Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Human Resources - Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Kampung Suku Sasak SADE, Lombok

23 September 2012   04:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_207366" align="aligncenter" width="532" caption="Patung untuk Souvenir"]

1348374676466337516
1348374676466337516
[/caption]

Ada juga tenun taplak meja atau sajadah, ataupun selendang. Harganya sekitar Rp 40.000-60.000 ukuran kecil. Cocok buat oleh-oleh. Saya memesan kain yang ada tulisan “Man Jadda Wajada”, tapi orangnya mikir-mikir, kelihatannya tidak mudah membuat desain baru selain yang sudah ada sebelumnya.

Banyak juga pernak-pernik kecil, semacam patung-patung, gelang, dan gantungan kunci. Saya tertarik membeli gantungan kunci seharga Rp 15.000, yang terbuat dari tanduk kerbau. Ada motif lumbung padi, bunga, dan banyak motif lain. Saya membeli motif cicak, katanya ini lambang keberuntungan. Amin.

Tidak terasa, 30 menit perjalanan keliling kampung akhirnya kami kembali lagi ke pintu depan. Saya melihat wisatawan sebenarnya bisa diberikan “pengalaman” yang lebih seru dalam melihat-lihat budaya Sasak ini. “Pengalaman” inilah yang kurang dieksplorasi secara maksimal. Jika sekadar membeli oleh-oleh, maka kesannya tidak terlalu mendalam.

[caption id="attachment_207367" align="aligncenter" width="532" caption="Lumbung Padi"]

1348374749287671723
1348374749287671723
[/caption]

Yang terpikir oleh saya misalnya, bikin program “2 Jam bersama Suku Sasak”. Programnya bisa macam-macam, mulai dari melihat tari-tarian, belajar menenun, belajar tari tradisional, melihat video sejarah Sasak, memperkenalkan banyak budaya yang “aneh”, semacam “nyongkol”; menculik anak gadis orang sebelum dinikahkan (menculiknya beneran, tanpa ngasih tahu dulu orang tua si gadis), dan berbagai pengalaman lain yang membuat para pengunjung mendapatkan pengalaman yang lebih berbeda, lebih misterius, dan menyenangkan.

Toh, melihat kehidupan mereka sehari-hari secara natural juga membuat semangat hidup saya kembali bergairah. Melihat orang-orang tua yang menjaja barang-barang, ibu-ibu yang menenun, memompa semangat saya untuk terus giat bekerja. Dan tidak ada anak-anak yang meminta-minta, sesuatu yang sekarang ini sudah menjadi jamak di berbagai tempat wisata.

Jadi, sudahkah Anda ke Kampung Sasak? Apa kesan Anda?

Salam Man Jadda Wajada AKBAR ZAINUDIN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun