dalam kelas misalnya. Jika kita berpikir bahwa itu merupakan sarana terbaik untuk belajar bagaimana kita mengatur anak-anak dengan berbagai kebutuhan dan tingkah-polahnya, maka kita akan senang hati menerima keadaan itu dan menjadikannya sebagai proses pembelajaran paling baik tentang bagaimana mengelola kelas.Â
Sekali kita bisa mengelola kelas dengan baik, hal itu akan memudahkan kita menghadapi anak-anak dengan berbagai persoalan masing-masing di masa yang akan datang.
Prinsip bahagia ternyata sederhana ya, mengubah cara pandang kita dengan cara pandang berbeda. Melihat dari sisi baiknya, sisi yang lebih positif.
Ketiga, berhenti mengeluh, mengumpat, dan menyalahkan orang lain. Ketiga hal ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Jika setiap masalah kita hadapi dengan mengeluh dan mengumpat, bisa jadi bukan penyelesaian masalah yang kita dapat, melainkan akan lebih meluas dan melebar, serta memicu timbulnya masalah lain yang belum ada sebelumnya.
Berhentilah mengeluh, dan bergegaslah mencari solusi atas permasalahan yang ada. Setiap masalah pasti mempunyai jalan keluar masing-masing. Jangan menunda untuk menyelesaikan masalah, karena hal itu hanya akan memperpanjang dan memperumitnya. Carilah berbagai alternatif keputusan, lalu ambil satu solusi. Kelola risiko dan konsekuensi yang mungkin akan timbul. Dengan begitu, kita tidak akan mengeluh, mengumpat, dan menyalahkan orang lain dalam menghadapi masalah. Kita akan selalu sigap untuk mencari solusi alternatif dari permasalahan yang ada.
Jangan sampai energi negatif dari mengeluh dan mengumpat ini menguasai pikiran kita setiap hari. Pada akhirnya kita kehabisan energi untuk menghasilkan produktivitas. Dengan selalu berpikir positif, potensi yang kita miliki bisa tersalurkan dengan baik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita.
Keempat, yakinlah bahwa setiap persoalan akan membuat kita lebih dewasa dan siap menghadapi masa depan. Suatu masalah ataupun persoalan yang timbul adalah wahana terbaik bagi kita untuk belajar menyelesaikannya secara baik. Bukan perkara mudah menyelesaikan setiap masalah dengan baik, tetapi dengan belajar terus menerus dari semua persoalan, akan memberikan kita keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam menghadapi permasalahan serupa di masa mendatang.
Jika kita merasa apa yang telah kita usahakan sia-sia karena ide-ide kreatif kita tidak diterima oleh Kepala Sekolah misalnya, tidak usah berputus asa. Sebab kita bisa menyalurkan ide-ide kreatif tersebut lewat tulisan di media massa ataupun internet. Dengan demikian, jika suatu ketika kita memimpin sekolah, ide-ide yang selama ini tersumbat bisa kita salurkan.
Pada intinya, setiap permasalahan memberikan kita peluang untuk maju. Layaknya ujian sekolah, jika kita lulus dari suatu permasalahan dan menemukan jalan keluarnya, kita bisa naik kelas dalam pengetahuan dan keterampilan, dan akan siap menghadapi berbagai permasalahan yang lebih kompleks di masa mendatang.
Jadi, mulailah untuk selalu berpikir positif. Ubahlah cara pandang kita agar selalu berada di sisi yang positif. Berhenti mengeluh, dan carilah solusi dari permasalahan yang ada. Jika semua ini bisa kita laksanakan, niscaya setiap hari kita akan menemukan kegembiraan dan kebahagiaan dalam bekerja.
Bekasi, 15 Agustus 2021
Mentor Menulis, Penulis Buku Man Jadda Wajada. Bisa dihubungi di IG: @akbarzainudin, YouTube: Akbar Zainudin, TikTok: AkbarZainudinMJW, Email: akbar.zainudin@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H